Shinsuke Shimada, seorang artis TV
terkenal Jepang dengan penghasilan sedikitnya dua miliar rupiah sebulan,
pada 23 Agustus lalu, menggelar konferensi pers dan mengakui berteman
dengan seorang anggota Yakuza,
sindikat kejahatan Jepang sejak pertengahan 2005 hingga kini. Akibatnya pengakuan ini, dia langsung
mengundurkan diri dari dunia artis dan kini sedang dalam pengusutan
pihak kepolisian Jepang.
|
Tato perempuan yakuza.
|
Aktor bernama asli
Kimihiko Hasegawa ini tak bisa lagi berkelit setelah keterlibatannya dimuat dalam mingguan
Shukan Bunshun.
Pertengahan 2005 dia berkenalan dengan petinju Jiro Watanabe dan sejak
itu dia dikenalkan kepada Hirofumi Hashimoto salah satu
pimpinan Yakuza
dari organisasi Yamaguchi-gumi, Yakuza terbesar dan paling berpengaruh
di Jepang.
Dari seluruh
sindikat kejahatan di Jepang, 22
kelompok besar, dengan total anggota sekitar 77,600 orang, 45 persen di
antaranya adalah anggota kelompok Yamaguchi. Di dalam kelompok Yamaguchi
pun ada sekitar 85 gang yang berafiliasi dengan Yamaguchi.
Tiap gang
tersebut memiliki pekerjaan berbeda, mulai chimpira (punk), penjahat
terendah, tukang bikin ribut, pengompas (memaksa minta uang), sampai
kepada urusan saham, mengganggu jalannya rapat umum pemegang saham
(Sokaiya), ada pula yang berkecimpung di prostitusi, judi, dan bahkan
ada ada pula di tingkat atas, bersosialisasi dengan para pengusaha besar
atau pejabat dan politisi tingkat tinggi.
Kebenaran
kongkalikong Yakuza dengan para politisi dan pengusaha dibenarkan oleh
mantan Duta Besar Inggris untuk Jepang (1980-1984), Hugh Cortazzi,
“Bukti koneksi Yakuza dengan para politisi dan pengusaha terutama di
sektor konstruksi dan properti memang tampaknya memiliki kebenaran.”
(The evidence of yakuza connections with politicians and shady
businessmen in the construction and property sectors does seem to have
some substance.)
Dua kelompok sindikat kejahatan Jepang yang
besar lainnya adalah Sumiyoshi dan Inagawa-kai. Ketiga kelompok besar
ini saja sudah menguasai 73 persen populasi sindikat kejahatan Jepang.
Meskipun demikian jumlah mereka itu belum termasuk sindikat kejahatan
orang Cina dan orang Korea yang ada di Jepang. Sindikat kejahatan Cina
dan Korea saat ini jauh lebih berani dan lebih kejam dalam melakukan
aksi kejahatannya di Jepang.
Jumlah anggota sindikat kejahatan
Jepang yang disebut Yakuza ini semakin lama semakin berkurang di
masyarakat karena berbagai hal. Antara lain karena meninggal akibat
perang antar gang penjahat, memperebutkan wilayah kekuasaan atau karena
balas dendam sesuatu hal. Juga faktor tertangkap polisi dan kini
menjalani hukumannya di penjara. Tetapi ada pula yang pergi ke luar
Jepang. Karena semakin sulit mencari uang di dalam Jepang. Mengapa
semakin sulit mencari uang di Jepang?
Ada dua hal yang membuat
para anggota Yakuza ini tersingkirkan dari bisnisnya di Jepang. Pertama,
karena memang perekonomian Jepang semakin buruk belakangan ini. Orang
yang berbuat jahat semakin banyak sedangkan “kue” semakin sedikit.
Apalagi
setelah bencana alam 11 Maret lalu, termasuk kebocoran radiasi di
Reaktor Nuklir Fukushima, sehingga banyak pengusaha yang kesulitan
mencari uang. Misalnya konsumen takut beli produk buatan daerah sana dan
30 kilometer radius dari Reaktor Nuklir itu, dicurigai tercemar
radioaktif. Dari segi kesehatan juga tak baik, sehingga karyawan pabrik
di sekitar kebocoran nuklir enggan masuk kerja dan pabrik pun tak bisa
beroperasi.
Dampak bencana itu pun diantisipasi beberapa
kalangan Yakuza dengan mencoba mendapatkan tender proyek sampah-sampah
bencana yang sangat banyak menggunung tinggi akibat tsunami. Sampah ini
diperebutkan antar kelompok Yakuza dan sindikat kejahatan China dengan
mendekati warga setempat, termasuk mendekati para pejabat dan politisi
agar mereka bisa memperoleh tender membersihkan kota dari sampah tsunami
tersebut. Sampah tsunami itu akan dijual ke daratan China untuk didaur
ulang dan dijadikan produk baru.
Kesulitan kedua kalangan Yakuza
di Jepang terutama soal peraturan atau ketentuan hukum yang semakin
menggencet mereka dari waktu ke waktu. Misalnya, tahun 2008 muncul
peraturan apabila anak buah
anggota Yakuza terlibat kejahatan, maka bos
kelompok itu harus membayar denda.
Peraturan itu membuat bos
Yakuza mencari lubang hukum dan ditemukan dengan cara membuat surat
tertanggal mundur, bahwa sebelum kejadian kejahatan dilakukan anak
buahnya, ternyata si pelaku sudah mengundurkan diri dari kelompok
kejahatan tersebut. Akibatnya si bos Yakuza lepas dari jeratan hukum
membayar denda dan sanksi lain.
Mulai 1 Oktober 2011, peraturan baru dilaksanakan khususnya agar masyarakat terjauhkan dari keterkaitan dengan
anggota Yakuza.
Peraturan
itu menyatakan larangan siapa pun untuk berteman dengan
anggota Yakuza.
Apabila ketahuan berteman dengan anggota yakuza, maka orang itu tidak
akan bisa membuka rekening bank, pinjamannya akan dibekukan, serta
berbagai kesulitan lain akan dihadapi dalam kehidupannya. Termasuk pula
pengusutan akan dilakukan polisi terhadap orang tersebut.
Menjadi
pertanyaan, kriteria berteman yang bagaimana terkait dengan peraturan
ini? Bagaimana kita mengetahui seseorang berteman atau tidak dengan
anggota Yakuza? Apakah sekali saja bertemu dan berbicara panjang sudah
bisa dikategorikan berteman, sementara yang kita temui itu tidak kita
sadari sebenarnya anggota kelompok Yakuza?
Berbagai kesulitan
inilah yang membuat beberapa anggota kelompok Yakuza Jepang lari ke luar
negeri mencari uang yang dianggapnya lebih mudah di luar Jepang
ketimbang di dalam negerinya sendiri.
Satu dari negara tujuan
yakuza adalah Indonesia yang saat ini semakin banyak diincar para
pengusaha Jepang untuk berinvestasi, melakukan berbagai usaha di
Indonesia.
Beberapa sumber mengungkapkan aktivitas anggota
Yakuza Jepang sudah dimulai sejak lama di Indonesia. Seorang preman
Indonesia pun yang sempat ingin memeras pimpinan pengusaha Jepang di
Jakarta, akhirnya berhadapan dengan anggota Yakuza Jepang tersebut di
Indonesia. Akibatnya preman Indonesia pun mengurungkan niatnya untuk
memeras sang pengusaha.
Di Bali, keributan dua kelompok yakuza
pun sempat terjadi sehingga sempat diminta kalangan kepolisian Bali agar
mereka pulang saja kembali ke negaranya kalau melakukan keributan di
Bali.
Paling mudah mendeteksi keberadaan mereka di Indonesia
dengan melihat perusahaan yang dimiliki. Ada pula yang berusaha
menyamarkan dirinya dengan cara menikah dengan wanita Indonesia,
sehingga usahanya dapat semakin lancar di tengah perekonomian Indonesia
yang semakin baik dewasa ini.
Tentu saja langkah terbaik dari
semuanya adalah berhati-hati dalam menghadapi segala kegiatan dari
seorang asing yang tidak kita kenal. Termasuk pula, apabila telah kita
kenal sekali pun, mungkin baik apabila kita usut latar belakang dan
asal-usul orang Jepang tersebut hingga sampai ke Indonesia. Semua orang
akann mulai dengan hal-hal yang manis baik, "Masak sih orang itu
yakuza?" Itulah yang sering terjadi. Ternyata orang Jepang yang manis
itu seorang yakuza.
Ingat! Hukum Jepang mulai 1 Oktober 2011
dengan jelas akan menyulitkan bahkan menghukum siapa pun yang terbukti
berteman dengan anggota sindikat kejahatan Jepang atau Yakuza. Mungkin
ada yang menganggap itu kan di Jepang. Betul. Tetapi dengan catatan
keterlibatan itu, setidaknya kita akan masuk daftar hitam imigrasi
Jepang mungkin sulit masuk ke Jepang.
Apakah hukum ini akan
dihadapi dengan cara membuat surat tertanggal mundur bahwa orang itu
sudah tidak jadi anggota Yakuza, sehingga yang berteman Yakuza lepas
dari jerat hukum? Kali ini penggunaan surat tertanggal mundur itu
tampaknya tidak akan ampuh lagi, karena polisi Jepang pun sudah
mengantisipasi hal tersebut. Yang penting, berhati-hatilah selalu kita
dalam berteman, jangan sampai terjerat hukum baru tersebut [
sumber]