Breaking News
Loading...
Loading...
Nov 29, 2010

Wikileaks Kembali Bocorkan Rahasia AS

Pengelola laman Wikileaks kembali membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) resah. Setelah beberapa waktu silam mengungkapkan sejumlah dokumen militer Pentagon (Departemen Pertahanan), Wikileaks akhir pekan lalu memaparkan dokumen-dokumen rahasia komunikasi diplomatik AS dengan sejumlah negara.

Menurut stasiun televisi BBC, Minggu 28 September 2010 waktu setempat, bocoran dokumen itu berupa kawat diplomatik yang diterima Washington dari sejumlah kedutaan besar (Kedubes) AS di sejumlah negara. Kawat diplomatik itu merupakan laporan atas sikap pemimpin atau pemerintah sejumlah negara atas berbagai isu, yang tidak boleh dipublikasikan untuk umum.

Sejumlah bocoran kawat diplomatik yang sensitif itu diantaranya laporan mengenai sikap pemimpin sejumlah negara Arab - termasuk Raja Abdullah dari Arab Saudi - yang menginginkan AS agar menyerang Iran untuk mengatasi isu senjata nuklir.

Wikileaks juga membocorkan laporan mengenai kekhawatiran diplomat atas materi nuklir Pakistan yang bisa digunakan sebagai bom atom. Para diplomat pun mengeluhkan maraknya praktik peretasan jaringan komputer, yang diduga didukung oleh pemerintah China.

Dalam keterangannya, pemerintah AS khawatir bahwa publikasi terbaru dari Wikileaks tidak saja membahayakan keselamatan para diplomat AS di luar negeri. "Pengungkapan demikian menimbulkan risiko bagi diplomat kami, kalangan profesional intelijen, dan orang-orang lain di penjuru dunia yang datang ke AS terkait dengan upaya memperjuangkan demokrasi dan pemerintahan terbuka," demikian pernyataan Gedung Putih.

Namun pengelola Wikileaks, Julian Assange, mengatakan bahwa kekhawatiran itu menandakan bahwa pemerintah AS takut untuk dimintai pertanggungjawaban. Hingga kini, Wikileaks mengakui baru mempublikasikan 200 dari 251.287 data yang mereka peroleh dari sumber tertentu.

Sudah ada sejumlah media yang turut mempublikasikan bocoran dokumen dari Wikileaks, diantaranya The New York Times dari AS dan surat kabar Guardian dari Inggris.
(• VIVAnews)

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top