13 Desainer Unjuk Karya Terbaru di d'Desaigners
PASARAYA kembali menggandeng desainer Tanah Air untuk menampilkan rancangannya di d'Designers. Kali ini, d'Designers menjadi tempat yang mengakomodir desainer yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI)."Perkembangan d'Designers sudah empat tahun sampai sekarang. Pada saat d'Desaigners dibangun kita obyektif d'Desaigners tempat yang positif. Tempat di mana para desainer membuat, memeragakan hasil karyanya. Dengan perkembangan waktu, di mana bisnis fesyen lokal sangat segmented, kami mencoba bergabung dengan APPMI lalu timbul ide yang sangat kooperatif sekali," kata Benny Machoed, Direktur Profesional Pasaraya dalam sambutannya di konferensi pers, Rabu (20/10/2010).
"Kami bekerja sama dengan APPMI membuat semacam SOHO di mana dibuat ruang untuk para perancang Indonesia untuk bereksperimen. Kalau saya total dalam semua store Pasaraya ada sekitar 150 hasil perancang busana," lanjutnya.
Event yang mengangkat batik dan kain tradisional sebagai tema utama ini melibatkan 13 desainer ternama dengan menampilkan lebih dari 150 busana. Desainer APPMI yang berpartisipasi, di antaranya Taruna K Kusmayadi, Dwi Iskandar, Irna Mutiara, Oki Wong, Agnes Budisurya, Sofie, Dina Midiani, Nieta Hidayani, Denny Kho, dan Shafira. Sedangkan desainer di luar keanggotaan APPMI yang berpartisipasi, seperti Sonny Muchlison dan Lisa Reza.
Rata-rata, ke-13 desainer memamerkan koleksi terbaru yang didominasi pakaian wanita dengan gaya yang khas dan diberi label yang mewakili rancangannya, yaitu:
Baby One by Lisa Reza
Wanita kelahiran Semarang, 31 tahun yang lalu ini lama malang melintang di dunia tekstil Indonesia sampai akhirnya ia memutuskan terjun sebagai perancang busana anak. Lewat label "Baby One" Lisa menghadirkan pakaian anak ready-to-wear kasual dan formal. Di samping penggunaan kain tradisional Indonesia, renda juga menjadi ciri rancangan "Baby One".
Kini, terinspirasi film legendaris "Little House on The Prairie", Lisa mengangkat tema rancangannya dengan judul yang sama. Kehidupan dan petualangan sebuah keluarga di daerah Barat Amerika pada abad ke-19 direfleksikannya dalam rancangan yang chic.
D'econic by Dina Midiani
D'econic merupakan label usungan Dina Midiani yang menampilkan ecological etnik bagi mereka yang mencintai alam dan budaya.
Pada koleksi terbarunya yang berjudul "Blossom", Dina menyampaikan pesan bahwa alam memerlukan waktu untuk menebarkan pesonanya dan bunga-bunga pun perlu dipelihara agar dapat tumbuh. Pesan ini dituangkannya dalam rancangan yang memiliki panduan berbagai macam motif bunga, menggunakan batik Bantulan dan Buketan Pekalongan yang dikemas dalam desain sederhana berdesain bunga.
Dwi Iskandar
Dwi belajar desain busana di Sekolah Fashion Adrianto Halim, Bali, dan mebuka butik pertama di Bali tahun 2001. Dikenal dengan rancangan etnik kontemporer yang inspiratif, Dwi sudah mengikuti berbagai fashion show skala nasional dan internasional seperti di San Fransisco, dan Hong Kong.
Kenyamanan, potongan sederhana, dan tidak beraturan adalah tiga hal yang ditonjolkan dalam rancangan busana wanitanya. Sedangkan untuk busana pria, Dwi lebih banyak bermain dikombinasi dan detail-detail yang sederhana.
Aura simplicity kental terasa di setiap rancangan yang bertemakan "B-Me" ini. Secara keseluruhan koleksi ini mengirimkan pesan untuk menjadi diri sendiri dan berani bereksperimen.
"Untuk show kali ini saya memperkenalkan sesuatu yang baru. Dengan satu lembar kain bisa dipakai semua. Koleksi kali ini juga ready-to-wear banget, karena saya dari Bali dan ingin rancangan saya bisa dipakai oleh 2-3 orang, tanpa memikirkan ukuran. Hanya tinggal bermain dengan motif atau style saja. Simpel banget, tidak ada yang glamor. Hanya detailnya saja ada payet untuk melengkapi koleksi," papar pria berkacamata ini.
Fitgree by Yeriel (Denny Kho)
Istilah "Go His reging comes to the isles" adalah tema Fitgree yang diangkat Yeriel pada peragaan busana "Heritage & Legacy". Dia mengombinasikan beberapa elemen seperti potongan batik yang dipadupadankan dengan brokat dan tile.
Warna-warna keemasan, perak, dan permata terlihat mendominasi rancangannya kali ini. Secara keseluruhan rancangan Yerial dipenuhi unsur etnik Indonesia.
La Perle by Irna Mutiara
Bagi La Perle, setiap wanita layak menjadi puteri dan selalu ada momen untuk itu. Hal ini tercermin jelas dalam setiap gaun rancangan Irna, maupun gaun pengantin, pesta, atau busana muslim. Karena itu, gaun-gaun La Perle begitu kental dengan nuansa glamor, klasik, dan elegan.
Light Fusion adalah tema yang dihadirkan La Perle. Perpaduan beberapa unsur material yang ringan dan melayang dalam rancangannya membuat kesan muslimah yang feminin namun tetap modern dengan detail kekinian.
"Koleksi ready-to-wear terbaru dari saya. Tidak memakai batik, tapi bahan-bahan asli Indonesia. Sedikit teknik celup, tie dye, ada campuran bahan-bahan tipis, melayang. Untuk aksesori agak semi glam, ada sentuhan kristal swarovski," papar wanita berpenutup kepala ini.
Nieta Hidayani menampilkan tema Feminine Look of Batik.
Agnes Budisurya
Olga Tampake
Olga Tampake menampilkan tema A Little Charming Dress. Busana ready to wear yang ditampilkan Olga memiliki potongan-potongan yang sederhana, lurus, garis leher V dan U dengan potongan tangan yang lurus dan lebar.
Busananya semakin menarik dengan kombinasi kain batik pada bagian-bagian tertentu dan dihiasi taburan batu-batuan emas atau perak dan ornamen-ornamen cantik.
Oki Wong adalah perancang asal Medan yang menancapkan garis rancangannya pada kain tradisional. Berbagai kain khas Sumatera seperti songket Batu Bara dan Batik Tanah Lie dari pesisir Sumatera Barat pernah diangkatnya. Ia juga mengeksplorasi kain tradisional dalam konsep rancangan busana anak muda yang lebih modern.
Kini dalam rancangan berjudul "Pargorga" yang berarti orang Batak dalam Gorga, Oki mengajak kaum muda untuk mencintai budaya dan mau melestarikan warisan budayanya sendiri.
Shafira by Fenny Mustafa
Shafira berawal dari sanggar busana muslimah di Bandung 21 tahun silam yang dirintis Fenny Mustafa. Kini Shafira memiliki banyak ragam produk busana muslim pria, wanita, anak-anak, serta kerudung, aksesori, perlengkapan salat dan sarimbit. Hingga saat ini Shafira telah memiliki 22 showroom yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Yang ditampilkan Shafira di "Heritage & Legacy" adalah "Enchanting Batik". Yang menjadi daya tarik koleksi ini adalah detail batik yang berbeda dan tidak konservatif.
Dengan desain cutting A-line dan baby doll, ditambah variasi button yang menarik membuat tampilan busana Shafira lebih berbeda dengan koleksi batik lainnya.
Sofie yang mengenyam pendidikan di sekolah mode Susan Budiharjo ini berhasil merebut banyak penghargaan dan prestasi di bidang rancang busana sepanjang kariernya. Pria kelahiran Jember ini juga aktif menggelar peragaan busana setiap tahun. Tak hanya merambah busana wanita, dia juga memproduksi busana anak dengan label "Sofie Kids".
Pada peragaan busana ini Sofie menghadirkan koleksi "Magnificent Heritage", yaitu batik cocktail dress yang simpel dengan lis sebagai detailnya.
Permainan kombinasi bahan dan potongan pola yang dipertegas, serta dipermanis aksen zipper, menambah kesan modern dan dinamis pada rancangannya.
Sonny Muchlison
Lebih dari 25 tahun Sonny telah lama mengarungi berbagai profesi di dunia fesyen Indonesia, salah satunya sebagai fashion editor di berbagai media termasuk menjadi host di acara fashion tv swasta. Sonny yang memiliki gelar S2 jurusan fashion IKJ ini juga berprofesi sebagai pengajar, antara lain di IKJ, Esmod, dan Indonesia International Fashion Institute (IIFI).
Dalam koleksinya yang bertajuk "Batik & Beyond", Sonny menatap batik sebagai warisan budaya yang merefleksikan kearifan, kekuatan, dan kepiawaian bangsa kita.
Di sisi lain, keragaman motif dan warnanya membiaskan rona tropis yang istimewa. Pemerhati mode ini menjunjung batik dalam karyanya sebagai budaya yang telah memperkuat identitas Indonesia di mata dunia.
Tzi by Taruna K Kusmayadi
Kecintaan Taruna terhadap kain tradisional telah mendorongnya untuk memproduksi batik ready-to-wear berlabel Tzi pada tahun 2007. Alumni Fashion Design Institute of Technology, New York, kini juga berprofesi sebagai pengajar fashion IKJ dan Interstudi ini memilih batik tulis dan cat batik.
Mengambil tema "Preppy Teen", Tzi tampil dalam konsep simplicity dan rapi. Inilah yang menjadi vocal point dalam koleksinya. Menggunakan batik cap Cirebon yang bermotif "cute" dan berwarna cerah, Taruna mengombinasikan rancangannya dengan kain tenun Silungkang, sehingga Tzi merefleksikan keseharian perempuan dengan spirit muda.
Kutipan - Okezone.com
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment