Inilah..Metode UHT dan Aseptik untuk Susu Segar
JAKARTA - Masalah kebersihan peternakan, pakan, kesehatan sapi maupun mutu menjadi persoalan yang cukup serius bagi usaha memperpanjang kesegaran susu di Indonesia. Di samping itu, masalah jalur transportasi, pengolahan, mutu kemasan, penyimpanan baik di toko maupun di rumah tangga juga memberikan pengaruh yangbesar.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah mensterilisasikan susu itu sendiri
sehingga bisa mematikan mikroba. Salah satu yang dianggap paling efektif adalah sterilisasi menggunakan UHT (Ultra High Temperature) serta pengemasan asepticv adalah teknik terbaik. Metode ini akan membuat susu tahan hingga 2 tahun.
"Cara ini lebih memberikan jaminan keamanan dan melindungi gizi minuman
lebih besar banyak dibandingkan dengan pemanasan biasa utamanya dalam memberikan retensi vitamin yang lebih tinggi dan kerusakan protein yang lebih rendah," ungkap Direktur Seafast (Southeas Asia Food and Agriculture Science and Techology Center) dalam workshop kampanye Minum Susu di Jakarta akhir pekan lalu.
Untuk proses pengemasan susu dengan menggunakan teknologi ini, adalah jalan yang terbaik karena mampu menimalisir tingkat kerusakan mutu dan zat gizi dalam susu segar tanpa perlu bahan pengawet ataupun pendinginan.
Metode ini adalah pengabungan atau kombinasi waktu pemanasan suhu dengan lamanya pemanasan. Ini dilakukan karena pemanasan suhu lebih tinggi berdampak lebih efektf untuk membunuh mikroba tapi merusak mutu dan gizi sebaliknya pemanasan suhu yang rendah lebih efektif merusak mutu dan gizi tapi tidak efektif membunuh mikroba.
"Pemanasan dengan suhu minimum 289 derajat F atau 142,9 derajat C selama 2-4 detik terbuti efektif membunuh mikroba tapi tetap mempertahankan mutu dan gizi yang dimiliki susu," ungkap dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor ini.
Demikian halnya dengan proses pengemasan dengan metode aseptis juga
memberikan kontribusi untuk mempertahankan susu. Prosesnya adalah menyiapkan kemasan karton, pembentukan karton, sterilisasi kemasan, pengisian secara aseptis, penutupan secara aseptis, pengkodean lalu ke produk jadi.
"Metode pengemasan dengan metode wdah tertutup mampu mencegah terjadinya pencemaran kembali atau rekontaminasi," ungkapnya.
Kedua metode ini memang mempengaruhi zat gizi yang terkandung dalam susu
namun jumlahnya tidak besar jika dibandingkan dengan metode lainnya seperti
sterialisasi biasa dalam botol. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
kerusakannya Tiamin hanya 10 % sedangkan botol 35 %. Kemudian vitamin C 10 % (90%), vitamin B12 10% (90%), asam folat 10% (50%), pyridoksin 10% (50%), denaturasi protein whey 12-40 % (87%) sedangkan untuk vitamin D maupun biotin tidak ada pengaruhnya.
Dalam kesempatan yang sama Elvira Wongsosudiro, Communication Manager Tetra Pak Indonesia mengungkapkan pihalnya merupakan pelopor teknologi UHT untuk pemrosesan dan pengemasan makana dan minuman di Indonesia, yakni metode aseptik untuk menjaga susu tetap segar tanpa bahan pengawet maupun pendinginan.
Dalam kemasan Tetra Pak terdapat enam lapisan khusus yang memberikan
perlindungan optimal, tahan lama dan mampu menyajikan susu segar sehingga
praktis dan aman untuk dikonsumsi.
Editor : anita_k_wardhani
Sumber-Tribunnews.com
www.focus-global.tk
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment