Breaking News
Loading...
Loading...
Jul 12, 2010

Janin Pasien Miskin Ini Meninggal karena Dokter Bolos

Zubairah (27), warga miskin asal Aceh Barat Daya (Abdya) yang dirujuk untuk menjalani bedah Caesar di RSU Cut Nyak Dhien, Meulaboh, Aceh Barat, harus menelan kecewa yang mendalam. Gara-gara terlambat dioperasi karena dokter spesialis kandungan dan kebidanan tak berada di tempat saat dibutuhkan, janin yang dikandungnya meninggal di dalam rahim.


Berdasarkan informasi yang dihimpun Serambi (Grup Tribunnews.com,red), Minggu (11/7/2010), Zubairah tiba di RSU CND Meulaboh pada Jumat (9/7/2010) malam. Kondisinya saat itu hendak melahirkan, tapi janinnya terlalu besar sehingga harus dibedah. Ini yang menyebabkan warga Desa Rubek Mepayang, Kecamatan Susoh, Abdya itu dirujuk ke RSU CND Meulaboh.

Tapi setiba di RSUCND, dokter spesialis kandungan dan kebidanan (SpOG) tak ada satu pun. Disebut-sebut mereka “bolos” ke luar kota, sehingga pada malam itu pasien Zubairah yang datang bersama suaminya disarankan oleh dokter umum agar dirujuk saja ke RSUD dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

Namun, karena Zubairah tak mampu secara ekonomi, sehingga mereka tetap bertahan di RSU CND. Apalagi bidan di ruang kebidanan RSU CND menyebutkan bahwa dr Iqbal SpOG akan tiba pada Sabtu (10/7/2010) pagi. Iqbal saat itu dilaporkan sedang berada di Banda Aceh, sedangkan dr Armansyah SpOG sedang di Jakarta.

Akan tetapi, setelah ditunggu-tunggu, dr Iqbal tak juga tiba, sedangkan kondisi pasien terus memburuk. Alhasil, pasien baru ditangani pada Sabtu (10/7/2010) pukul 17.00 WIB oleh dr Armansyah SpOG yang baru saja tiba dari Jakarta. Direktur RSU CND memerintah dr Armansyah segera menangani pasien asal Abdya ini. Namun, sebelum operasi, lebih dulu dilakukan pemeriksaan. Pada saat itulah diketahui bahwa janin di dalam rahim Zubairah tak lagi bernyawa. Namun, operasi tetap dilakukan untuk menyelamatkan ibunya.

Adapun jasad janin yang ternyata laki-laki itu pada Sabtu malam langsung dibawa pulang ke Abdya untuk dikebumikan. Zubairah justru hingga Minggu (11/7/2010) petang masih dirawat di ruang kebidanan RSUCND.

Hardiman, suami Zubairah, kepada Serambi kemarin menyatakan sangat kecewa terhadap kasus yang menimpa bayi dan istrinya. Ia sesalkan mengapa rumah sakit sebesar itu--malah Gubernur Irwandi menyatakan akan menjadikannya sebagai rumah sakit rujukan di pantai barat Aceh--sempat terjadi kekosongan dokter kandungan, sehingga janin yang dikandung istrinya meninggal dalam rahim.

“Nyawa memang urusan Allah, tapi yang membuat kami kecewa adalah harus menunggu berjam-jam, tanpa pertolongan medis yang sepatutnya. Saat dokter datang, janin di rahim istri saya justru sudah tak bernyawa lagi. Siapa yang tidak sedih?” ujar Hardiman yang berprofesi sebagai penjual ikan.

Janin laki-laki yang meninggal itu, merupakan anak kedua bagi pasangan Hardiman-Zubairah. Menurut Hardiman, saat diperiksa bidan RSUCND pada Sabtu (10/7) sekitar pukul 11.00 WIB, jantung bayi masih berdenyut. Akan tetapi, akibat terlambat dioperasi, karena tidak ada dokter kandungan, sehingga janin yang dikandung istrinya itu meninggal sebelum lahir. Hardiman mengakui bahwa ia sebelumnya sudah disarankan bidan RSUCND untuk membawa langsung istrinya ke RSUZA Banda Aceh. Tapi karena tak ada biaya, sehingga ia bersama istri lebih memilih bertahan di RSUCND.

Dr Armansyah yang menangani pasien asal Abdya itu kepada Serambi mengakui bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan sebelum dilakukan operasi, janin tersebut sudah meninggal dalam kandungan. Menurutnya, yang seharusnya bertugas melakukan operasi hari itu adalah dr Iqbal, sebab dia baru saja pulang dari Jakarta. “Tapi karena permintaan direktur, meskipun saya baru tiba, langsung saya yang mengoperasi pasien,” ujarnya seraya mengatakan bahwa ada dua pasien yang dioperasi Sabtu itu.

Direktur buang badan
Armansyah juga menyayangkan pernyataan Direktur RSUCND, Drs Bukhari MM yang menyebutkan bahwa saat pergi ke Jakarta ia tidak melapor ke atasan. “Pernyataan direktur di media itu merupakan upaya buang badan. Padahal, saya sudah ajukan izin ke bagian kepegawaian dan berniat hendak menemui direktur pada Jumat pekan lalu, tapi saat itu direktur tidak ada di RSU,” ujar Armansyah.

Sementara itu, Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh Barat, drh Mukharuddin mengatakan, dokter yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk menangani orang sakit, tapi dia melalaikan tugasnya bahkan menelantarkan pasien, itu sebuah pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Editor : prawiramaulana
Source : Serambi Indonesia
Sumber http://www.tribunnews.com/2010/07/12/janin-pasien-miskin-ini-meninggal-karena-dokter-bolos 

Salam Sonia

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top