Breaking News
Loading...
Loading...
Jul 4, 2010

Menguak Misteri Badai Debu

BADAI debu yang sering membuat masalah itu ternyata banyak kegunaannya bagi kehidupan ekosistem laut. Kesuburan laut tergantung dari nutrisi yang didapat dari darat lewat aliran sungai atau hujan. Jika Timur Tengah jarang ada sungai atau sedikit hujan, maka badai debu itulah sebagai pengganti pembawa nutrisi dari darat ke laut.


Badai debu yang sering menyirami rumah-rumah warga Timur Tengah dengan pasir, membuat langit kelabu, mengganggu sinyal telekomunikasi dan menimbulkan masalah kesehatan tidak hanya membawa masalah.

Siapa bilang badai debu itu hanya menimbulkan masalah dan tak ada gunanya. Adalah ilmuwan bernama Dr Waleed Hamza, Kepala Departemen Biologi Universitas UAE bersama para ilmuan Universitas Max Planc, Jerman telah meneliti fenomena badai debu tersebut yang dipublikasikan melalui the national, Sabtu (3/7).

Menurut hasil penelitian tersebut, badai debu sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan bumi, terutama laut. Badai merupakan transportasi vital pengiriman nutrisi dari daratan ke lautan dimana laut adalah basis ekosistem yang produktif.

Badai debu sangat bermanfaat bagi kelangsungan  kehidupan bumi, terutama laut. Badai merupakan transportasi vital pengiriman nutrisi dari daratan ke lautan dimana laut adalah basis ekosistem yang produktif.

Teluk Arab secara biologi dikenal sebagai badan air yang produktif tapi tidak ada yang tahu dari mana datangnya nutrisi yang diperlukan. Kesuburan laut tergantung dari nutrisi yang didapat dari darat lewat aliran sungai atau hujan.

Zat-zat gizi itu diperlukan laut untuk pertumbuhan bakteri dan ganggang sebagai komponen utama rantai makanan dalam ekosistem laut. Padahal Teluk Arab sangat sedikit mendapatkan air sungai dan jarang terjadi hujan.

Teluk Arab secara biologi dikenal sebagai badan air yang produktif tapi tidak ada yang tahu dari mana datangnya nutrisi yang diperlukan. Kesuburan laut tergantung dari nutrisi yang didapat dari darat lewat aliran sungai atau hujan. Zat-zat gizi itu diperlukan laut untuk pertumbuhan bakteri dan ganggang sebagai komponen utama rantai makanan dalam ekosistem laut. Padahal Teluk Arab sangat sedikit mendapatkan air sungai dan jarang terjadi hujan.

Nah, peran sungai atau hujan itulah digantikan oleh badai yang "mengangkut" nutrisi ke laut. Demikian kata Dr Hamza yang akan mempresentasikan temuan ilmiahnya ini di International Congress on Environmental Modelling and Software di Kanada, Kamis mendatang.

Dr Hamza bersama para ilmuan Jerman, mencatat frekuensi dan intensitas badai yang terjadi di Uni Emirat Arab selama 12 bulan, dimulai dari Oktober 2008. Mereka juga mengumpulkan 172 sampel dari seluruh badai debu.

Berdasarkan data itu mereka bisa memperkirakan jumlah debu pasir yang diterbangkan ke Teluk Arab setiap tahunnya, yaitu sekitar 5,5 juta ton. Partikel-partikel yang diteliti diukur dengan satuan mikron. Satu mikron sama dengan satu per satu juta meter atau satu per 25 ribu inci.

Jika badai itu berlaku konstan, maka diperkirakan dalam waktu 40 tahun ke depan, Teluk Arab akan penuh.

Tapi dengan ukuran 10-25 mikron, maka partikel-partikel debu yang dihembuskan ke Teluk Arab sangat lembut dan sebagian besarnya akan terseret arus laut. Hal itu cukup untuk memberikan efek terhadap komposisi kimia air laut.

"Kami menemukan debu-debu ini memperkaya Teluk Arab dengan banyak zat besi, fosfor dan nitrogen," jelas Dr Hamza dalam penelitiannya, yang dikutip hidayatullah.

Sampel debu diambil dari berbagai pasir dan bebatuan yang terdapat antara lain di Empty Quarter, Gunung Hajar dan sabkha yang kaya mineral di pantai Abu Dhabi. Sabkha adalah dataran yang terletak di antara gurun pasir dan laut yang terbentuk di tepian laut dangkal dan kering karena penguapan air. Sabkha banyak terdapat di kawasan pantai Afrika Utara dan Arab.

Setelah diteliti, sampel-sampel itu ternyata mengandung zat besi, fosfor, nitrogen, belerang dan nikel. Zat-zat nutrisi itu akan larut ke dalam air bersama dengan partikel debu yang terbawa arus. Semakin dalam partikel debu tenggelam, semakin dalam pula larutan gizi itu meresap ke lautan. Nutrisi yang dibawa partikel debu merangsang pertumbuhan ganggang laut.


Temuan Dr Hamza itu sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh ilmuan Inggris pada tahun 2006. Mereka ketika itu menegaskan bahwa debu dari Gurun Sahara, sekitar 500 juta ton setahun menyuburkan samudera Atlantik sehingga menghasilkan plankton dalam jumlah yang sangat banyak.

Peneliti lain bernama Dr Faiza Alyamani dari Kuwait Institute for Scientific Research juga telah lama meneliti hubungan antara angin dan kesuburan Teluk Arab.

Fenomena melimpahnya ganggang laut di Teluk Arab itu dikenal dengan gelombang pasang merah, karena warna laut di Furaijah dan Khor Fakkah dipenuhi oleh ganggang berwarna merah. (*)Tribunnews.com

Salam Sonia

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top