Hilangnya Data Rahasia Delegasi Indonesia
FOCUS-GLOBAL.CO.CC - Hilangnya data rahasia delegasi Indonesia di Hotel Lotte, Seoul, adalah kelalaian keamanan internal Indonesia dan dari pihak Korea Selatan. Indonesia harusnya membuat keberatan diplomatik terkait pengamanan delegasi dan barang Indonesia di negeri itu.
"Tentu kita harus melakukan keberatan diplomatik. Perlu kita komplain," ujar pengamat politik internasional dari Universitas Indonesia (UI), Hariyadi Wirawan, saat berbincang dengan detikcom, Senin (21/2/20110.
Delegasi Indonesia merupakan undangan kehormatan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, oleh karenanya pihak Korea Selatan juga bertanggung jawab atas keamanan delegasi dan barang di Negeri Ginseng tersebut.
"Mereka juga harus bertanggung jawab dan kita juga sebaiknya melakukan otokritik," kata Hariyadi.
Tidak hanya meminta pertanggungjawaban dari pihak Korea Selatan, Hariyadi melihat, justru kesalahan terbesar berada di internal keamanan Indonesia. Keamanan Indonesia tidak hanya bertugas melindungi delegasinya, tetapi juga melindungi barang-barangnya juga. "Ini kelalaian dan mereka tidak memiliki security awareness," jelasnya.
Hariyadi menyarankan, pihak delegasi Indonesia yang berada di Korea Selatan harusnya mengakui telah terjadi kebocoran dan kesalahan dalam sistem keamanan mereka, meski mereka membawa keamanan internal dari Indonesia.
Kemhan sebelumnya beralasan, "pencurian" laptop terjadi karena ada orang yang salah kamar. "Jawaban tentang salah kamar itu sangat menggelikan. Apakah ada kamar hotel yang mempunyai kunci yang sama? Jangan memberi alasan yang menurut saya anak SMA bisa tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban itu," ujar Hariyadi.
Akademisi bergelar doktor tersebut juga mengakui, apapun data dan barang yang berhasil dicuri oleh para pencuri tersebut adalah sebuah keberhasilan.
"Mereka tidak mabuk dan mereka melakukannya dengan baik. Mereka tahu yang ada di dalam kamar itu adalah orang penting dan barang penting. Tidak perlu seorang James Bond melakukan itu," tambahnya.
Sekadar diketahui, Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan, delegasi tidak membawa data penting saat berada di Seoul. Delegasi pimpinan Hatta Rajasa itu berjumlah 50 orang termasuk 5 menteri. Kunjungan kerja ini berlangsung 14-17 Februari.
Sedangkan media Korsel menulis, pemerintah Indonesia tenang-tenang saja atas gangguan itu, buktinya tidak ada permintaan yang dibuat untuk kerjasama atau konfirmasi tentang kasus ini. Demikian kata seorang pejabat di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan setempat.
"Tentu kita harus melakukan keberatan diplomatik. Perlu kita komplain," ujar pengamat politik internasional dari Universitas Indonesia (UI), Hariyadi Wirawan, saat berbincang dengan detikcom, Senin (21/2/20110.
Delegasi Indonesia merupakan undangan kehormatan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, oleh karenanya pihak Korea Selatan juga bertanggung jawab atas keamanan delegasi dan barang di Negeri Ginseng tersebut.
"Mereka juga harus bertanggung jawab dan kita juga sebaiknya melakukan otokritik," kata Hariyadi.
Tidak hanya meminta pertanggungjawaban dari pihak Korea Selatan, Hariyadi melihat, justru kesalahan terbesar berada di internal keamanan Indonesia. Keamanan Indonesia tidak hanya bertugas melindungi delegasinya, tetapi juga melindungi barang-barangnya juga. "Ini kelalaian dan mereka tidak memiliki security awareness," jelasnya.
Hariyadi menyarankan, pihak delegasi Indonesia yang berada di Korea Selatan harusnya mengakui telah terjadi kebocoran dan kesalahan dalam sistem keamanan mereka, meski mereka membawa keamanan internal dari Indonesia.
Kemhan sebelumnya beralasan, "pencurian" laptop terjadi karena ada orang yang salah kamar. "Jawaban tentang salah kamar itu sangat menggelikan. Apakah ada kamar hotel yang mempunyai kunci yang sama? Jangan memberi alasan yang menurut saya anak SMA bisa tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban itu," ujar Hariyadi.
Akademisi bergelar doktor tersebut juga mengakui, apapun data dan barang yang berhasil dicuri oleh para pencuri tersebut adalah sebuah keberhasilan.
"Mereka tidak mabuk dan mereka melakukannya dengan baik. Mereka tahu yang ada di dalam kamar itu adalah orang penting dan barang penting. Tidak perlu seorang James Bond melakukan itu," tambahnya.
Sekadar diketahui, Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan, delegasi tidak membawa data penting saat berada di Seoul. Delegasi pimpinan Hatta Rajasa itu berjumlah 50 orang termasuk 5 menteri. Kunjungan kerja ini berlangsung 14-17 Februari.
Sedangkan media Korsel menulis, pemerintah Indonesia tenang-tenang saja atas gangguan itu, buktinya tidak ada permintaan yang dibuat untuk kerjasama atau konfirmasi tentang kasus ini. Demikian kata seorang pejabat di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan setempat.
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment