Breaking News
Loading...
Loading...
Jul 8, 2010

Kolonoskopi Bisa Selamatkan 32.000 Jiwa

Sekitar 32.000 jiwa bisa terselamatkan setiap tahun jika mereka yang berusia di atas 50 tahun rutin memeriksakan diri lewat prosedur kolonoskopi.


Penyakit kanker kolorektal adalah penyebab kematian utama di dunia dan menempati peringkat kedua di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru. Namun jutaan orang masih belum menjalani pemeriksaan yang direkomendasikan, demikian laporan baru Lembaga Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pekan ini.

Pemeriksaan kolonoskopi adalah salah satu prosedur yang disarankan guna mengetahui apakah seseorang menderita kanker kolorektal atau kanker usus besar. Prosedur ini biasanya dilakukan setelah serangkaian pemeriksaan klinis lainnya, seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan rektal dengan jari, dan pemeriksan laboratorium (pemeriksaan tinja).

"Tragisnya, satu dari tiga orang yang mestinya diperiksa untuk mengetahui apakah menderita kanker usus belum melakukannya," ungkap Direktur CDC Thomas Frieden dalam satu pernyataan.

"Setiap tahun, sebanyak 12.000 jiwa diselamatkan dari hasil mamografi, dan sebanyak 32.000 jiwa lagi dapat diselamatkan jika setiap orang dewasa berusia 50 tahun atau lebih memeriksakan diri secara rutin untuk mengetahui kemungkinan kanker usus," katanya.

CDC, yang membandingkan angka itu dengan pemeriksaan kanker payudara (penyebab utama kedua kematian akibat kanker di kalangan perempuan AS), menyatakan, "Lebih dari 22 juta pria dan wanita belum menjalani pemeriksaan kanker usus yang berpotensi menyelamatkan nyawa."

Data di AS pada 2008 menunjukkan, mereka yang memiliki asuransi kesehatan tercatat sebagai kalangan yang paling mudah mendapatkan akses kolonoskopi, yakni mencapai 66 persen, dibandingkan non-asuransi yang hanya 36 persen.

Gejala kanker kolorektal antara lain perubahan kebiasaan pada buang air besar (BAB), yang meliputi frekuensi dan konsistensi, tanpa sebab yang jelas. Perubahan ini bisa berlangsung lebih dari enam minggu. Gejala lain adalah adanya darah dalam tinja, nyeri perut di bagian belakang, penurunan berat badan, dan rasa penuh meski sudah BAB. Kompas.com

Salam Sonia

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top