Breaking News
Loading...
Loading...
Sep 21, 2010

Satu Bulan, Densus 88 Ringkus Perampok CIMB

Detasemen Khusus Antiteror 88 (Densus 88) dalam tempo hanya sekitar satu bulan berhasil menangkap para perampok PT Bank CIMB Niaga di Medan. Polisi menangkap 15 tersangka pelaku dan menembak mati tiga lainnya.

Perampokan Bank CIMB Niaga terjadi pada 18 Agustus 2010 yang dilakukan oleh 16 orang bersenjata api. Mereka menembak mati anggota Brimob Briptu Manuel Simanjuntak (28). Selain itu, mereka membuat dua satpam bank kritis. Dari bank tersebut, perampok berhasil membawa lari uang sebesar Rp 400 juta.

Para perampok itu ditangkap di tempat berbeda. Menurut Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Iskandar Hasan di Mabes Polri, Jakarta, Senin 20 September 2010, mereka diduga terlibat secara langsung dan tidak langsung. "Misalnya dua ditangkap di Lampung terlibat tidak langsung menjualkan senjata."

Ketiga kawanan perampok yang tewas berinisial RJ, RW, dan DN. Petugas terpaksa melumpuhkan para tersangka dengan timah panas karena mereka melawan. “Tentunya (mereka) melakukan perlawanan sehingga dilakukan penembakan," kata Iskandar.




Saat membekuk kawanan perampok di Belawan semalam (Minggu, 19 September 2010), polisi menemukan senjata yang identik dengan yang digunakan kawanan perampok Bank CIMB Niaga. Polisi juga berhasil menyita sebuah magasin, sepucuk AK-47, pistol, dan setengah kotak bahan peledak TNT.

***

Di tengah kesuksesan polisi mengungkap kasus perampokan ini muncul kabar tidak mengenakkan, yakni berkenaan dengan "perilaku" Densus Antiteror 88. Dikabarkan Densus melanggar aturan penerbangan sipil di Bandara Polonia, Medan, pada 13 September 2010. Selengkapnya baca di sini.

Mabes Polri menyatakan tidak mendapat surat protes berkaitan dengan kasus tersebut. Namun, Iskandar melanjutkan, jika karena hal itu Densus 88 dinilai arogan, Polri meminta maaf pada Angkatan Udara. Kemungkinan, kata dia, pada saat itu personel Densus 88 dalam keadaan buru-buru karena harus bergerak cepat. Akibatnya, mereka lupa berkoordinasi dengan pengelola Bandara.

Selain soal itu, keterlibatan Densus 88 yang notabene satuan khusus antiteror itu dipertanyakan. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Kapolri menjelaskan secara terbuka di bawah koordinasi siapa Densus 88 beraksi dalam penanganan kasus perampokan tersebut. "Ini salah, kecuali jika bersama dalam operasi gabungan. Kapolda harus menjelaskan apa yang terjadi kepada Kapolri," kata Usman Hamid, Koordinator Kontras.

Mengenai soal itu, Kapolri menjelaskan bahwa perampokan tersebut tidak murni kriminal, tetapi terkait dengan terorisme sehingga detasemen tersebut harus dilibatkan.

Para pelaku perampokan tersebut masih satu kelompok dengan pelaku terorisme yang melakukan pelatihan di Aceh dan Jawa Barat."Kasus ini tidak terlepas dari latihan militer di Aceh dan Bandung. Ini juga berkaitan dengan pengembangan kasus terorisme yang diungkap di Bandung," kata Bambang Hendarso dalam jumpa pers di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Senin 20 September 2010.

Jaringan tersebut juga terkait dengan aksi perampokan atas sejumlah bank di Sumatera Utara yang terjadi sebelumnya. Tiga bulan terakhir, sebelum CIMB Niaga dirampok, memang terjadi perampokan di Bank Sumatera Utara, Bank BRI dan sebuah tempat penukaran uang di Medan dan sekitarnya.

"Mereka mengaku disuruh oleh Mustofa alias Abu Tholut yang sudah divonis 8,5 tahun dan mendapat remisi dan kemudian beraksi lagi," kata Kapolri.

Mustofa, kata Kapolri, adalah Mantiki atau pimpinan wilayah jaringan teroris untuk Aceh dan Sumatera Utara. Catatan VIVAnews, pria bernama Mustofa tersebut memiliki nama alias Imron dan alias Abu Tholut. Buron teroris dari kamp militer Aceh ini merupakan mantan narapidana teroris yang terlibat peledakan bom di Atrium Senen, Jakarta pada 2001. Mustofa diduga kuat ikut latihan di Aceh. Terakhir Mustofa tinggal di Permata Hijau, Jakarta.

Sumber • VIVAnews

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top