Breaking News
Loading...
Loading...
Jan 26, 2011

Film Bursleque Seksi, Glamor, Minus Emosi

FOCUS-GLOBAL.CO.CC-Penari-penari yang seksi setengah telanjang, lagu-lagu dengan vokal yang menawan, panggung yang meriah dan glamor selalu menjadi unsur-unsur yang menyenangkan dari film musikal. Selebihnya, tentu penonton berharap pada cerita yang menarik, sukur-sukur mendalam, dan emosi yang kuat yang dibangun dari lagu-lagu yang dinyanyikan.

Film 'Bursleque' yang merupakan debut penyutradaraan Steve Antin memberikan separo dari semua itu. Separonya lagi, absen. Kita masih bisa menyukai setiap dialog yang melibatkan tokoh yang diperankan oleh Cher. Tapi, secara keseluruhan, alur cerita film ini bergerak datar, dengan konflik-konflik yang serba tanggung, untuk kemudian diselesaikan dengan, yeah, begitu saja.

Cher berperan sebagai Tess, pemilik klab bernama 'Burlesque' yang mengalami kesulitan keuangan. Dia mengelola klab itu bersama mantan suaminya, yang ngebet menjual klab tersebut. Seorang pengusaha kaya, Marcuss (Eric Dane) memang tengah mengincar untuk membeli klab itu, untuk kemudian melenyapkannya dan mendirikan gedung di lokasi itu.

Kita masih bisa menyukai bagaimana Cher menghidupkan karakter seorang perempuan yang berusaha mempertahankan satu-satunya hal berharga yang masih ia miliki dalam hidupnya. Sedih, tua, lelah dan nyaris tak berdaya, tapi tidak menyerah. Namun, ia tak bisa menghidupkan film ini sendirian.

Christina Aguilera, dalam film debutnya ini, memang terbilang tampil bagus. Ia berperan sebagai Ali, gadis desa yang ingin mengubah nasibnya, dari pelayan restauran menjadi seseorang yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya: menyanyi. Namun, premis yang klise ini tidak mendapatkan pendalaman sebagaimana mestinya.

Ali yang setelah keluar dari restauran tempatnya bekerja pergi ke Los Angeles, menemukan klab 'Burlesque', terpesona dengan para penarinya di atas panggung, dan berusaha meyakinkan Tess untuk bergabung. Namun, sebelum mendapatkan kepercayaan itu, dia rela menjadi pengantar minuman, berkat kebaikan Jack (Cam Gigandet) si penjaga bar.

Selanjutnya bisa ditebak. Ali tak hanya berhasil meyakinkan Tess dan mendapatkan perannya, namun juga menjadi dewa penyelamat Burlesque. Seiring dengan itu, ia membuat iri salah seorang penari yang selama ini menjadi primadona, Nikki (Kristen Bell) yang merasa tersingkir sejak kehadiran Ali. Sementara, hubungan Ali dengan Jack yang semula hanya sebagai kawan, berkembang menjadi cinta.

Semua itu berjalan tanpa emosi, sebab tak ada tokoh jahatnya. Marcus yang hendak membeli bar itu, juga mantan suami Tess yang hanya mikirin duit, toh mereka tetap orang-orang yang masih cukup baik. Ketika Marcus mulai mendekati Ali, kita sudah deg-degan akan terjadi fitnah, tindakan culas dan semacamnya, tapi ternyata semua baik-baik saja.

Nikki yang marah, sehingga hubungannya dengan Tess memburuk, juga membenci Ali, juga tak lebih dari perempuan judes yang selalu berteriak ketika ada orang yang hendak meminjam peralatan make-up-nya sebelum pentas.

Meskipun tidak sampai terjatuh menjadi film yang membosankan, namun 'Burlesque' memang tak begitu mengesankan. Paling banter, sepulang dari menonton film ini, kita menjadi tahu, o, ternyata "itu" ya lagu yang tempo hari memenangkan Piala Golden Globe sebagai the best original song. Lalu, sampai di rumah langsung mencarinya di Google dan men-donwload-nya.



0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top