Laba-laba dari Bukit Menoreh
Spesies baru laba-laba ditemukan di tiga gua di Pegunungan Menoreh, pegunungan yang membentang di barat laut Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Spesies tersebut ditemukan oleh salah satu penelusur gua bernama Sidiq Harjanto dari Matalabiogama Universitas Gadjah Mada yang tergabung bersama tim penelitian yang dipimpin oleh Cahyo Rahmadi, ilmuwan dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Laba-laba gua yang berwarna putih pucat ini memiliki kaki-kaki yang memanjang dan lebih panjang dibandingkan jenis laba-laba dari luar gua. Selain itu, laba-laba ini memiliki mata yang mengecil dan hanya menyisakan bintik-bintik di bagian depan kepalanya," Cahyo mendeskripsikan spesies baru laba-laba itu.
Menurut penjelasan Cahyo, spesimen pertama dari spesies laba-laba itu ditemukan oleh Sidiq pada tahun 2008. Untuk kepentingan studi taksonomis, akhirnya diambil dua spesimen lagi. Studi tentang spesies ini dilakukan oleh Cahyo yang saat itu berada di Jepang. Untuk menganalisis, ia bekerja sama dengan Dr M Kunter yang merupakan pakar arachnida asal Slovenia dan Dr Jeremy Miller dari Naturalis Museum, Leiden, Belanda.
Hasil studi mengonfirmasi bahwa spesies laba-laba yang ditemukan benar merupakan spesies baru. Dalam waktu dekat, bersama Miller, Cahyo akan memublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal internasional.
Dalam pernyataan yang dikirimkan ke Kompas.com, Rabu (26/10/2011), Cahyo mengatakan, laba-laba gua yang ditemukan termasuk dalam famili Ctenidae dan masuk dalam marga Amauropelma. Penempatan dalam marga tersebut, menurut Cahyo, sebenarnya belum pasti tepat. Namun hingga saat ini, marga itulah yang paling cocok.
Cahyo menjelaskan, Amauropelma merupakan salah satu marga dari famili Ctenidae yang sebaran utamanya ada di Australia. Temuan di Jawa merupakan catatan baru. "Temuan ini membuktikan, gua-gua di karst Jawa merupakan gudangnya jenis baru yang masih memerlukan waktu untuk dieksplorasi dan diungkap kekayaannya," tutur Cahyo.
"Banyak temuan menarik yang saya temukan selama menyusuri gua-gua dari Banteng hingga Tuban, bahkan sampai Pulau Madura," tambah ilmuwan LIPI yang telah menemukan beragam spesies baru tersebut.
Kini, habitat karst terancam oleh pembukaan pabrik semen baru di beberapa kawasan yang secara otomatis akan mengancam spesies-spesies yang ada. Menurut Cahyo, perlu pengelolaan kawasan karst yang baik sehingga potensi biologi, hidrologi, atau lainnya yang tidak dapat dinilai dengan uang bisa dipertahankan. ( Sumber-Kompas.com)
Spesies tersebut ditemukan oleh salah satu penelusur gua bernama Sidiq Harjanto dari Matalabiogama Universitas Gadjah Mada yang tergabung bersama tim penelitian yang dipimpin oleh Cahyo Rahmadi, ilmuwan dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kenampakan laba-laba gua dalam awetan alkohol dengan warna tubuh putih pucat |
"Laba-laba gua yang berwarna putih pucat ini memiliki kaki-kaki yang memanjang dan lebih panjang dibandingkan jenis laba-laba dari luar gua. Selain itu, laba-laba ini memiliki mata yang mengecil dan hanya menyisakan bintik-bintik di bagian depan kepalanya," Cahyo mendeskripsikan spesies baru laba-laba itu.
Menurut penjelasan Cahyo, spesimen pertama dari spesies laba-laba itu ditemukan oleh Sidiq pada tahun 2008. Untuk kepentingan studi taksonomis, akhirnya diambil dua spesimen lagi. Studi tentang spesies ini dilakukan oleh Cahyo yang saat itu berada di Jepang. Untuk menganalisis, ia bekerja sama dengan Dr M Kunter yang merupakan pakar arachnida asal Slovenia dan Dr Jeremy Miller dari Naturalis Museum, Leiden, Belanda.
Hasil studi mengonfirmasi bahwa spesies laba-laba yang ditemukan benar merupakan spesies baru. Dalam waktu dekat, bersama Miller, Cahyo akan memublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal internasional.
Dalam pernyataan yang dikirimkan ke Kompas.com, Rabu (26/10/2011), Cahyo mengatakan, laba-laba gua yang ditemukan termasuk dalam famili Ctenidae dan masuk dalam marga Amauropelma. Penempatan dalam marga tersebut, menurut Cahyo, sebenarnya belum pasti tepat. Namun hingga saat ini, marga itulah yang paling cocok.
Cahyo menjelaskan, Amauropelma merupakan salah satu marga dari famili Ctenidae yang sebaran utamanya ada di Australia. Temuan di Jawa merupakan catatan baru. "Temuan ini membuktikan, gua-gua di karst Jawa merupakan gudangnya jenis baru yang masih memerlukan waktu untuk dieksplorasi dan diungkap kekayaannya," tutur Cahyo.
"Banyak temuan menarik yang saya temukan selama menyusuri gua-gua dari Banteng hingga Tuban, bahkan sampai Pulau Madura," tambah ilmuwan LIPI yang telah menemukan beragam spesies baru tersebut.
Kini, habitat karst terancam oleh pembukaan pabrik semen baru di beberapa kawasan yang secara otomatis akan mengancam spesies-spesies yang ada. Menurut Cahyo, perlu pengelolaan kawasan karst yang baik sehingga potensi biologi, hidrologi, atau lainnya yang tidak dapat dinilai dengan uang bisa dipertahankan. ( Sumber-Kompas.com)
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment