Breaking News
Loading...
Loading...
Oct 7, 2011

Legenda: Komodo Saudara Kembar Manusia

SEJARAH DAN LEGENDA KOMODO Konon, di zaman dahulu, seorang putri naga menikah dengan Empu Najo. Sepasang bayi kembar lahir. Tak semuanya berwujud manusia --seorang bayi laki-laki yang diberi nama Gerong, dan seekor komodo betina yang kemudian diberi nama Orah.

Komodo (Antara/ Puspa Perwitasari)
Gerong dan Orang lalu dibesarkan secara terpisah. Suatu hari, saat Gerong dewasa sedang berburu ia bertemu Orah --kembarannya. Senjata siap ia hunuskan. Namun, tiba-tiba muncullah sosok ibunya yang gaib. "Jangan kau bunuh, dia adalah saudarimu," demikian ucapan sang ibu.

Sejak saat itu, masyarakat Komodo meyakini bahwa mereka dan biawak Komodo bersaudara.

Kisah itu juga terpampang di sebuah papan di Taman Nasional Komodo. "Itu untuk menghormati adat istiadat masyarakat Komodo," kata Arie Saridin, dari forum pariwisata Manggarai Barat, saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis malam 6 Oktober 2011.

Menurut dia, ada pesan tersirat dalam kisah yang banyak orang mungkin menganggapnya tak masuk akal: keharmonisan manusia dan binatang, serta lingkungannya.

"Masyarakat Komodo tidak pernah mengganggu biawak Komodo. Sebaliknya, Komodo pun tidak mengganggu. Kalau Komodo memakan mereka, niscaya jumlah manusia di sana akan habis. Tapi, faktanya, orang Komodo masih survive," tambah dia.

Arie mengakui, memang ada anak Kampung Komodo yang pernah diserang, tapi anak tersebut masuk jalur berburu hewan bernama latin Varanus komodoensis itu.

Demikian juga dengan petugas, biasanya mereka diserang saat sedang santai, rileks, dan tidak waspada. Namun, selama dalam posisi membawa tamu, tak pernah diserang. Selama ini, alhamdulillah tak ada kejadian," kata dia.

Keharmonisan masyarakat dengan hewan yang dijuluki 'dinosaurus terakhir di muka Bumi' juga diwujudkan dalam upacara adat. "Biasanya masyarakat membuat sesajian, bukan untuk Komodo, tapi untuk nenek moyang -- dari nenek moyang itu mereka satu keturunan. Supaya seluruh perilaku di kawasan itu seimbang," tambah dia.

Saat ini, Pulau Komodo menjadi finalis ajang tujuh keajaiban alam dunia atau New 7 Wonders, Arie berharap Komodo ke luar sebagai pemenang. Demi kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar Pulau Komodo.

Ia menyayangkan konflik antara Kemenbudpar dan pihak penyelenggara. "Sebelum kemelut itu, kami, masyarakat lokal membuat spanduk, sosialisasi lewat internet. Sejak konflik itu, semua orang diam, tidak melakukan apa-apa. Kebingungan," tambah dia.

Padahal, masyarakat berencana membuat acara akbar di hari pengumuman pemenang, 11 November 2011. "Akan ada tarian adat massal di hari pengumuman, tak peduli menang atau kalah. Jumlah penarinya sampai 2.100 orang. Namun, karena ada gonjang-ganjing, niat itu diurungkan," tambah Arie.

Kini kampanye Komodo kembali menggeliat, meski waktunya mepet. Masyarakat pun kembali bersemangat. "Pulau Komodo kan melekat dengan manusia yang tinggal di dekatnya. Diharapkan selain wisata Komodo, wisatawan juga bisa menikmati wisata budaya dan alam. Kemudian memperlama masa tinggalnya," kata dia. (art) sumber• VIVAnews


0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top