Breaking News
Loading...
Loading...
Mar 2, 2011

Komik-Komik Ko Put On

FOCUS-GLOBAL.CO.CC-Komik Ko Put On Siapa yang saat ini tidak mengenal Doyok, Panji Koming, Beni & Mice, atau Lotif? Sebagian besar penduduk Jakarta pasti mengenal mereka karena mereka adalah tokoh-tokoh dalam komik strip yang ada dimuat dalam beberapa surat kabar. Namun, siapakah dari kita yang saat ini mengenal Ko Put On?

Saat ini Ko Put On hanya dapat diumpai di Perpustakaan Nasional dalam surat kabar Sin Po edisi tahun 1930-1960-an karena Ko Put On adalah tokoh utama dari komik strip yang diciptakan oleh Kho Wan Gie, seorang Indonesia keturunan Tionghoa yang menjadi pelopor komik strip pertama di Indonesia.

Seperti umumnya komik strip pada saat ini, selain berisi cerita tentang kehidupan sehari-hari, Put On juga menceritakan kondisi yang tengah terjadi pada masyarakat Jakarta di masa itu. Dan karena latar belakang pembuatnya keturunan Tionghoa, maka topik dalam komik strip yang dibuatnya itu pun terkadang menyangkut masalah-masalah yang dihadapi orang-orang keturunan Tionghoa saat itu.

Dalam buku Jakarta-Batavia: Esai Sosio-Kultural, Myra Sidharta menyebut, sepanjang lebih dari 30 tahun, Put On menjadi panutan bagi para pembaca Sin Po yang kebanyakan orang Tionghoa peranakan di Indonesia. Karena jangka waktunya sebegitu lama, kita bisa mengikuti perubahan yang terjadi pada peranakan Tionghoa, terutama yang tinggal di Jakarta, lewat komik Put On.

Perubahan itu bersifat politis, sosial, dan budaya. Selama periode itu, Put On membantu mereka melihat perubahan yang menjengkelkan, atau bagi sebagian orang menakutkan, melalui sudut pandang berbeda, yaitu sudut pandang komik (KITLV, 2007).

Put On sendiri berasal dari ejaan Hokkian (Fujian) dari Bu An atau "Si Gelisah". Hal ini mungkin dimaksudkan sebagai cerminan dari masyarakat saat itu yang selalu mengalami "kegelisahan" karena keadaan dan situasi politik yang tidak menentu.

Sayangnya, komik strip Ko Put On ini, seperti komik-komik strip lain, tampaknya masih dipandang sebelah mata sebagai "saksi sejarah" sehingga tidak ada usaha mendokumentasikan, bahkan membukukannya.

Dengan meninggalnya sang pembuat, Kho Wan Gie, pada tahun 1983, komik ini semakin tercecer dan mulai menghilang seiring waktu. Sayang sekali, padahal kita dapat belajar banyak darinya.
(Lily Utami, pemerhati sejarah dan budaya lulusan jurusan Arkeologi UI)
sumber : kompas.com

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top