Tips Mendesain Home Theater
FOCUS-GLOBAL.CO.CC-Tips Mendesain Home Theater Rumah home theater di rumah bisa menjadi sarana mengasyikkan untuk Anda dan keluarga yang ingin menghabiskan waktu bersama setelah seharian bekerja.
Anda penyuka film, tapi sulit menikmatinya di bioskop karena keterbatasan waktu? Jangan khawatir, kini Anda bisa kok membuat home theater sendiri di rumah. Malah menonton di rumah bisa lebih menyenangkan. Apalagi bila penciptaan desain interior bisa disesuaikan dengan selera Anda dan keluarga.
Menurut arsitek dari PT Serafindo Graha Kreasi, Ir Yos Villys Yoenan, saat ini home theater tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat nonton film.
Sejumlah pengguna bahkan banyak yang menerapkan home theater sebagai sarana kumpul keluarga, tempat karaoke, dan aktivitas lain yang masih berkaitan. Memang untuk merancangnya pun tidaklah mudah, banyak hal yang perlu direncanakan dengan baik dan matang. Adapun beberapa perencanaan yang perlu diperhatikan.
Pertama, rencanakan ruang khusus yang bisa membuat perlengkapan bioskop kecil di dalam rumah. Sebisa mungkin jangan membuat home theater satu ruang dengan ruangan lain.
“Terkecuali ruang tersebut juga digunakan untuk ruang berlatih musik, maka bioskop kecil tersebut bisa berbagi dengan ruangan musik,” tandasnya.
Setelah ruang sudah ditentukan, rencana selanjutnya adalah mendesain peredam suara atau akustik yang baik di dalam ruangan tersebut. Supaya suara dari alat home theater tidak terganggu akibat pantulan suara dalam ruang ataupun suara dari ruang lain bisa masuk.
Dalam arti, Yos menerangkan, Anda harus mempertimbangkan penggunaan lantai, dinding, dan plafonnya. Untuk lantai, dia menyarankan menggunakan bahan berakustik dalam arti peredam suara. Misalnya, rangkat kayu atau besi hollow yang diisi dengan glasswool atau rockwool.
Kemudian dilapisi dengan karpet atau parquet di atasnya. Begitu pun dengan dinding, lanjut dia, pengguna dapat menggunakan rangka kayu atau hollow yang berisikan glasswool, lalu bisa ditahan dengan wiremesh agar glasswool tetap berada di tempatnya.
Sebagai lapisannya, Anda dapat mengaplikasikan gypsumakustik, plywood, atau kain. Cara lain, Anda bisa menggunakan pelapis dinding dari panel dengan beragam ukuran sehingga efek desain yang ditimbulkan bagus. Seperti desain garis dan kotak-kotak dalam ruangan.
Alternatif lain, dinding menggunakan stainless steel batang-batang yang disusun acak untuk membuat warna kontras pada ruangan yang gelap. Sementara untuk plafon, aplikasinya lebih pada penggunaan rangka plafon kayu yang berfungsi untuk menahan pengisi akustik.
“Atau juga bisa menambahkan alumunium foil agar mengurangi panas suhu ruangan akibat terjebaknya sinar ultraviolet, yang bisa kita tutup dengan gypsum akustik,” sarannya.
Lalu pilihlah peranti home theater yang bagus dan terintegrasi dengan peranti lainnya yang membuat satu sistem home theater yang bisa bekerja dengan baik. Misalnya, jenis layar (bisa TV atau layar proyektor) ukuran layar yang diinginkan, peralatan penerangan seperti lampu-lampu yang bisa diatur intensitas cahayanya melalui dimmer, dan lainnya.
Untuk menghadirkan atmosfer bioskop yang sesungguhnya, hal yang penting juga untuk direncanakan dengan baik adalah kenyamanan. Anda bisa memilih furnitur yang nyaman dan tepat untuk digunakan dalam home theater. Misalnya, sofa, karpet, lemari penyimpanan DVD atau kaset, serta rak atau meja untuk meletakkan perlengkapan home theater.
Kendati menjadi sesuatu yang simpel, perabot maupun aksesori interior sering kali hanya menjadi penghias ruangan atau pelengkap tatanan furnitur semata. Padahal, ide kreatif yang mendasari ruang itu nyaman untuk ditempati tidak hanya elemen visual, tapi pilihan dan letak furniturnya juga.
Untuk itu, pastikan penempatan furnitur yang baik untuk bisa menikmati home theater dengan nyaman. Misalnya, pastikan letak sofa segaris dengan letak layar, lalu penempatan meja dan rak di posisi yang pas sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengguna.
Mengenai sirkulasi udara dan cahayanya, Anda bisa menggunakan split air condotioner (AC) biasa yang cukup PK-nya untuk luas ruangan tersebut. Sementara penerangannya bisa menggunakan lampu-lampu yang menerapkan sistem terintegrasi melalui perangkat komputerisasi. Sederhananya, bisa menggunakan dimmer untuk mengatur intensitas cahaya. (SINDO//nsa)
Anda penyuka film, tapi sulit menikmatinya di bioskop karena keterbatasan waktu? Jangan khawatir, kini Anda bisa kok membuat home theater sendiri di rumah. Malah menonton di rumah bisa lebih menyenangkan. Apalagi bila penciptaan desain interior bisa disesuaikan dengan selera Anda dan keluarga.
Menurut arsitek dari PT Serafindo Graha Kreasi, Ir Yos Villys Yoenan, saat ini home theater tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat nonton film.
Sejumlah pengguna bahkan banyak yang menerapkan home theater sebagai sarana kumpul keluarga, tempat karaoke, dan aktivitas lain yang masih berkaitan. Memang untuk merancangnya pun tidaklah mudah, banyak hal yang perlu direncanakan dengan baik dan matang. Adapun beberapa perencanaan yang perlu diperhatikan.
Pertama, rencanakan ruang khusus yang bisa membuat perlengkapan bioskop kecil di dalam rumah. Sebisa mungkin jangan membuat home theater satu ruang dengan ruangan lain.
“Terkecuali ruang tersebut juga digunakan untuk ruang berlatih musik, maka bioskop kecil tersebut bisa berbagi dengan ruangan musik,” tandasnya.
Setelah ruang sudah ditentukan, rencana selanjutnya adalah mendesain peredam suara atau akustik yang baik di dalam ruangan tersebut. Supaya suara dari alat home theater tidak terganggu akibat pantulan suara dalam ruang ataupun suara dari ruang lain bisa masuk.
Dalam arti, Yos menerangkan, Anda harus mempertimbangkan penggunaan lantai, dinding, dan plafonnya. Untuk lantai, dia menyarankan menggunakan bahan berakustik dalam arti peredam suara. Misalnya, rangkat kayu atau besi hollow yang diisi dengan glasswool atau rockwool.
Kemudian dilapisi dengan karpet atau parquet di atasnya. Begitu pun dengan dinding, lanjut dia, pengguna dapat menggunakan rangka kayu atau hollow yang berisikan glasswool, lalu bisa ditahan dengan wiremesh agar glasswool tetap berada di tempatnya.
Sebagai lapisannya, Anda dapat mengaplikasikan gypsumakustik, plywood, atau kain. Cara lain, Anda bisa menggunakan pelapis dinding dari panel dengan beragam ukuran sehingga efek desain yang ditimbulkan bagus. Seperti desain garis dan kotak-kotak dalam ruangan.
Alternatif lain, dinding menggunakan stainless steel batang-batang yang disusun acak untuk membuat warna kontras pada ruangan yang gelap. Sementara untuk plafon, aplikasinya lebih pada penggunaan rangka plafon kayu yang berfungsi untuk menahan pengisi akustik.
“Atau juga bisa menambahkan alumunium foil agar mengurangi panas suhu ruangan akibat terjebaknya sinar ultraviolet, yang bisa kita tutup dengan gypsum akustik,” sarannya.
Lalu pilihlah peranti home theater yang bagus dan terintegrasi dengan peranti lainnya yang membuat satu sistem home theater yang bisa bekerja dengan baik. Misalnya, jenis layar (bisa TV atau layar proyektor) ukuran layar yang diinginkan, peralatan penerangan seperti lampu-lampu yang bisa diatur intensitas cahayanya melalui dimmer, dan lainnya.
Untuk menghadirkan atmosfer bioskop yang sesungguhnya, hal yang penting juga untuk direncanakan dengan baik adalah kenyamanan. Anda bisa memilih furnitur yang nyaman dan tepat untuk digunakan dalam home theater. Misalnya, sofa, karpet, lemari penyimpanan DVD atau kaset, serta rak atau meja untuk meletakkan perlengkapan home theater.
Kendati menjadi sesuatu yang simpel, perabot maupun aksesori interior sering kali hanya menjadi penghias ruangan atau pelengkap tatanan furnitur semata. Padahal, ide kreatif yang mendasari ruang itu nyaman untuk ditempati tidak hanya elemen visual, tapi pilihan dan letak furniturnya juga.
Untuk itu, pastikan penempatan furnitur yang baik untuk bisa menikmati home theater dengan nyaman. Misalnya, pastikan letak sofa segaris dengan letak layar, lalu penempatan meja dan rak di posisi yang pas sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengguna.
Mengenai sirkulasi udara dan cahayanya, Anda bisa menggunakan split air condotioner (AC) biasa yang cukup PK-nya untuk luas ruangan tersebut. Sementara penerangannya bisa menggunakan lampu-lampu yang menerapkan sistem terintegrasi melalui perangkat komputerisasi. Sederhananya, bisa menggunakan dimmer untuk mengatur intensitas cahaya. (SINDO//nsa)
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment