Breaking News
Loading...
Loading...
Jul 31, 2010

Ahkirnya Abd al-Raqib al-Qirshi, pemimpin oposisi Yaman Tewas Ditembak

Abd al-Raqib al-Qirshi, pemimpin oposisi Yaman yang baru saja kembali ke negerinya dari pengasingan setelah 32 tahun, ditembak kepalanya hingga tewas.


Partai yang dipimpin al-Qirshi dalam pengumumannya, Jumat (3072010), menyebutkan, Abd al-Qirshi dibunuh pada Kamis (29/7/2010), justru setelah Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, menawarkan amnesti bagi para penentang politik untuk kembali ke Yaman, termasuk al-Qirshi.


"Abd al-Raqib al-Qirshi meninggal di sebuah rumah sakit di Damaskus, ibukota Suriah," demikian pernyataan partai al-Qirshi di situsnya. "Ia dipindahkan ke sana ketika mengalami luka-luka di kepala akibat usaha pembunuhan bulan lalu. Ia berada dalam keadaan koma sejak saat itu.

Para pendukung al-Qirshi meyakini, pemimpin oposisi dari pengasingan yang termasuk berani kembali ke Yaman setelah tawaran amnesti tersebut, dibunuh oleh orang-orang pemerintah. Mereka pun menolak penjelasan resmi pemerintah bahwa kematian al-Qirshi akibat perselisihan pribadi.

Meski pembunuhan tokoh oposisi itu diperkirakan tidak mempengaruhi proses dialog politik, perkembangan tersebut bisa membuat khawatir para pemimpin oposisi lainnya, yang banyak di antaranya masih berada di pengasingan, untuk kembali ke Yaman.


Qirshi adalah pemimpin Wahdawi (Persatuan), organisasi yang memiliki ideologi Arab dan sosialis. Ia dijatuhi hukuman mati atas tuduhan memimpin kelompok pemberontak bersenjata di Yaman selatan, kata Wahdawi dalam pernyataanya.

Qirshi berada di Yaman baru tiga pekan ketika ia ditembak kepalanya dan dibawa ke Damaskus untuk dirawat. Kementerian Dalam Negeri Yaman mengatakan, polisi telah memiliki lima tersangka namun belum melakukan penahanan.

Pada Mei, Presiden Ali Abdullah Saleh mengundang semua kelompok politik di dalam dan luar Yaman untuk mengambil bagian dalam "dialog nasional yang bertanggung jawab, dalam kerangka kerja lembaga konstitusional".

Selain menghadapi separatisme di Yaman bagian selatan, pemerintah juga menghadapi kekerasan di wilayah utara. Gerilyawan Syiah di Yaman bagian utara mengeluhkan marjinalisasi politik, sosial dan keagamaan.

Gencatan senjata antara pasukan pemerintah gerilyawan Syiah Huthi yang mulai berlaku 12 Februari merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.

Kelompok gerilya Zaidi atau Huthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, di mana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990.
Sumber-Kompas.com 
ShareThis

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top