Kronologi Penyerangan di Cikeusik
Ilustrasi |
Terjadi perlawanan, korban berjatuhan dari pihak Ahmadiyah, ada tiga orang Ahmadiyah yang tewas dan sejumlah korban luka serius dievakuasi ke rumah Sakit Serang, Banten.
Pagi sebelumnya, Sabtu (5/2/2011) polisi membawa Parman, isterinya, dan Tetep. Parman merupakan mubaligh Ahmadiyah kelahiran Cikeusik, sedangkan Tetep ketua pemuda Ahmadiyah Cikeusik.
"Sehari sebelum penyerangan tersebut, tiga warga Ahmadiyah dibawa ke Polres Pandeglang," kata sekretaris Pers Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Zafrullah Pontoh, Senin (7/2/2011) di kantor YLBHI, Jakarta.
Alasan polisi membawa ketiga warga Ahmadiyah tersebut untuk meminta keterangan atas status imigrasi istri Parman, warga Filiphina dan sampai saat ini ketiga warga ahmadiyah tersebut masih berada di Polres Pandeglang.
"Sementara 25 warga Ahmadiyah lain diungsikan ke lokasi aman guna menghindari penyerangan," kata Zafrullah.
25 orang tersebut mayoritas orang tua dan anak tersebut diungsikan ke rumah keluarga Parman dengan jarak satu jam dari lokasi.
Mendengar informasi bahwa warga Ahmadiyah Cikeusik diungsikan, pemuda-pemuda Ahmadiyah dari Jakarta dan Serang akhirnya pergi menuju Cikeusik dengan tujuan melakukan pengamanan terhadap warga Ahmadiyah yang masih menetap di Cikeusik.
Mereka tiba-tiba pukul 08.00 WIB keesokan harinya, Minggu (6/2/2011), dengan jumlah 18 orang ditambah tiga orang warga Cikeusik dan melakukan penjagaan terhadap rumah Parman.
Pada saat itu enam petugas polisi dan reserse kriminal sudah berada di lokasi, pada pukul 09.00 WIB, datang satu mobil pick up polisi dan dua truk Dalmas.
Mereka makan pagi bersama dan mengobrol dengan warga Ahmadiyah. Polisi memimta warga Ahmadiyah yang berada di Desa Umbulan untuk segera meninggalkan lokasi dan tidak melakukan perlawanan jika ada serangan.
Warga Ahmadiyah menolak, lalu perwakilan polisi meninggalkan lokasi karena menerima telepon. Sejak saat itu tidak ada dialog kembali, warga Ahmadiyah berkumpul di dalam rumah Parman.
Pada pukul 10.00 WIB pagi, massa dari arah utara mendatangi lokasi warga Ahmadiyah. Mereka berteriak-teriak sambil mengacungkan golok.
"Ahmadiyah Hanguskan! Ahmadiyah buarakan!, Polisi minggir! Kami yang berkuasa di sini," ucapan-ucapan kelompok penyerang kemarin.
Polisi di sekitar lokasi mendiamkan saja. Saat mendekati halaman rumah Parman, wakil Ahmadiyah yang berjaga pun ke luar. Massa pun makin beringas dan terjadi pemukulan. Kemudian melihat terjadi pemukulan, 21 warga Ahmadiyah yang bertahan pun ke luar dari rumah dan melakukan perlawanan, sehingga sempat membuat massa yang beringas tersebut mundur.
Namun, gelombang Massa tambah banyak dari arah belakang, serangan makin beringas ditambah dari arah selatan sehingga totalnya mencapai 1500 penyerang.
Saksi mata dari Ahmadiyah mengatakan sempat terjadi hujan batu. "Kita bertahan, terjadi hujan batu, mereka makin mendesak, kita terpojok, kita masuk ke sawah, kita bubar, kemudian dikejar dan dipukulin," unjar saksi dalam realis Ahmadiyah.
Penyerang berusaha mengejar anggota Ahmadiyah yang tertangkap ditelanjangi kemudian dipukuli secara brutal bersama-sama.
Akibat penyerangan yang brutal tersebut mengakibatkan tiga warga ahmadiyah tewas di tempat dan satu orang kemudian berhasil diselamatkan dalam keadaan luka parah.
Warga Ahmadiyah yang bisa melarikan diri pun menerima banyak luka sabetan senjata tajam dan memar akibat pukulan dan lemparan batu. Sebagian besar tubuh jamaah Ahmadiyah yang diamuk massa yang beringas tersebut penuh dengan sayatan golok. Wajah rusak, dan luka lebam.
"Hingga saat ini korban luka dirawat di Kota Serang, sementara korban meninggal akan dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan," kata Zafrullah.
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment