AFGANISTAN: Faremo Mengawal Peti Mati
Menteri Pertahanan Norwegia Grete Faremo pada Senin (28/6/2010) menyatakan, akan pergi ke Afganistan secara pribadi untuk membawa pulang empat tentaranya yang tewas akibat bom jalanan menghantam iringan mereka."Aku akan menyertai peti mati mereka pulang," katanya kepada wartawan di Oslo sehari setelah serangan mematikan itu, dengan menambahkan bahwa ia akan ke Afganistan sesegera mungkin.
Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg menyatakan, sangat sedih akibat kehilangan tersebut dan menyebut serangan itu pengingat kejam akan bahaya keterlibatan Norwegia dalam tugas ketentaraan di Afganistan. "Sekalipun melakukan semua dengan kekuasaan untuk menjamin keselamatan tentara kami, kami tidak pernah bisa yakin untuk menghindari korban seperti kita derita kemarin," katanya pada jumpa pers di Oslo.
"Kita tahu bahwa pasukan Norwegia menghadapi peningkatan perlawanan di Afganistan dan ada tantangan besar," katanya.
Namun begitu, Stoltenberg menekankan akan kepentingan keterlibatan Norwegia dalam tugas Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sana. "Kita juga tahu bahwa kehadiran NATO di Afganistan mencegah Al Qaeda dan kelompok teror lain menggunakan negara itu sebagai wilayah penyebaran serangan teror terhadap negara lain," katanya.
Empat prajurit, berumur 21 sampai 41 tahun, berada di dalam kendaraan lapis baja ketika terkena bom jalanan di propinsi Faryab, Afganistan utara, pada Minggu.
Ledakan itu hampir menggandakan jumlah tentara Norwegia tewas di Afganistan menjadi sembilan dan tercatat sebagai korban terbanyak pasukan Norwegia dalam serangan tunggal sejak Perang Dunia II.
Juni menjadi bulan paling mematikan bagi pasukan asing di bawah kepemimpinan NATO dalam memerangi perlawanan hampir sembilan tahun pimpinan Taliban. Dengan kematian itu, 98 tentara tewas di Afganistan pada bulan ini, kata hitungan kantor berita Perancis AFP.
Norwegia memiliki sekitar 500 tentara di negara terkoyak perang itu, sebagian besar dari mereka ditempatkan di ibukota -Kabul- atau di utara. Sebelum kematian pada Minggu itu, prajurit Norwegia tewas di Afganistan terakhir meninggal pada Januari, juga akibat serangan bom jalanan.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Lonjakan jumlah tentara NATO tewas adalah berita tak disukai di ibu kota Barat, tempat pemimpin politik berada di bawah peningkatan tekanan dari pemilihnya, yang tak mau menerima harga untuk perang di tempat jauh dan tampak tiada akhir itu.
Pada tahun lalu, 520 tentara NATO tewas di Afganistan dalam yang kemudian dinyatakan sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 menggulingkan pemerintah Taliban.
Hingga Senin, sejumlah 1.879 tentara asing tewas di Afganistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan pemerintah Taliban pada ahir 2001.
Korban terbanyak dialami tentara Amerika Serikat, dengan 1.139 orang, diikuti Inggris dengan 309 orang, Kanada (150), Perancis (44), Jerman (43), Denmark (33), Spanyol (28), Italia (24), Belanda (24), dan negara lain (85).sumber kompas.com
Salam Sonia
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment