Pangkalan Udara Cape Canaveral Florida,
Selasa 22 Mei 2012, pukul 03.44 waktu setempat. Matahari belum lagi
terbit. Sepasang mata menatap lekat ke arah lokasi peluncuran pesawat
luar angkasa, ke arah Roket Falcon 9 yang “menggendong” kapsul
Dragon milik Space X.
Perasaan lelaki itu tak menentu: bergairah sekaligus cemas.
Pengalaman buruk Sabtu pekan lalu membayang, ketika pesawat itu gagal
melesat gara-gara soal teknis.
|
SpaceX Dragon (REUTERS/ NASA TV )
|
Dari pengeras suara, terdengar hitungan mundur:
10, 9, 8, 7, … 0.
Sepuluh detik, api bercampur asap menyembur di peluncur, mendorong
roket dan kapsulnya ke angkasa. Sontak ia bersorak girang. “Falcon
terbang sempurna! Dragon menuju orbit,” serunya.
Dia seperti mengalami ekstase. “Setiap adrenalin dalam tubuhku lepas saat itu. Sangat ekstrem,” kata dia, seperti dimuat
Washington Post.
|
Peluncuran SpaceX Dragon (REUTERS/NASA)
|
Lelaki itu adalah Elon Musk. Sebelumnya nama ini sama sekali tak
diperhitungkan dalam penjelajahan luar angkasa. Dia lebih tenar sebagai
pencipta PayPal, alat pembayaran online, dan kini menjabat
CEO Space X.
Hari itu, sejarah baru sedang dibuat: Dragon adalah satelit swasta
pertama diluncurkan dari Bumi menuju ke
Stasiun Luar Angkasa
Internasional (ISS).
Bagi Musk, momentum itu adalah pembuktian. Mimpinya dulu dianggap
“sinting”, dan kini menjadi nyata. Pencapaian hebat dalam usia relatif
muda, 40 tahun. Penjelajahan luar angkasa adalah “mainan baru” baginya,
setelah perusahaan mobil Tesla Motors dan instalasi energi Matahari,
SolarCity.
|
CEO SpaceX, Elon Musk (baltimoresun.com)
|
Dalam misi perdana ke ISS, tak ada astronot yang ikut terbang bersama
Dragon, meski pesawat itu dirancang mengangkut sampai tujuh astronot.
Ia hanya membawa kargo seberat 521 kilogram ke Stasiun di jagad luar
itu. Ada makanan bagi astronot, dan sebuah laptop. Juga 300 tabung
mirip wadah lipstik berisi abu jenazah, termasuk milik mendiang
astronot
Gordon Cooper, dan aktor James Doohan, yang bermain dalam
serial Star
Trek.
Meski Dragon masih terlalu pagi untuk dinyatakan berhasil, tapi
ambisi Musk belum berakhir. Dalam waktu dekat ia berencana mengirim awak
manusia dengan Dragon. “Kita sedang memasuki era baru eksplorasi luar
angkasa, di mana ada peran lebih besar bagi perusahaan swasta,” kata
Musk.
Perusahaan Musk di Kalifornia diisi para insinyur muda dan veteran
NASA. Mimpi terbesarnya adalah memangkas dana perjalanan luar angkasa
hingga 90 persen. Yang menarik, saat memulai Space X, Musk benar-benar
buta soal roket. “Saat saya terjun ke bisnis roket, saya tak tahu
apa-apa. Bahkan tidak pernah membuat apapun terkait itu,” kata dia
kepada
CBS News.
Keberhasilan peluncuran Dragon juga menuai pujian dari Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA). Kepala NASA, Charles Bolden
mengatakan, saat ini lembaganya menyerahkan transportasi menuju ISS ke
sektor swasta. “Jadi, NASA bisa fokus ke pencapaian lebih jauh
–mengeksplorasi tata surya lebih dalam, dan meluncurkan misi ke asteroid
dan Mars di cakrawala”.
Tentu, dalam setiap laju roket-roket itu, ada pundi uang yang terisi
bagi Space X. Perusahaan itu telah meneken kontrak dengan NASA untuk
mengirim kargo ke ISS senilai US$1,6 miliar untuk 12 kali misi. NASA
melalui
skema program Commercial Crew Development (CCDev) juga mengucurkan dana US$75 juta untuk meng-
upgrade kapsul Dragon agar bisa membawa kru ke luar angkasa.
Sementara, perusahaan saingan, Orbital Sciences, juga mendapatkan
kontrak senilai US$1,9 miliar, dan dijadwalkan akan mulai meluncurkan
satelit ke ISS tahun ini.
Kini rupanya adalah zaman para bohir top dunia melirik luar angkasa. Dan, tak hanya Space X yang punya ambisi besar itu.
Google menambang asteroid
Sebuah ide gila
diumumkan 24 April 2012 lalu. Planetary Resources Inc menyatakan rencana
ambisiusnya: menambang asteroid. Pikiran orang langsung melayang ke
Film Avatar, yang bercerita soal penambangan mineral di
luar angkasa, di
dunia lain nan subur, Pandora. Soal konflik dengan suku Na'vi. Atau
Film Armageddon, upaya manusia menghindar dari kiamat dengan mengebom
asteroid raksasa.
Meski baru muncul, Planetary Resources bukan perusahaan kacangan.
Dananya disokong para miliuner di antaranya, duo Google --Larry Page dan
Eric Schmidt, bos Petrot System, Ross Perot Jr dan Charles Simonyi,
mantan eksekutif di bidang software, yang mengepalai divisi aplikasi di
Microsoft. Belum jelas berapa uang mereka kucurkan. Belum satupun dari
mereka buka mulut.
Selain para investor, Planetary juga mengumumkan nama sutradara James Cameron. Dia ada di posisi penasehat, sekaligus investor.
Ada dua hal yang diincar: air dan logam mulia platinum. Platinum
adalah kelompok logam terdiri dari ruthenium, rhodium, palladium,
osmium, iridium. Dan platinum, hanya ditemukan dalam konsentrasi rendah
di Bumi. Sulit untuk mendapatkannya, karena itu harganya luar biasa
mahal. Logam-logam itu tak terbentuk kebetulan di kerak Bumi. Dia
terjadi akibat dampak tubrukan asteroid.
"Untuk itulah, kami akan menuju langsung ke sumbernya, asteroid,"
kata pendiri dan salah satu petinggi Planetary Resources, Eric Anderson,
seperti dimuat
SPACE.com."Lebih mudah mendapatkan akses ke konsentrasi tinggi logam-logam platinum di asteroid, ketimbang di kerak Bumi."
Cadangannya pun luar biasa. Satu batu angkasa selebar 500 meter
misalnya, mengandung platinum setara dengan yang pernah ditambang dalam
sejarah manusia."Jika ketersediaan logam ini melimpah, niscaya ongkos
memproduksi hampir semua barang termasuk piranti elektronik
defibrillator, perangkat selular, TV, komputer, monitor, dan katalis
akan berkurang," kata petinggi yang lain, Peter Diamandis. "Kita juga
bisa menggunakannya dalam produksi massal, seperti sel bahan bakar
kendaraan bermotor."
Lalu untuk apa menambang air?
Jangan bayangkan air dari asteroid dibawa ke Bumi yang airnya
melimpah ruah. Rencana Planetary Resources boleh dibilang imajinasi
terliar soal penjelajahan angkasa. Mereka berniat membuka “pompa
bensin”di luar Bumi. Air akan dipecah menjadi unsur pembentuknya,
oksigen dan hidrogen – bahan bakar roket. Untuk pesawat antariksa rute
Bumi-Mars , misalnya.
Air dari asteroid juga digunakan membantu para astronot tetap
terhidrasi, untuk bercocok tanam di luar angkasa. Juga, sebagai perisai
radiasi pada pesawat luar angkasa.
Seperti dimuat
USA Today, ini adalah proyek jalur cepat.
Pada 2014, perusahaan ini akan mulai meluncurkan teleskop sebesar
keranjang cucian, untuk mencari calon asteroid yang akan ditambang.
Langkah selanjutnya, mengirimkan armada robot yang bertugas mengeruk
air dan mineral dari batu angkasa itu.
Proyek rahasia Blue Origin
Bahkan ketika baru
bisa berjalan, ia sudah terbukti bukan bocah biasa. Dengan tertatih,
Jeff Bezos kecil memegang obeng, mencoba membongkar tempat tidur
bayinya. Beranjak remaja, ia mampu memperbaiki bulldozer rusak milik
kakeknya yang petani. Hanya berbekal buku panduan.
Dari kawasan pertanian, Jeff pindah ke Houston tahun 1969, setelah
ibunya menikah dengan Miguel Bezos. Di kota, ia terus bereksperimen.
Kesal dengan adiknya yang sembarangan masuk kamar, ia memasang alarm
listrik, agar mereka tak bisa masuk. Garasi rumah pun ia ubah jadi
laboratorium.
Dari garasi rumah itu juga, ditambah modal US$300 ribu dari orang tuanya, lahir situs penjualan buku populer, Amazon.com.
Namun, kaya raya menjual buku online ternyata tak memuaskan hati
Bezos. Pada tahun 2000, ia yang kini punya kekayaan sekitar US$19.1
miliar, mendirikan perusahaan penerbangan angkasa luar, Blue Origin.
Tren baru sedang dibuat.
Blue Origin berniat mengembangkan roket, dan pesawat luar angkasa
yang bisa digunakan berkali-kali. Termasuk mengirim astronot. Perusahaan
yang bekerja dengan amat rahasia itu menerima dana pengembangan dari
Program CCDev NASA sebesar US$22 juta pada 2011 lalu. Penerbangan
manusia ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional dijadwalkan antara 2016
dan 2018.
Tapi seperti apakah roket dan pesawat bikinan Blue Origin itu? Sampai
awal Mei 2012, perusahaan itu menutup rapat. Ini proyek rahasia.
Seperti diberitakan
SPACE.com 7 Mei 2012, salah satu
kendaraan buatan Blue Origin diberi nama sederhana, “Space Vehicle”.
“Kendaraan luar angkasa” yang bisa membawa tujuh astronot ke orbit
rendah Bumi dan ISS itu baru merampungkan uji terowongan angin.
Ujian itu dilakukan sebanyak 180 kali, dan analisis dinamika
mengarah ke bentuk paripurna, bikonik. “Bentuk inovatif kendaraan kami
lintasan lebih luas, dan volume interior lebih besar dari pesawat
tradisional,” kata Rob Meyerson, direktur dan manajer program Blue
Origin. “Ini salah satu dari banyak fitur kendaraan yang aman dan
terjangkau bagi perjalanan luar angkasa manusia. Tujuan bersama kami
dengan NASA.” Juga di bawah program CCDev, Blue Origin siap memulai tes
roket pendorong BE-3.
“Balas dendam” Paul Allen
Cita-citanya sejak
kecil menjadi astronot. Tapi penglihatannya buruk, dia tak mungkin
menerbangkan pesawat. Kelak, setelah ia menjadi miliuner dari
penghasilannya di Microsoft –perusahaan yang ia dirikan bersama teman
masa kecilnya, Bill Gates, Paul Allen mulai mewujudkan impiannya itu.
Dengan cara berbeda.
Allen yang Maret 2012 lalu menjadi peringkat 45 orang terkaya dunia
dengan kekayaan US$14,2 miliar makin serius menjalani bisnis penerbangan
luar angkasa komersial.
Debutnya dimulai pada 2004. Allen menjadi investor tunggal di balik
SpaceShipOne, pesawat komersial sub orbital pertama. Pada 4 Oktober
2004, pesawat itu berhasil mencapai ketinggian lebih dari 100 kilometer.
Ia memenangkan Penghargaan Ansari X dan mendapat hadiah uang US$10
juta.
Tujuh tahun kemudian, pada Desember 2011, ia mengumumkan berdirinya
Stratolaunch Systems, perusahaan baru yang akan membuat pesawat terbesar
yang pernah ada di dunia. Lebar sayapnya saja 385 kaki atau 117 meter,
lebih lebar dari lapangan sepakbola, dan 70 persen lebih panjang dari
sayap Boeing 747.
Terdiri dari dua badan pesawat, berbahan plastik komposit, dan
mengandalkan kekuatan enam mesin jet jumbo, pesawat itu dirancang untuk
terbang di ketinggian 30.000 kaki, sebagai pesawat ulang alik.
Fungsinya, meluncurkan roket yang diletakkan di bawah sayap gandengnya
menuju orbit.
"Hari ini kita berada di awal perubahan radikal industri peluncuran luar angkasa," kata Allen saat itu, seperti dimuat
Seattle Times.
Pesawat raksasa itu akan menjalani uji terbang perdana pada 2015,
sementara tes peluncuran roket akan dilakukan setahun kemudian.
Roket yang akan diluncurkan adalah milik Space X, kepunyaan Elon
Musk. Dengan meluncurkan roket di ketinggian angkasa, bukan di atas
tanah, akan menghemat ribuan galon bahan bakar dalam perjalanan ke ruang
angkasa. Juga tak perlu mengkhawatirkan cuaca atau susah payah
menentukan waktu dan lokasi yang tepat untuk peluncuran.
Allen mengatakan pesawat ruang angkasa bisa mulai membawa muatan, kargo maupun manusia pada akhir dekade ini.
Allen --yang menjadi penyandang dana tunggal bagi proyek ambisius
ini-- tidak menyebutkan berapa banyak duit yang bakal dia kucurkan.
Namun, diduga pundi-pundi uangnya bakal berkurang sekitar US$200 juta
atau lebih. Ini jauh lebih besar dari US$20 juta yang pernah ia
keluarkan guna mendukung penerbangan luar angkasa privat pertama pada
2004 lalu.
“Satelitnya” Angelina Jolie
Tak ada kata menyerah
untuk Richard Branson. Saat masih kecil ia menderita disleksia,
kesulitan mengolah kata. Peringkat kelas selalu di urutan buncit. Tapi
itu bukan halangan. Pada usia 16 tahun ia berhasil mendirikan usaha
pertamanya, majalah bernama Student.
Kini, ia adalah pemilik lebih dari 400 perusahaan di bawah Virgin
Group. Salah satunya, maskapai Virgin Atlantic Airways yang ia dirikan
pada 1980-an, yang melipatgandakan harta kekayaannya. Rupanya ia
ketagihan, tak puas dengan penerbangan pesawat biasa, kini ia mengincar
angkasa.
Dengan bendera Virgin Galactic, ia siap meluncurkan SpaceShip Two,
pesawat yang bisa mengangkut enam penumpang dan dua pilot ke luar
atmosfer. Pesawat itu dirancang oleh insinyur luar angkasa Burt Rutan.
Ini adalah versi lebih besar dari SpaceShipOne, yang terbang dengan
sukses di penerbangan suborbital pada tahun 2004.
SpaceShip Two tak diluncurkan dari permukaan tanah, tapi lewat
pesawat induk, WhiteKnightTwo-- yang bisa dimodifikasi untuk peluncuran
roket kecil, atau satelit untuk NASA atau pengguna lain.
Penumpang ingin jadi wisatawan diharuskan membayar sekitar S$ 200
ribu per kursi, dengan deposit $ 20.000. Pada September 2011, sudah ada
sekitar 500 pendaftar, termasuk para pesohor, Tom Hanks, Ashton Kutcher,
Katy Perry, Brad Pitt, dan Angelina Jolie.
Tapi apa yang harus dilakukan jika para turis luar angkasa itu mau
menginap? Inilah yang dipikirkan Robert Bigelow, pemilik jaringan hotel
Budget Suites of America itu berniat memperluas hotelnya ke luar
angkasa. Ia mengawali mimpinya dengan meluncurkan dua modul habitat
inflatable alias bisa dipompa, Genesis 1 dan Genesis 2.
Genesis 2, adalah model uji coba, yang mengangkasa 2007, dilengkapi
kamera, barang-barang pribadi dan permainan Space Bingo. Untuk mengejar
mimpi itu, ia siap mengucurkan dana ke Bigelow Aerospace sebesar US$500
juta hingga 2015. (np)
sumber