Freepool IPv4 di IANA
FOCUS-GLOBAL.CO.CC-Isu akan habisnya IPv4 sudah bergaung di kalangan pelaku internet beberapa tahun terakhir ini. Berbagai kalkulasi dilakukan, dan hingga pertengahan tahun lalu, habisnya freepool IPv4 di IANA (Internet Assigned Numbers Authority) diperkirakan pada sekitar pertengahan tahun 2011 ini.
Alokasi IP Address di dunia diatur oleh IANA, dan di bawahnya ada pembagian 5 wilayah berdasarkan geografi. Indonesia bernaung di bawah APNIC (Asia Pacific Network Information Centre) yang berpusat di Australia.
1 Februari 2011, IANA mengabulkan permintaan APNIC dan memberikan 2 buah blok /8 terakhirnya. Dan inilah saat habisnya freepool IPv4 di IANA. Memang, masih ada 5 blok /8 lagi yang disimpan IANA, tetapi blok tersebut akan segera dibagikan secara merata ke setiap wilayah : Asia Pasific, Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, dan Eropa. 5 blok terakhir ini juga akan dialokasikan ke pengguna dengan tata cara yang jauh lebih ketat dari sebelumnya, dan jumlah maksimal yang jauh lebih kecil.
"Ini adalah sejarah besar dalam perkembangan internet di dunia, meskipun telah diantisipasi jauh hari sebelumnya," ungkap Raúl EcheberrÃa, Direktur Number Resource Organization (NRO), yang merupakan perwakilan resmi lembaga pengelola IP Address di tiap wilayah. "Masa depan internet adalah IPv6. Seluruh komponen yang terkait harus melakukan langkah nyata untuk segera menggunakan IPv6."
Habisnya IPv4 ini memang merupakan pukulan yang cukup berat untuk sebagian besar negara di kawasan Asia Pasific. "Kawasan ini merupakan wilayah dengan populasi terbesar di dunia, dan juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat. Hampir semua negara sedang mengembangkan infrastruktur internetnya dengan pesat." kilah Geoff Huston, Chief Scientist APNIC.
Kendala yang dihadapi
Ada beberapa kendala yang akan dihadapi dengan habisnya free pool IPv4 ini.
Pertama, di sisi penyedia infrastruktur dan jaringan, akan sulit untuk memberikan alokasi IP publik ke pelanggan baru. Terpaksa dilakukan penggunaan IP private, dengan proses perterjemahan alamat. Secara umum memang pelanggan bisa mengakses internet, namun ada beberapa aplikasi khusus yang menuntut adanya koneksi langsung menjadi tidak bekerja. Membuat ISP baru akan menjadi hal yang hampir mustahil dilakukan bila tidak tersedia alokasi IPv4 yang baru.
Kedua, di sisi penyedia server, adanya penambahan IP publik adalah syarat mutlak untuk menambahan server. Server-server konten yang bertujuan untuk diakses banyak pengunjung dari internet membutuhkan IP publik. Tidak tersedianya IP publik akan secara langsung menghambat perkembangan industri konten.
Lakukan sekarang
Bagi penyedia konten, pemilik jaringan yang besar, kampus, bank, dan berbagai institusi yang memiliki jaringan dan konten internet, masih ada sedikit waktu untuk segera meminta alokasi IPv4, sekaligus langsung menjalankan IPv6.
Ada banyak keuntungan apabila kita memiliki IPv4 sendiri. Kita bisa berlangganan ke lebih dari satu ISP dan melakukan load balance dan sekaligus fail over untuk beberapa link upstream tersebut. Kita juga lebih fleksibel untuk berpindah ISP, karena tidak perlu melakukan pengubahan alamat IP, karena alamat IP yang kita gunakan memang dialokasikan secara permanen ke kita, tidak tergantung pinjaman IP dari ISP.
Untuk penyedia konten seperti perbankan, memiliki IP sendiri juga lebih baik dari sisi keamanan, dan juga jika dilakukan whois pada alamat IP tersebut, data yang tercantum adalah identitas institusi kita sendiri, bukan ISP tempat kita berlangganan.
Institusi yang ingin mendapatkan alokasi IPv4, bisa menghubungi Indonesia Network Information Center (IDNIC) di web www.idnic.net atau email hostmaster@idnic.net
Migrasi ke IPv6
Di masa depan, IPv6 adalah jawaban pasti atas masalah habisnya IPv4 ini. IPv6 menjanjikan jumlah yang jauh lebih banyak. Jika IPv4 hanya berjumlah 4,3 milyard IP, IPv6 berjumlah 4 triliun triliun triliun triliun IP. Sungguh perbedaan jumlah yang sangat signifikan.
Selain itu, IPv6 juga menjanjikan protokol keamanan yang lebih baik, karena protokol keamanannya bersifat bawaan, tidak seperti IPv4 yang bersifat optional.
Seluruh pihak yang terkait dengan penggunaan jaringan dan IP address, diharapkan saat ini juga mulai melakukan mihrasi ke IPv6. Dalam beberapa waktu mendatang IPv4 dan IPv6 akan berjalan bersamaan (dual-stack), hingga satu saat nanti, kita bisa sepenuhnya menikmati penggunaan IPv6.
Penulis: Valens Riyadi, Kabid National Internet Registry Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
Alokasi IP Address di dunia diatur oleh IANA, dan di bawahnya ada pembagian 5 wilayah berdasarkan geografi. Indonesia bernaung di bawah APNIC (Asia Pacific Network Information Centre) yang berpusat di Australia.
1 Februari 2011, IANA mengabulkan permintaan APNIC dan memberikan 2 buah blok /8 terakhirnya. Dan inilah saat habisnya freepool IPv4 di IANA. Memang, masih ada 5 blok /8 lagi yang disimpan IANA, tetapi blok tersebut akan segera dibagikan secara merata ke setiap wilayah : Asia Pasific, Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, dan Eropa. 5 blok terakhir ini juga akan dialokasikan ke pengguna dengan tata cara yang jauh lebih ketat dari sebelumnya, dan jumlah maksimal yang jauh lebih kecil.
"Ini adalah sejarah besar dalam perkembangan internet di dunia, meskipun telah diantisipasi jauh hari sebelumnya," ungkap Raúl EcheberrÃa, Direktur Number Resource Organization (NRO), yang merupakan perwakilan resmi lembaga pengelola IP Address di tiap wilayah. "Masa depan internet adalah IPv6. Seluruh komponen yang terkait harus melakukan langkah nyata untuk segera menggunakan IPv6."
Habisnya IPv4 ini memang merupakan pukulan yang cukup berat untuk sebagian besar negara di kawasan Asia Pasific. "Kawasan ini merupakan wilayah dengan populasi terbesar di dunia, dan juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat. Hampir semua negara sedang mengembangkan infrastruktur internetnya dengan pesat." kilah Geoff Huston, Chief Scientist APNIC.
Kendala yang dihadapi
Ada beberapa kendala yang akan dihadapi dengan habisnya free pool IPv4 ini.
Pertama, di sisi penyedia infrastruktur dan jaringan, akan sulit untuk memberikan alokasi IP publik ke pelanggan baru. Terpaksa dilakukan penggunaan IP private, dengan proses perterjemahan alamat. Secara umum memang pelanggan bisa mengakses internet, namun ada beberapa aplikasi khusus yang menuntut adanya koneksi langsung menjadi tidak bekerja. Membuat ISP baru akan menjadi hal yang hampir mustahil dilakukan bila tidak tersedia alokasi IPv4 yang baru.
Kedua, di sisi penyedia server, adanya penambahan IP publik adalah syarat mutlak untuk menambahan server. Server-server konten yang bertujuan untuk diakses banyak pengunjung dari internet membutuhkan IP publik. Tidak tersedianya IP publik akan secara langsung menghambat perkembangan industri konten.
Lakukan sekarang
Bagi penyedia konten, pemilik jaringan yang besar, kampus, bank, dan berbagai institusi yang memiliki jaringan dan konten internet, masih ada sedikit waktu untuk segera meminta alokasi IPv4, sekaligus langsung menjalankan IPv6.
Ada banyak keuntungan apabila kita memiliki IPv4 sendiri. Kita bisa berlangganan ke lebih dari satu ISP dan melakukan load balance dan sekaligus fail over untuk beberapa link upstream tersebut. Kita juga lebih fleksibel untuk berpindah ISP, karena tidak perlu melakukan pengubahan alamat IP, karena alamat IP yang kita gunakan memang dialokasikan secara permanen ke kita, tidak tergantung pinjaman IP dari ISP.
Untuk penyedia konten seperti perbankan, memiliki IP sendiri juga lebih baik dari sisi keamanan, dan juga jika dilakukan whois pada alamat IP tersebut, data yang tercantum adalah identitas institusi kita sendiri, bukan ISP tempat kita berlangganan.
Institusi yang ingin mendapatkan alokasi IPv4, bisa menghubungi Indonesia Network Information Center (IDNIC) di web www.idnic.net atau email hostmaster@idnic.net
Migrasi ke IPv6
Di masa depan, IPv6 adalah jawaban pasti atas masalah habisnya IPv4 ini. IPv6 menjanjikan jumlah yang jauh lebih banyak. Jika IPv4 hanya berjumlah 4,3 milyard IP, IPv6 berjumlah 4 triliun triliun triliun triliun IP. Sungguh perbedaan jumlah yang sangat signifikan.
Selain itu, IPv6 juga menjanjikan protokol keamanan yang lebih baik, karena protokol keamanannya bersifat bawaan, tidak seperti IPv4 yang bersifat optional.
Seluruh pihak yang terkait dengan penggunaan jaringan dan IP address, diharapkan saat ini juga mulai melakukan mihrasi ke IPv6. Dalam beberapa waktu mendatang IPv4 dan IPv6 akan berjalan bersamaan (dual-stack), hingga satu saat nanti, kita bisa sepenuhnya menikmati penggunaan IPv6.
Penulis: Valens Riyadi, Kabid National Internet Registry Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment