Kekerasan Terselubung Intai Wanita Waspada..!
Kekerasan Terselubung - Dalam beberapa dekade, kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena global yang masih menarik perhatian. Namun sayang, banyak yang tak memahami dengan baik arti sebuah kekerasan. Realitanya, kekerasan tak hanya dilihat dari bentuk fisik, tapi juga psikis.
Menurut Sri Danti, Ketua Komite Perempuan ASEAN (ACW), kekerasan terhadap perempuan tak datang dalam bentuk fisik semata. Banyak pula yang hadir lewat kekerasan psikis, seperti pembatasan ruang gerak pergaulan, makian, hinaan, dan bentakan.
Mereka memang tidak mengalami kekerasan secara fisik, tetapi biasanya mendapat tekanan luar biasa dari pasangannya. Meski efeknya tak kasat mata, bentuk-bentuk kekerasan psikis tak boleh diabaikan. Sebab, dapat memicu gangguan mental dalam jangka panjang.
Sri Danti menyayangkan belum adanya data pasti mengenai kekerasan terhadap perempuan. Di kawasan Asia Pasifik misalnya, meski muncul sejumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengakibatkan kematian, angkanya tak terekam dengan baik.
Yang selama ini menjadi bahan perhitungan hanyalah data dari lembaga publik dan swasta yang secara langsung berhubungan dengan perempuan yang mengalami kekerasan. Misalnya catatan dari pusat kesehatan, kantor polisi, dan pengadilan, dan layanan dukungan lainnya.
Berdasarkan laporan dari Komnas Perempuan, tahun 2011, ada sekitar 119.107 kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Sementara studi multi negara WHO di Dhaka, Bangladesh menunjukkan, sekitar 40 persen perempuan berusia 15-49 tahun pernah mengalami kekerasan yang dilakukan pasangannya. (umi)
sumber • VIVAlife
Menurut Sri Danti, Ketua Komite Perempuan ASEAN (ACW), kekerasan terhadap perempuan tak datang dalam bentuk fisik semata. Banyak pula yang hadir lewat kekerasan psikis, seperti pembatasan ruang gerak pergaulan, makian, hinaan, dan bentakan.
Mereka memang tidak mengalami kekerasan secara fisik, tetapi biasanya mendapat tekanan luar biasa dari pasangannya. Meski efeknya tak kasat mata, bentuk-bentuk kekerasan psikis tak boleh diabaikan. Sebab, dapat memicu gangguan mental dalam jangka panjang.
Sri Danti menyayangkan belum adanya data pasti mengenai kekerasan terhadap perempuan. Di kawasan Asia Pasifik misalnya, meski muncul sejumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengakibatkan kematian, angkanya tak terekam dengan baik.
Yang selama ini menjadi bahan perhitungan hanyalah data dari lembaga publik dan swasta yang secara langsung berhubungan dengan perempuan yang mengalami kekerasan. Misalnya catatan dari pusat kesehatan, kantor polisi, dan pengadilan, dan layanan dukungan lainnya.
Berdasarkan laporan dari Komnas Perempuan, tahun 2011, ada sekitar 119.107 kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Sementara studi multi negara WHO di Dhaka, Bangladesh menunjukkan, sekitar 40 persen perempuan berusia 15-49 tahun pernah mengalami kekerasan yang dilakukan pasangannya. (umi)
sumber • VIVAlife