Breaking News
Loading...
Loading...
Aug 25, 2010

Boleh Tak Boleh Atlet Puasa

ADA fatwa mengagetkan dari Jerman, pekan lalu. Ulama di negeri itu mengizinkan pemain sepakbola muslim untuk tak berpuasa. Tentu, bukan untuk seterusnya, karena puasa wajib bagi muslim. Izin itu, kata Aiman Mazyek, Sekretaris Jenderal Pusat Dewan Muslim Jerman, berlaku pada hari pertandingan selama Ramadan.


"Pesepakbola muslim profesional dapat menjalankan ibadah puasa saat jeda pertandingan. Mereka dapat melanjutkan ibadah puasa Ramadan di hari yang lain," ujar Aiman. Tentu, Jerman bukanlah negeri muslim.


Pada mulanya, ada perselisihan di tim Divisi 2 Jerman, FSV Frankfurt. Mereka memberi peringatan resmi kepada tiga pemainnya yang beribadah puasa pada musim lalu. Dalam kontrak, FSV Frankfurt memang mencantumkan klausul, agar pemain memberitahu klub terlebih dahulu sebelum berpuasa.
Itu sebabnya Dewan Muslim di sana bersidang. Lalu lahirlah fatwa itu.
"Kami menyambut gembira kabar ini. Sekarang pemain dapat memberikan yang terbaik, dan di saat sama mereka dengan tenang bisa menjalankan keyakinannya," ujar direktur olahraga FSV Frankfurt, Bernd Reisigg.

Fatwa itu tentu tak sembarangan. Sebelum memutuskan, Pusat Dewan Muslim Jerman telah berkonsultasi dengan para ahli dari institut Al-Azhar Mesir, dan merujuk pada sumber lainnya. Fatwa itu penting mengingat Ramadan tahun ini akan berbenturan dengan jadwal dua pekan pertama Divisi 2 Jerman.

Fatwa ini juga berlaku di kompetisi kasta tertinggi Bundesliga. Pesepakbola muslim seperti Franck Ribery dan Serdar Tasci merasa terlindungi dengan adanya fatwa ini. Mereka tak ragu-ragu meninggalkan ibadah puasa jika dirasa perlu karena latihan yang berat. Apalagi, mereka dituntut dalam kondisi prima jelang musim baru 2010/2011 yang dimulai pada 21 Agustus 2010.

Di sejumlah negara muslim, latihan sepak bola dan pertandingan klub papan atas biasanya dilakukan setelah berbuka puasa, atau ketika matahari terbenam. Tapi, tentu hal itu tak berlaku di Jerman.

“Dengan menghormati hukum dan keyakinan agama, peraturan ini memberikan rasa aman bagi klub dan pemain," ujar Aiman Mazyek, Sekjen Pusat Dewan Muslim Jerman.

Meski begitu, sejumlah pemain tetap menjalankan ibadah puasa. Mereka antara lain pemain FC Koln, Adil Chichi dan Youssef Mohamad.

"Mereka sudah menjalankannya bertahun-tahun. Jadi, mereka tahu bagaimana reaksi badan mereka. Mereka melakukan apa yang selalu mereka lakukan, melatih keyakinan agama mereka sembari bekerja sebagai atlet profesional," ujar Christopher Lymberopoulos, juru bicara FC Koln.

Tak puasa: dipecat.

Fatwa MUI Jerman melegakan buat para atlet. Tapi, sejumlah negara Islam lainnya di kawasan Teluk, seperti Iran, punya pandangan berbeda. Mereka terbilang keras menerapkan hukum agama.

Kabar muramnya adalah ini: pada Ahad 15 Agustus 2010, pemain sepakbola ternama Ali Karimi dipecat klubnya, Steel Azin FC. Pasalnya, dia tidak puasa di bulan suci Ramadan. Karimi pun terpaksa hengkang dari klubnya itu.

Karimi adalah Pemain Terbaik Asia 2004. Sejumlah media Asia pernah menjulukinya 'Maradona Asia'. Permainannya memikat. Tak hanya dituduh tak berpuasa, Karimi juga dianggap telah menghina para pejabat Federasi Sepakbola Iran (FFIRI).

"Saya seorang Muslim, dan saya percaya dengan pertanyaan soal agama," ujar Karimi kepada kantor berita ISNA, Senin 16 Agustus 2010.

Pemecatan ini berawal saat Karimi mengkritik gaya manajemen direktur klubnya, Mostofa Ajorlou. Yang menjadi masalah, Ajorlou adalah mantan pejabat Garda Revolusi, pasukan khusus Iran.

Karimi adalah pemain pengoleksi penampilan (caps) terbanyak kedua bagi tim nasional Iran. Selain itu, striker berusia 31 tahun ini juga menjadi pencetak gol terbanyak ketiga bagi tim nasional Negeri Mullah itu.

Ramadan dimulai di Iran pada Kamis 12 Agustus 2010. Di bawah undang-undang Iran, semua muslim diwajibkan menghormati bulan suci. Bagi mereka yang tidak berpuasa termasuk non-muslim, diharapkan tidak melakukan aktivitas makan dan minum di depan umum.

Gocek bola, tetap puasa

Puasa bagi para atlet memang berat. Karena mereka dituntut tetap berlatih saat asupan makanan dan nutrisi dihentikan. Atlet dituntut punya strategi khusus jika memang harus berlatih, apalagi bermain saat Ramadan.

Puasa, tak pelak, memang menurunkan penampilan pesepakbola. Riset British Journal of Sport Medicine membuktikan hal ini.

Selama puasa, para pemain tak mendapatkan asupan air, dan nutrisi pada siang hari. British Journal of Sport Medicine mengambil sample 55 pemain Aljazair di akhir Ramadan, juga dua pekan setelahnya.

Hasilnya, penampilan para pemain itu menurun sangat signifikan, lebih dari 5 persen. Itu sangat mempengaruhi kecepatan, kemampuan menggiring bola serta ketahanan tubuh.

Sekitar 70 persen pemain rata-rata juga menyebut Ramadan mempengaruhi penampilan mereka, baik saat bermain maupun berlatih. Oleh karena itu, para pemain bola dituntut punya strategi khusus jika memang harus bermain di saat Ramadan.

Tapi toh ada juga yang bertahan puasa, sambil meng-gocek bola.

Pemain timnas Iran Mehdi Mahdavikia, yang kini bermain di Steel Azin, dan pernah merumput di Jerman bersama Eintracht Frankfurt, justru tak mengalami hambatan berarti saat Ramadan. Kuncinya: Mahdavikia diet sedemikian rupa, sehingga sanggup menjalani laga-laga keras di Liga Jerman (Bundesliga).

"Saya selalu makan dan minum banyak saat sahur. Tanpa minum saat latihan pagi, dan sore tak berpengaruh buat saya," kata Mahdavikia kepada Deutsche Presse-Agentur.

Menjalani ibadah puasa, dan bermain di salah satu liga keras di Eropa, diakui Mahdavikia sangat berat. Tapi, latihan dua kali sehari tak mengganggu langkah gelandang dan sayap kanan Iran di Piala Dunia 1998 dan 2006 ini.

"Biasanya, seusai latihan pagi saya istirahat dan tidur. Sore hari, saya tetap latihan. Baru setelah latihan sore, saya makan seperti biasa," lanjutnya.

Mantan pelatih Mahdavikia di Hamburg SV, Thomas Doll menjadi saksi betapa sangat taatnya anak buahnya itu menjalankan puasa. Meski sangat berat, penampilan Mahdavikia disebutnya masih sangat bagus.

"Mehdi sangat profesional. Ia tahu betul apa yang harus dimakan agar tak mengganggu penampilannya saat Ramadan," kata Doll.

Sementara itu, dua saudara kembar kelahiran Jerman tapi anggota timnas Turki: Hamit dan Halil Altintop menyikapi Ramadan dengan cara berbeda.

Hamit, 27 tahun, yang juga striker Bayern Munich mendapatkan keistimewaan saat latihan. "Saya diberi kesempatan agar tak terlalu keras menjalankan latihan saat puasa," ujar Hamit kepada media Jerman.

Sebaliknya, Halil menyikapinya dengan sangat keras. Ia rela bersitegang dengan para pelatihnya jika memaksakan latihan keras. "Saya lebih baik tidak latihan. Daripada saya tak puasa dan melanggar ajaran agama," ucap Halil.

Atlet Indonesia

Puasa pun selalu dialami atlet Indonesia. Apalagi, para atlet sedang menjalani pelatnas ke Asian Games XVI di Guangzhou, China, November 2010.

Sprinter terbaik Asia Tenggara milik Indonesia, Suryo Agung Wibowo tetap berlatih sambil berpuasa. Bahkan, pelari 26 tahun ini mengisi waktu sambil menunggu buka puasa dengan latihan.

“Kebetulan, saya tak pernah ada event selama puasa. Saya hanya menyiasati latihan saja,” kata Suryo.

Manusia Tercepat Asia Tenggara ini mengaku mengaku tidak punya kiat-kiat khusus melakukan latihan saat puasa. “Biasanya, saya hanya memindahkan jadwal latihan ke sore hari jelang berbuka puasa,” kata Suryo yang punya target menunaikan ibadah haji tahun depan ini.

Puasa, tampaknya tak harus menjadi kontroversi, karena solusi bisa dicari. Seperti fatwa dari Jerman, tentang ibadah puasa yang wajib itu
Sumber VIVAnews

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top