Breaking News
Loading...
Loading...

Socialmedia

Seputar Kabar Artis

Sorot

HEADLINEWS

Showing posts with label Cerita Cerita Dewasa Yang Super Hot. Show all posts
Showing posts with label Cerita Cerita Dewasa Yang Super Hot. Show all posts
May 16, 2012
Memperkosa Seorang Istri Seksi yang Setia (bag1)

Memperkosa Seorang Istri Seksi yang Setia (bag1)

Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan suami-istri muda yang baru tinggal di samping rumahku itu. Suaminya yang bernama Bram, berusia sekitar 32 tahun, merupakan seorang pria dengan wajah tirus dan dingin. Sangat mahal senyum. Sedang istrinya, seorang wanita 23 tahun, bertubuh sintal yang memiliki sepasang mata membola cantik, raut wajah khas wanita Jawa.

Tak beda jauh dengan suaminya, dia juga terlihat kaku dan tertutup. Tapi watak itu, agaknya lebih disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya. Sehari-harinya, dia selalu mengenakan pakaian kebaya. Latar belakang kehidupan pedesaan wanita berambut ikal panjang ini, terlihat masih cukup kental, Jakarta tak membuatnya berubah. Aku hanya sempat bicara dan bertemu lebih dekat dengan pasangan ini, dihari pertama mereka pindah. Saat mengangkat barang-barangnya, aku kebetulan baru pulang dari jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman rumah yang mereka kontrak. Setelah itu, aku tak pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga tak merasa perlu untuk mengurusi mereka.

Perasaan dan pikiranku mulai berubah, khususnya terhadap si Istri yang bernama Maryati, ketika suatu pagi bangun dari tidur aku duduk di balik jendela. Dari arah sana, secara kebetulan, juga melalui jendela kamarnya, aku menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya dengan sangat telaten dan penuh kasih. Mulai menemani makan, mengenakan pakaian, memasang kaos kaki, sepatu, membetulkan letak baju, sampai ketika mencium suaminya yang sedang bersiap-siap untuk turun kerja, semua itu kusaksikan dengan jelas. Aku punya kesimpulan wanita lumayan cantik itu sangat mencintai pasangan hidupnya yang berwajah dingin tersebut.

Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku. Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual dengan lelaki lain? Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yang kuat, jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya bermain seks dengan pria lain? Apakah dalam situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dengan dalih ketidakberdayaan karena berada dibawah ancaman? Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yang memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan seksual. Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas sarat dengan resiko dosa dan hukum yang berat. Aku ingin memperkosa Maryati! Wuah! Tapi itulah memang tekad yang terbangun kuat di otak binatangku.

Sesuatu yang membuatmu mulai hari itu, secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut. Kuamati, kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama. Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, karena tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar. Dengan kata lain, kapan Maryati, wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul yang montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya.
Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memperkosanya. Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing gairah, sambil menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia. Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, wanita ini hanya mengunci diri di dalam rumahnya. Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya yang besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami. Meski mungkin mereka sadar, seorang suami, yang terkesan sesetia apapun, jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak ke sana. Aku tahu suaminya, si Bram selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari Rabu. Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi wanita simpanannya yang lain. Dan itu bukan urusanku. Yang penting, pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan.

Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin menggairahkan itu, kususun dengan cermat. Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus celana dalam, serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku. Buat Anda ketahui, aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa wanita yang berpapasan denganku biasanya melirik. Momen yang kupilih, adalah pada saat Maryati akan tidur.

Karena berdasarka hasil pengamatanku, hanya pada saat itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yang (mungkin) tanpa kutang. Aku tak terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu. Kalau Maryati cuma berdaster, berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju, kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya. Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalam, tahu sendirilah.

Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang itu. Saat Maryati pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang terdapat di sudut ruangan dapurnya. Dari sana, dengan sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri, wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya. Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang kecuali celana dalam di baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring. Nah, pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan berikut dari strategi memperkosa wanita bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yang lain secara kuat mengunci kedua tangannya. Maryati terlihat tersentak dengan mata terbeliak lebar karena terkejut sekaligus panik dan ketakutan. Dia berusaha meronta dengan keras. Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah para bajingan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku juga mengutarakan permintaan maaf.

“Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak. Percayalah, saya tidak akan menyakiti Mbak. Dan saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja,” bisikku membujuk dengan nafas memburu akibat nafsu dan rasa tegang luar biasa. Maryati tetap tidak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang saat kakiku menutup pintu kamarnya dan tubuhnya kepepetkan ke dinding. “Kalau Mbak ribut, akan ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak akan diketahui orang lain. Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati, karena saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa,” bisikku lagi dengan tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya.

Tahapan selanjutnya, adalah menciumi bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsang itu. Sedang senjataku yang keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan secara keras ke belahan pantatnya dengan gerakan memutar, membuat Maryati semakin terjepit di dinding. Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta, namun apalah artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria kekar yang sedang dikuasai nafsu binatang seperti diriku.

Aksi menciumi dan menekan pantat Maryati terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit. Setelah melihat ada peluang lebih baik, dengan gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan. Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum wanita ini tahu apa yang akan kulakukan, belahan pantatnya segera kubuka dan lubang anusnya kujilati secara buas. Maryati terpekik. Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk diantara selangkangannya dari belakang dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya, tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjamah. Strategiku mengingatkan belum waktunya sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit. Maryati terus berusaha melepaskan diri sambil memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang bajingan. Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana, telanjang sebagian.
“Akan kulaporkan ke suamiku,” ancamnya kemudian dengan nafas terengah-engah. Aku tak menyahut sambil bangkit berdiri serta menciumi pundaknya. Lalu menempelkan batang perkasaku yang besar, tegang dan panas diantara belahan pantatnya. Menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana. Sedang kedua tanganku menyusup ke depan, meraba, meremas dan memainkan puting buah dada besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu.

“Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,” ratapnya. Aku segera menciumi leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk, sekaligus memprovokasi. “Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu. Suamimu sedang keluar kota. Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu,” bujukku mesra. “Kau bajingan terkutuk,” pekiknya dengan marah. Sebagai jawabannya, tubuh putih yang montok dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi) kali ini kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di sana. Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas. Selanjutnya, ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu, mulai kuciumi. Dari sana, ciumanku meluncur ke sepasang buah dadanya. Menjilat, menggigit-gigit kecil, serta menyedot putingnya yang terasa mengeras tegang.

“Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan aku.” Wanita itu menggeliat-geliat keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah perutnya. Kujilat habis, sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti. Sementara tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya, kedua batang paha putih dan mulusnya yang menjepit rapat, berusaha kubuka. Maryati dengan kalap berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang liar itu secara telak membentur dua biji kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau aku semaput, wanita ini pasti lolos.
Setelah berjuang cukup keras, kedua paha Maryati akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dengan keahlian melakukan cunnilingus yang kumiliki dari hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini, lubang dan bibir kelamin wanita itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku.

Tanpa sadar Maryati terpekik, saat kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di klitorisnya yang mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam liang senggamanya, sambil tanganku terus mengusap, meremas dan memijit-mijit kedua buah dadanya. Maryati menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu. Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan hal itu, mataku berusaha memperhatikan permukaan perut Si Istri Setia ini. Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan lidahku yang terus menyeruak masuk dalam ke dalam liang senggamanya. Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana Maryati akan merasa lebih terangsang dan nikmat.

Gelombang rangsangan yang kuat itu kusadari mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi, ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan menggigit bibirnya. Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali kurasakan kedua pahanya bergetar.

Kemaluannya banjir membasah. Ternyata benar analisa otak kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia apapun seorang Istri, ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah seks. Maryati telah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsangan yang kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya. sumber
May 6, 2012
Wanita 41 Tahun Berhubungan Seks dengan Anak Sahabatnya

Wanita 41 Tahun Berhubungan Seks dengan Anak Sahabatnya

Houston, Dipasrahi tanggung jawab untuk mengasuh anak sahabatnya, seorang wanita di Amerika Serikat (AS) malah terlibat hubungan seksual dengan remaja berusia 13 tahun tersebut. Hubungan keduanya berlangsung terus-menerus selama 2 tahun, saat ibunda remaja tersebut tengah dirawat di rumah sakit.

Karen Carstens (Linkedln/Daily Mail)

Karen Lee Carstens (41) kini terancam dipenjara karena perbuatannya tersebut. Awalnya, ibunda remaja tersebut meminta tolong Karen untuk merawat putranya, di saat dirinya menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Houston, AS.

Namun, Karen justru menyalahgunakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan mencabuli putra sahabatnya tersebut. Insiden tersebut terjadi sejak tahun 2007, saat remaja laki-laki tersebut masih berusia 13 tahun, hingga tahun 2009.

Demikian seperti dilansir oleh Daily Mail, Sabtu (5/5/2012).

Polisi menuturkan, Karen dan remaja tersebut terlibat hubungan seksual selama beberapa kali. Diketahui bahwa,beberapa kali keduanya sempat berhubungan intim layaknya suami-istri di rumah Karen di Texas.

Karen meminta remaja tersebut untuk tidak memberitahu siapapun tentang hubungan mereka berdua. Namun, dalam dokumen pengadilan diketahui bahwa remaja tersebut sebenarnya sangat khawatir dirinya akan menghamili Karen karena beberapa kali berhubungan seks tanpa menggunakan kondom.

Hubungan keduanya diakhiri pada tahun 2009 ketika Karen pindah rumah. Karen yang kini tinggal di Riva, Maryland, telah dikenai dakwaan pencabulan terhadap anak oleh otoritas Houston. Polisi telah menerbitkan surat perintah penangkapan bagi Karen.
sumber
May 3, 2012
Cerita Panas Seks Mahasiswi di Kamar Kost

Cerita Panas Seks Mahasiswi di Kamar Kost

Waktu sudah menunjukan jam 19.15 saat Mira dan Lisa pulang menghabiskan hari dari sebuah mall di sebuah kota kecil di Cirebon, kota tempat mereka menuntut ilmu pada sebuah Perguruan tinggi swasta terkemuka. Saat itu kampus mereka sedang liburan semester yang lumayan lama

Sehingga banyak di antara teman-teman mereka yang memilih pulang kampung, namun bagi Mira dan Lisa lebih memilih untuk tetap tinggal di kota Cirebon karena tidak banyak yang dapat mereka kerjakan untuk mengisi waktu liburan di Jakarta kota asal mereka.

Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.

Mira saat ini berusia dualima tahun, sementara Lisa baru berusia sembilan belas tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Mira dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Lisa memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut. Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.

Mira saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Lisa yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.

Sesampainya di kost, Mira langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Lisa mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar, Mira begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Mira sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Mira tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara.

Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang memerintahkannya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana jeans.

Wajah mereka khas, usia mereka sekitar 38 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Mira kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya. Yang membangunkan dia bernama Kasim dan satu lagi bernama Danu atau sering dipangil Komenk. Mereka berdua adalah teman dari Donce pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.

Memang beberapa waktu yang lalu Mira dan Lisa dikenalkan oleh Donce kepada Kasim dan Komenk. Karena dengan setengah memaksa Donce, Kasim dan Komenk ingin dikenalkan dengan Mira dan Lisa yang waktu itu baru pulang dari kampus.

Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Mira dan Lisa. Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Mira dan Lisa lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Kasim dan Komenk. Dan yang membuat hati Mira menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Kasim sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Lisa yang saat itu sudah tinggal memakai pembungkus payudara (BH/Kutang) dan celana dalamnya (CD) saja yang berwarna putih.

Lisa sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Kasim yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Lisa yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus pembungkus payudara itu, kemudian menjilati leher Lisa.

“Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..”!

Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Lisa dengan bibirnya, Hmp.., cup.., cup.., begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu. Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Kasim bermain di dalam rongga mulut Lisa. Sementara itu Komenk yang berada di samping Mira berkata kepada Mira

“Hei, loe sudah bangun ya, teman loe ini boleh juga, gw pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran loe, nah sekarang loe perhatikan gw baik-baik kalo sampe loe nanti engga bisa muasin nafsu gw, mampus deh loe..”! sambil mengelus-elus kepala Mira. Mira mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Mira pun mulai pucat.

Lalu Kasim yang masih memangku Lisa menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang! Dia memerintahkan Lisa berlutut di depannya dan memerintahkannya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang Kontol-nya.
Sambil menangis Mira memohon belas kasih, “J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini”! Belum selesai berkata, tiba-tiba, Pllaakk!!!

“Masukkan ke dalam mulut loe, hisap atau gw bunuh loe..”! si Kasim menampar pipinya dan menjambak rambutnya. Dengan terpaksa Lisa dibuat berlutut di depannya,

Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Lisa membuka celana Kasim dan begitu dia menurunkan celana dalam Kasim tampaklah Kontol Kasim yang telah membesar dan menegang. Tanpa membuang waktu Kasim segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Lisa yang mungil itu. batang Kontol-nya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Lisa.

“Hhmpp.., emphh.. mpphh..”! begitulah suara Lisa saat mulutnya dijejali dengan Kontol Kasim.

Komenk juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Lisa, memerintahkan Lisa mengocokkan batang Kontol-nya yang juga telah membesar dengan tangan. Kontol Komenk tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Lisa dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali Kontol Kasim dan tangan kanannya mengocok Kontol Komenk.

“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..”! kata Kasim.

“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..”! timpal Komenk.

Beberapa lama kemudian nampak tubuh Kasim menegang, seluruh badannya mengejang, dan

“A.. akh….. Aaaahhhhhhhhhh…”!!! Kasim akhirnya menyemprotkan pejunya di mulut Lisa.

Cairan putih kental memenuhi mulut Lisa menetes di pinggir bibirnya seperti banyak diliah di video bokep, dan Lisa terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Kasim di kepalanya. Setelah itu mereka melepas pembungkus payudara dan CD Lisa, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.

Waw cantik sekali anjing ini. ujar Komenk sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Lisa yang sedang terisak-isak ketakutan.

Kali ini Komenk duduk di pinggir ranjang dan memerintahkan Lisa berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok Kontol dengan tangannya. Lisa terpaksa menuruti kemauan Komenk itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang Kontol-nya, sehingga Komenk mendengus keenakan. Sementara itu si Kasim mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Lisa dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang Memek nikmat itu. Seketika itu Lisa kaget

“Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..”! Lisa pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Kasim di memek perawan Lisa.

“Ayo Bitch!!.., kocok terus barang gw..”! bentak Komenk sambil menampar kepala Lisa.

Kembali Lisa mengocok kemaluan Komenk sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Kasim. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.

Sekitar 10 menit dikocok, Komenk memuncratkan Pejuh-nya dan membasahi wajah serta rongga mulut Lisa. Kali ini Lisa sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Komenk jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Lisa dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.

“Pelacur an***g..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air pejuh ku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi loe, dengar itu..”! bentaknya.

Kasim pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Lisa.

“Goblok..! gw lagi asyik nikmatin memek loe. loe jangan macem-macem ya..”! bentak Kasim.

Lisa hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Mira bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Mira meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksi Mira si Kasim berkata..

“Kenapa? loe tidak terima ya pacar loe gw pinjam, tapi sayang sekarang loe nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran loe yang gw entot..! Hahaha..”!

Mereka kembali menggerayangi tubuh Lisa, kali ini Kasim merentangkan tubuh Lisa di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang Memek nikmat Lisa.

“Ja.. Jaa.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Mira. Ampun Bang..”! pinta Lisa sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Komenk membantu Kasim dengan memegangi kedua tangan Lisa.

Kontol yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang Memek nikmat Lisa yang masih sempit, sehingga dari wajah Lisa terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.

Setelah hampir seluruh batang Kontol-nya terbenam di dalam liang Memek nikmat Lisa, Kasim mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Lisa mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Lisa.

sumber:http://web2lisan.wordpress.com/2012/04/03/cerita-seks-mahasiswi-di-kamar-kost/
Apr 20, 2012
Calon Asistenku yang Binal

Calon Asistenku yang Binal

Sudah sejak seminggu yang lalu Lenny sekretarisku mengeluh kalau pekerjaannya sekarang bertambah banyak, karena memang beberapa waktu ini aku membeli beberapa perusahaan baru untuk perluasan bisnisku. Sebagai sekretaris pribadi, maka Lenny harus mengetahui semua permasalahan bisnisku dengan mendetail sehingga dapat dimaklumi bahwa dia agak kerepotan juga menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Karena dia terus mengeluh, maka aku menyuruh dia untuk mencari asisten untuk membantunya.

Lenny sangat gembira karena aku mengijinkannya mencari asisten, tentu saja dia tak akan lupa dengan pesanku bahwa asistennya harus dapat memuaskan aku baik pekerjaannya maupun seksnya. Lenny hanya tertawa waktu mendengar permintaanku itu. Aku juga yakin bahwa tak terlalu sulit untuk mendapatkan sekretaris yang sehebat Lenny luar dalam, karena aku berani membayar sangat mahal untuk pelayanan mereka, namun yang menarik bagiku adalah kesempatan untuk menguji mereka secara langsung. Karena disinilah selera petualanganku aan terpuaskan dengan menggoda para calon sekretaris itu. Setelah melalui screening yang ketat oleh personalia, Lenny akhirnya menyetujui 6 calon asisten yang untuk itu dimintanya aku untuk menguji langsung mereka itu.

 Lenny terus-menerus tersenyum ketika ia menceritakan betapa cantiknya para calon sekretaris yang melamar dan pasti aku akan bingung untuk memilihnya. Akupun hanya tertawa karena aku yakin pikiran Lenny sudah ngeres saja. Dalam hati aku sudah tak sabar menunggu jam makan siang, karena setelah itu para calon pegawaiku ini akan menghadapku. Ketika aku kembali dari makan siang, kulihat diruang tunggu sudah berderet duduk beberapa gadis yang rata-rata berdandan rapi. Dari pandangan pertama aku mengakui bahwa mereka rata-rata cantik hanya saja kelihatannya kalau umurnya masih muda. Mereka semua memandangku dengan penuh harap sambil berusaha menunjukkan senyum yang terindah, aku membalas senyum mereka dan langsung masuk ke ruanganku. Lenny yang sudah menunggu aku langsung mendatangiku dan menanyakan apakah aku sudah siap untuk mulai wawancara.

Aku mengangguk namun kusempatkan untuk bertanya pada Lenny, apakah semuanya masih perawan, Lenny menjawab bahwa perasaan dia ada dua yang masih perawan yaitu yang namanya Indah dan Ratih, kalau yang lainnya kelihatannya sudah punya pengalaman. Yang pertama masuk seorang gadis memakai rok ketat berwarna biru tua, wajahnya cantik dengan tubuh yang tinggi langsing. Dengan penuh hormat ia menjabat tanganku dan duduk didepanku sambil menyerahkan berkas wawancara dari staffku sebelumnya. Kubaca namanya adalah Hesti ia lulusan Akademi Sekretaris yang terkenal di kota Bandung umurnya baru 21 tahun. Setelah mengetahui jati dirinya aku menutup map itu dan memandangnya tajam. Hesti menatap pandanganku dengan berani meskipun tetap sopan. Aku langsung menanyainya dengan beberapa hal yang umum mengenai kemampuannya, sementara mataku dengan teliti memandang wajah serta badannya. Aku kurang suka dengan Hesti ini karena badannya terlalu langsing meskipun susunya kelihatan cukup montok untuk badan selangsing dia itu. Setelah dia tak begitu canggung berbicara denganku, aku mulai memasang jebakanku, kutawari dia untuk merokok, Hesti kaget mendengar tawaranku itu, dengan ragu-ragu ia memandangku. ketika kukatakan bahwa kalau dia memang biasa merokok boleh saja merokok agar bisa lebih santai berbicara, barulah ia berani mengambil sebatang Marlboro yang kusodorkan. Ketika kutanyakan apakah dia berkebaratan kalau aku bertanya hal hal yang bersifat pribadi, dia langsung menggelengkan kepalanya tanda tak keberatan.

Aku tersenyum sambil membetulkan dudukku. “Apakah Hesti sudah punya pacar?”, Hesti tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Apakah pacar Hesti juga tinggal di Bandung?”. “Tidak Pak, pacar saya ada di Jakarta”. “Oh, makanya Hesti kepengen kerja di Jakarta ya?” Hesti lagi-lagi mengangguk dan tersenyum manis. “Apakah ini pacar Hesti yang pertama ataukah sebelumnya sudah sering berpacaran? “Sering Pak, tetapi semuanya sudah putus karena tak cocok!”. Aku tersenyum dan bertanya lagi, “Selama berpacaran, apa saja yang dilakukan oleh Hesti?”. “Maksud Bapak bagaimana ya?”, Hesti balas bertanya. “Maksud Bapak, apakah hanya sekedar omong-omong, atau dengan tindakan tindakan lain! Hesti terdiam dan hanya tersenyum mendengar pertanyaanku yang mulai terarah itu. “Sebagai seorang sekretaris, Hesti harus bisa menyimpan rahasia perusahaan secara maksimal, maka bagi Bapak, kalau Hesti bisa berkata jujur mengenai diri Hesti, berarti juga Hesti bisa dipercaya untuk memegang rahasia perusahaan!”. Mendengar itu Hesti baru berani menjawab, ” Ya kadang kadang omong-omong, kadang-kadang juga yang lainnya Pak!”. “Yang lainnya bagaimana?” kejarku, Hesti tak menjawab tetapi hanya senyum saja. “Apa berciuman?” Hesti mengangguk. “Apakah pacar Hesti suka meremas-remas buah dada Hesti?” dengan wajah sedikit malu Hesti mengangguk. “Sekarang coba jujur pada Bapak ya, apakah Hesti pernah berhubungan seks?”, dengan wajah yang makin merah Hesti menganggukkan kepalanya. Kukejar lagi dengan pertanyaan, “Sudah dengan berapa pria Hesti berhubungan seks? Hesti menjawab, “Empat orang Pak!” Aku tidak terlalu terkejut dengan pengakuan Hesti ini, tetapi karena aku tak terlalu tertarik dengan Hesti, maka aku tidak berusaha untuk mengajaknya untuk main, aku hanya ingin mengetahui keadaan Hesti luar dalam dan nantinya memberi dia duit agar supaya kalau tokh dia tidak kuterima maka aku tidak dituntutnya macam-macam. Dari laci mejaku kukeluarkan sebendel uang limapuluh ribuan senilai 5 juta rupiah, aku berkata kepada Hesti, bahwa aku ingin melihat dia membuka pakaiannya agar aku dapat lebih mengenal dia secara nyata, untuk itu akan kuberikan uang 5 juta rupiah yang ada di depannya itu.

Kalau nanti dia diterima, maka uang itu tetap menjadi miliknya, sedangkan kalau tidak maka uang itu sebagai hadiah dariku. Hesti ternganga mendengar perintahku yang tak pernah didengarnya itu, tetapi ia benar-benar siap untuk apapun rupanya. Dengan agak gemetar ia berdiri dan mulai membuka pakaiannya satu persatu, aku hanya duduk saja di depannya. Seperti yang kuduga buah dada Hesti cukup montok untuk badan ceking seperti itu, ketiaknya juga bersih mulus tanpa bulu selembarpun, ketika BH-nya dilepas, tampaklah buah dadanya yang kelihatannya sudah agak mengendur dan penuh dengan kecupan merah. Dari situ aku yakin kalau Hesti ini doyan main! Ketika Hesti membuka rok dan sekaligus celana dalamnya, penisku agak tegang juga, karena selangkangan Hesti ditumbuhi dengan bulu yang cukup rimbun. Setelah telanjang, Hesti berdiri mematung di depanku sambil tersenyum dan menunduk. Aku berdiri mendekati dia dan menyentuh susunya yang kurasakan agak empuk begitu juga dengan pantatnya, ketika kuraba bulu vaginanya, Hesti merangkulku seperti orang yang kaget. Aku diam saja, hanya jariku yang mulai menyelinap di antara celah pahanya mencari liang vaginanya.

Hesti mengerang ketika jariku menyentuh clitorisnya, tangannya meremas-remas bahuku tanpa berkata apa-apa. Aku merasa semuanya sudah cukup, maka aku kembali duduk di kursiku dan kusuruh dia kembali berpakaian. Setelah kuberikan uang dalam amplop itu, kuucapkan terima kasih dan kuminta Hesti menunggu kabar dari personalia. Hesti juga mengucapkan terima kasih dan meninggalkanku. Setelah itu masuk berturut-turut, Meity, Retno, Onny dan Ratih yang perkiraan Lenny masih perawan. Meity, Retno maupun Onny semuanya juga kuberi hadiah 5 juta rupiah setiap kali mereka telanjang bulat di depanku, semuanya berbadan bagus dengan susu yang montok, benar-benar berat bagiku untuk menahan diri menghadapi vagina yang masih muda dan segar seperti milik mereka itu.

Ketika Onny telanjang di depanku aku tak tahan untuk tak menciumi vaginanya yang berwarna merah muda itu, kujilati clitorisnya sampai Onny merintih-rintih, begitu juga dengan Retno yang sempat merasakan tusukan penisku meskipun hanya sampai dasar dan segera kucabut kembali. Ratih yang diduga Lenny perawan ternyata juga sudah tak perawan, justru cewek satu ini yang berani terang-terangan mengajakku untuk main tetapi aku ragu-ragu karena aku hanya mau main dengan calon pegawai yang betul-betul akan kuterima saja, yang lainnya cukup main-main saja. Kesabaran dan ketahananku akhirnya berbuah juga, ketika calon sekretarisku yang bernama Wulan masuk, aku merasakan kalau inilah cewek yang tepat untuk mendampingi Lenny sebagai sekretaris, mataku dengan tak sungkan-sungkan melahap wajah dan tubuh Wulan yang tinggi besar itu. Wajahnya cantik dengan tipe Jawa, hidungnya mancung dan kulitnya putih, bibirnya sangat sensual dengan lipstick merah tua.

Blousenya yang berpotongan rendah dilapisi jas berwarna biru tua, sepintas aku dapat melihat lekuk buah dadanya yang dalam menandakan kalau buah dada pemiliknya montok. Dari penampilannya, sepertinya cewek yang satu ini alim, tetapi aku yakin kalau sebenarnya dia ini super hot dan sangat sesuai dengan seleraku. Pandanganku yang jalang itu, tidak membuat dia rikuh, malah dia tersenyum manja waktu mengulurkan tangannya untuk bersalaman, tangannya empuk dan hangat sekali, begitu juga dengan suaranya yang agak bernada bass itu.

Semuanya sangat memuaskan seleraku, hanya sekarang tergantung bagaimana aku dapat mengolah agar dia dapat aku sikat dan selanjutnya akan kupakai untuk membantu Lenny. Pikiranku sudah membayangkan kalau mereka berdua aku sikat sekaligus diruang ini, pasti asyik. Setelah berbasa basi dengan menanyakan beberapa hal yang sifatnya formil, aku mulai menanyakan hal hal yang sensitif, karena begitu bernafsu akau merasakan kalau suaraku agak gemetar, tetapi justru yang kulihat Wulan malah tersenyum melihat gayaku itu. “Wulan keberatan nggak kalau saya tanya hal hal yang sifatnya pribadi, karena sebagai tangan kanan Bapak, tentunya Bapak juga ingin tahu hal hal seperti itu”.

“Tentu saja boleh Pak, silakan Bapak tanya apa saja!”, Aku menelan ludah mendengar jawaban Wulan yang menantang itu. “Wulan tingginya berapa ya?”. “Seratus tujuh puluh enam senti Pak”. “Berapa ukuran vital Wulan?”. “Dada 36, pinggang 30, pinggul 38″, Aku tersenyum mendengar ukuran vitalnya yang hebat itu, Wulan juga menyeringai melihat aku tersenyum itu. “Masak dada Wulan sebesar itu, kelihatannya kok nggak ya!”. “Benar kok Pak, Wulan nggak bohong”, jawabnya mengajuk. “Coba Wulan buka jasnya, biar Bapak bisa melihat lebih jelas!”.

 Tanpa ragu-ragu Wulan berdiri dan melepas jasnya, ternyata Blouse Wulan tak berlengan sehingga aku dapat melihat lengannya yang putih mulus itu. Memang setelah Wulan hanya memakai blouse, baru kelihatan kalau susunya memang besar. Ketika kusuruh Wulan mengangkat lengannya, kelihatan juga kalau ketiaknya penuh bulu yang sangat aku sukai. Aku makin bernafsu melihat tubuh Wulan yang sip ini, tetapi aku masih harus berusaha agar Wulan benar benar dapat kutiduri, karenanya aku masih harus terus berusaha. “Apakah Wulan pernah melihat blue film?” “Pernah Pak”. “Sering?”. “Sering”. “Coba ceritakan pada Bapak apa yang kamu sukai kalau nonton blue film itu!” Wulan pertamanya agak ragu untuk menjawab, tetapi akhirnya keluar juga jawabannya.

“Wulan senang kalau mereka melakukan adegan pemanasan, dan juga melihat mimik muka ceweknya kalau puas! Aku rasanya sudah tak tahan lagi ingin menubruk Wulan, tetapi aku masih menahan diri. “Wulan, coba ya behanya dilepas, Bapak ingin melihat buah dada Wulan!”. “Apa blousenya juga dilepas Pak?”. “Terserah!”. Kembali Wulan berdiri, dia dengan tenang membuka blousenya serta kemudian melepas pengait behanya. Benar-benar fantastis payudara Wulan, besar, montok, putih namun sedikit kendor. Aku sejenak terpana memandangnya, tetapi aku langsung dapat menguasai diriku dan berdiri dan berjalan memutari mejaku mendekati Wulan. Tanpa ragu kedua tanganku langsung meremas payudara Wulan dengan lembut. Wulan hanya diam saja, merasakan empuknya payuadara Wulan aku tahu kalau dia sudah tidak gadis lagi. Remasan tanganku ke payudara Wulan menyebabkan puting susunya mulai mengeras, aku menyelusupkan tanganku ke ketiaknya dan mengangkat lengannya tinggi-tinggi, kuperhatikan ketiaknya yang penuh dengan bulu hitam itu dan tanpa sadar aku sudah menciuminya.

 Saat itulah Wulan mulai mendesah kegelian, aku terus menciumi bulu ketiaknya yang berbau harum oleh karena deodorant itu untuk kemudian ciumanku mulai mengarah keputing susunya. Wulan dengan agak berbisik berkata, “Pak, nanti ada yang melihat lho, Wulan takut!”, Aku mana peduli dengan semua itu. Justru sambil mengulum puting susunya aku mulai melepaskan rok yang dipakainya. Dengan mudah kulepaskan rok bawah Wulan demikian juga dengan celana dalamnya, ketika kuraba selangkangan Wulan dapat kurasakan ketebalan bulu vaginanya di telapak tanganku, ketika jariku menyelinap ke dalam vaginanya. Wulan makin menggelinjang dan meremas pundakku tanpa bersuara sedikitpun. Karena aku tahu waktuku hanya sebentar, maka aku menghentikan ciumanku dan mulai melepasi pakaianku sendiri.

Wulan hanya berdiri saja melihat aku melepaskan semua pakaianku itu, matanya terbeliak ketika kulepas celana dalamku sehingga penisku tersembul keluar. Dengan terbata-bata ia berkata “Pak saya takut Pak, punya Bapak besar sekali, nanti nggak cukup lho Pak, saya baru beberapa kali bersetubuh! Aku berbisik agar ia tak takut karena aku akan hati hati dan kujamin dia tak merasa sakit. Kubaringkan Wulan di sofa yang ada di kantorku, dan aku kembali ke mejaku.

Tanpa diketahui Wulan aku memejet interkom untuk memanggil Lenny, Lenny yang telah mengerti dengan kode dari aku segera masuk ke ruanganku dengan tenangnya. Tetapi lain dengan Wulan yang langsung meloncat kaget dengan wajah pucat pasi dan kebingungan mencari penutup tubuh. “Wulan nggak usah takut, tokh nanti kalau kamu kerja juga bersama dengan Mbak Lenny, jadi rahasiamu juga jadi rahasia Mbak Lenny ya!”, Wulan hanya diam saja dengan wajah merah menatap Lenny yang tersenyum manis kepadanya. Ketika kutanyakan dimana kondom yang kubutuhkan, Lenny mengeluarkannya dari saku dan membukanya untuk kemudian dengan berjongkok ia memasangnya di penisku yang sudah berdiri kaku itu, karena memang tujuannya agar supaya Wulan tidak rikuh dengan dirinya, Lenny secara sengaja mengulum penisku dulu sebelum memasang kondom bahkan dengan demonstratif ia menelan seluruh penisku hingga tinggal pelirku saja. Wulan memandang semua itu dengan wajah merah padam, entah karena malu atau karena nafsunya yang sudah naik. 

Yang pasti ia diam saja ketika Lenny duduk di atas meja kerjaku sementara aku mendekatinya, kurenggangkan kaki Wulan sehingga vaginanya kelihatan merekah merah tua. Pelan-pelan kusapukan lidahku kepinggir vagina Wulan, Wulan langsung mendesah dan mendorong kepalaku, aku diam saja malahan kuteruskan jilatanku pada clitorisnya yang bulat itu, Wulan merintih rintih kegelian, tanganku tak tinggal diam juga ikut meremas remas susunya yang montok itu. Wulan dengan gemetar meraih penisku dan diremasnya penisku dengan gemas sekali. Aku juga kasihan melihat Wulan yang demikian kebingungan karena merasakan kegelian yang luar biasa itu, tetapi tujuanku sebenarnya agar dia tak terlalu merasa sakit bila penisku yang gede itu menembus vaginanya.

Langsung saja aku mengarahkan penisku ke liang vaginanya yang sudah basah kuyup dan merekah itu, ketika kulihat ujungnya sudah terselip diantara bibir vagina Wulan, pelan-pelan kutekan masuk. Wulan menggigit bibirnya sementara tangannya memegang pantatku entah mau menahan atau malahan mendorong, yang pasti penisku dengan pelan berhasil juga masuk seluruhnya ke dalam liang vaginanya. Vagina Wulan terasa legit sekali, rasa hangat yang menjepit penisku membuat aku menggigit bibir karena enaknya. Tetapi seperti yang kuduga, Wulan kurang berpengalaman dalam persetubuhan, karena meskipun penisku sudah mentok menyentuh leher rahimnya, ia diam saja bahkan menutup matanya. Aku berbisik di telinganya agar Wulan juga menggerakkan pantatnya, tetapi Wulan tetap diam saja. Gerakan penisku naik turun membuat vagina Wulan bertambah basah dan becek, aku benar-benar kecewa dengan vagina Wulan ini, rasanya aku kepengen mencabut penisku dan berpindah ke vagina Lenny yang pasti lebih pulen dibanding punya Wulan itu, tetapi aku tak mau melukai perasaan Wulan.

Dengan agak tergesa-gesa aku mempercepat genjotanku agar aku segera mencapai puncak kenikmatanku, tetapi dasar masih belum berpengalaman, tiba-tiba saja Wulan merintih keras, sementara kurasakan vaginanya mengejang. Rupanya Wulan sudah mencapai puncak kepuasannya, badannya berkeringat dan kakinya erat melingkar dipantatku. Dengan beberapa sentakan lagi, akupun memuntahkan air maniku yang tertampung dalam kondom yang kupakai. Begitu rasa geli mulai hilang dari ujung penisku, aku segera mencabut penisku dan kusuruh Lenny mengajak Wulan untuk keluar dari ruanganku. Lenny tersenyum melihatku, ia tahu bahwa aku kurang puas dengan permainan Wulan, pasti nantinya Lenny harus bekerja keras untuk mendidik Wulan agar tahu seleraku dalam bermain main! Kuingatkan Lenny agar tak lupa memberi Wulan uang serta memanggilnya lagi untuk masuk kerja. TAMAT (secure)
Cinta Satu Malam Dengan Mbak Yuli

Cinta Satu Malam Dengan Mbak Yuli

This summary is not available. Please click here to view the post.
BH Hitam Milik Tante Wike yang Seksi

BH Hitam Milik Tante Wike yang Seksi

Aku sedang tidur ketika HPku berdering. Suara yang tak asing terdengar ditelingaku. Rupanya tante Wike ada di Ykt. Katanya sich ada tugas kantor dengan teman-temannya dan aku diminta datang kehotel *** tempat mereka menginap.

Sambil jalan aku membayangkan sosok tante Wike. Dia adik ibuku yang berusia 39 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan tinggi 175 cm, tubuhnya ramping dan seksi. Dadanya dihiasi oleh sepasang payudara yang indah dan besar. Waktu kecil dulu aku sering mengintip dada tante Wike dan kalau onani sering membayangkan dadanya itu. Kalau membandingkannya dengan artis, tante Wike mirip Vina Panduwinata.

Sesampai di hotel aku diperkenalkan dengan 2 teman tante Wike, Pak Bondan(46) dan bu Shinta(37). Mereka memintaku menjadi penunjuk jalan selama mereka di Ykt, dan aku menyanggupinya. Setelah itu kami berkeliling kota sampai jam 21:47.

Karna sudah malam tante Wike meminta aku menginap dikamarnya saja. Kesempatan batinku, dari tadi aku sudah gatal melihat payudara tante Wike dibalik baju tang top biru yang ketat. Aku tak ingat lagi kalau dia tanteku, yang penting hasratku tersalurkan pikirku.

Setelah masuk kamar tante Wike pergi mandi, aku langsung memikirkan cara bagaimana agar aku bisa menikmati tubuh tante Wike yang tetap seksi walau telah memiliki 2 anak. Saat dia keluar aku menelan ludah, dengan celana pendek ketat sampai diatas lutut dan baju kaos putih tanpa lengan benar-benar memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna. Saat tante Wike lewat didepanku tercium wangi sabun dari tubuhnya, saat ia hendak mengeringkan rambutnya terlihat BH hitam kesukaanku dari balik ketiak tante Wike.

Aku jadi gelap mata. Begitu tante Wike membelakangiku, langsung kurangkul dia. Bibirku menyedot lehernya, sementara tanganku yang satu meremas sepasang payudara dan yang satu lagi bermain diselangkangan dan paha tante Wike. Hanya sebentar ia meronta setelah itu tubuh tante Wike menjadi tenang.
“Izinkan aku merasakan tubuh tante yang indah ini ya?” Desahku di kuping tante Wike.
“Gimana Ndra? Tapi sekali ini aja ya Ndra.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” Kata tante Wike. Aku mengangguk kecil tanda bersedia.

Tante Wike lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu tante Wike mencopot celana ketatnya terlihat paha mulus yang kugerayangi tadi. Saat ia hendak melepas tali BH aku cegah. Dengan lembut tanganku kebelakang pundak tante Wike membuka kaitnya lalu memelorotkan BH itu sambil menggesek puting susunya. Sepasang payudara berukuran 36 B terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan.

Tante Wike lalu mencopot celana dan CD hitamnya. Dan kini ia telah telanjang bulat, penisku terasa tegang karna tak menyangka tubuh tante Wike seindah itu. Lalu ia naik keatas ranjang dan merebahkan badannya telentang. Aku begitu takjub, tubuh tanteku yang aduhai telanjang dan pasrah berbaring diranjang tepat dihadapanku.
“Ayo Ndra.. apa yang kamu tunggu, tante udah siap, jangan takut kalau belum pernah nanti tante bantu” Kata tante Wike.
“Iya.. tolong ya tante” Jawabku berbohong.

Segera aku melepas semua pakaianku karna sebenarnya aku juga sudah tak tahan. Kulihat tante Wike memperhatikan kejantananku yang berdenyut-denyut, lalu aku naik keatas ranjang dan memulainya. Langsung saja kukecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, masih canggung pikirku, tapi tidak aku hiraukan terus aku lumat bibirnya. Sementara kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

“Ooh.. Ndra.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..” Tante Wike mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali aku merasakan ia menelan ludah yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini bibirku kuarahkan kebawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada tante Wike. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini berada tepat dihadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah laki-laki. Langsung aku jilati dari bawah lalu kearah putingnya, sementara buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghh” Tante Wike mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit gigi bawahnya, kini jariku kuarahkan keselangkangannya. Disana kurasakan rambut yang tumbuh disekeliling vagina tante Wike. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa dia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari kelentitnya. Kupermainkan jariku keluar-masuk didalam lubang vagina tante Wike yang semakin licin tersebut.

“Aarrgghh.. eenhh.. Ndra kam.. mu ngapain oohh..” Kata tante Wike meracau nggak karuan, kakinya mengecak-ngecak sprei dan badannya menggeliat. Tak kuperdulikan kata-katanya, maka tubuh tante Wike makin menggelinjang dikuasai nafsu birahi. Kurasakn tubuh tante Wike menegang dan wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam liang vaginanya.
“Oohh.. arghh.. oohh..” kata tante Wike dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba.

“Ooh..aahh..” Tante Wike mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya tergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi lubang vaginanya.
“Oohh.. ohh.. emhh..” Tante Wike mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ndra apa yang kamu lakukan kok tante bisa kayak gini?” Tanyanya padaku.
“Kenapa memangnya tante?” Kataku sambil meremas payudaranya.
“Baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti ini, luar biasa” Kata tante Wike. Ia lalu bercerita kalau om Widya (suaminya) hanya sebentar saja jika bercumbu sehingga ia kurang puas.

“Sayang.. sekarang giliranku” Bisikku ditelinganya, tante Wike mengangguk kecil.
Aku mulai mencumbunya lagi, kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati. Setelah kurasa cukup, kusejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan tante Wike tahu. ia lalu mengkangkangkan pahanya lalu kuarahkan batang kejantananku keliang senggamanya. Perlahan-lahan aku masukkan batang penisku dan aku nikmati. Batang kejantananku mudah saja memasuki liang senggamanya karna sudah sangat basah dan licin. Kini perlahan-lahan aku gerakkan pinggulku naik turun. ooh nikmatnya.

“Lebih cepat Ndra.. aarghh.. mmhh” Kata tante Wike terputus-putus dengan mata yang merem melek. Aku percepat gerakanku lalu terdengar suara berkecipak dari selangkangannya.
“Iya.. begitu.. aahh.. terr.. russ.. aarghh..” kata tante Wike tak karuan.
Keringat kami berucuran menjadi satu, kulihat wajahnya semakin memerah.
“Ndra, tante mau.. enak lagi.. ohh.. ahh.. aahh ahh..” Kata tante Wike sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan vaginanya dipenuhi cairan hangat menyiram batang penisku.

Remasan dinding vaginanya begitu kuat, akupun mempercepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks.. aahh.., kubiarkan air maniku keluar didalam liang senggama tante Wike. Kurasakan nikmat yang luar biasa, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya. Setelah cukup menikmatinya kucabut penisku dan kubaringkan tubuhku disampingnya.

“Tante Wike, terima kasih ya..” Kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Tante juga Ndra.. baru kali ini tante merasakan kenikmatn seperti ini, kamu hebat” Kata tante Wike lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tertidur karna kelelahan.

Sekitar jam 3 pagi aku terbangun. Setelah meminum segelas air aku memandangi tubuh telanjang tante Wike. Benar-benar menggairahkan sekali, kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya masih terjaga diusianya yang hampir berkepala 4 ini. Lalu aku mulai mencumbunya lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan sepuas hatiku setiap inci tubuh tante Wike. Perlahan-lahan aku lumat bibir tante Wike dengan penuh kelembutan sampai ia mulai terbangun lagi.

Setelah tante Wike terbangun kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku didalam mulutnya. tante Wikepun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku beroperasi didadanya, kuremas-remas payudaranya yang kenyal mulai dari lembah sampai ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya shingga ia menggeliat dan menggelinyang. Dua bukit kembar itu semakin mengeras. Ia menggigit bibirku saat kupelintir puting susunya.

Setelah aku puas dibibirnya, kini aku melumat dan mengulum payudaranya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang sebelah kanan. Kulihat mata tante Wike sangat redup, ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.
“Oohh.. aarghh.. en.. ennak Ndra, emmh..” Kata tante Wike mendesah-desah.

Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya dan menyeret ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, ia ingin agar aku segera mempermainkan liang vaginanya. Jari-jariku pun segera bergerilya divaginanya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya yang membuat tante Wike semakin menggelinyang tak karuan.
“Ya.. terruss.. argghh.. eemmh.. enak.. oohh..” Mulut tante Wike meracau.

Setiap kali tante Wike terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk vaginanya, setelah ia agak tenang, aku permainkan lagi liang senggamanya, kulakukan beberapa kali.
“Emhh Ndra.. ayo dong jangan gitu.. kau jahat oohh..” Kata tante Wike memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akn membuatnya klimaks dengan jariku tapi dengan mulutku, aku ingin menerapkan hasil latihanku dengan bu Denok dan bu Atika.

Segera kuarahkan mulutku keselangkangannya. Kusibakkan rambut-rambut hitam yang mengelilingi vaginanya dan terlihatlah liang senggamanya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.
“Ndra.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” Kata tante Wike.
Aku tak perdulikan kata-katanya, lidahku terus menari-nari didalam liang senggamanya bahkan menjadi semakin liar tak karuan

Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
“Ohmm.. emhh.. ennak Ndra.. aahh..” Kata tante Wike ketika ia klimaks.
Setelah tante Wike selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku mencumbunya lagi karna aku juga ingin mencapai kenikmatan. Kali ini posisiku dibawah tubuh tante Wike.

Aku tidur telentang dan tante Wike melangkah diatas batang penisku. Tangannya memegang batang kejantananku yang tegak perkasa, setelah menjilatinya lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan vaginanya diarahkan ke batang penisku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan liang kewanitaannya. Tante Wike lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggannya dan ketika sampai dikepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi kini ia mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh seksi wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan. Wajah tante Wike terlihat sangat cantik seperti itu ditambah lagi rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepaalanya. Payudaranya terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tembah keras katiak jari-jariku memelintir puting susunya.
“Oh emhh yaah.. oohh..” Itulah kata-kata yang keluar dari mulut tante Wike.

“Tante nggak kuat lagi Ndra..” Kata tante Wike sambil berhenti menggerakkan badannya.
Aku tahu ia segera mencapai klimaks, lalu aku rebahkan tubuh tante Wike dan kupompa liang senggamanya, tak lama tante Wike mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan tante Wike menikmati orgasmenya yang kesekian. Setelah itu kucabut batang penisku dan kusuruh tante Wike menungging lalu kumasukkan batang penisku dari belakang. Tante Wike terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang kulakukan padanya. Ia hanya mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh tante Wike rebahan lagi dan aku masukkan lagi batang kejantananku dan memompa vaginanya lagi, karna aku ingin mengakhirinya. Beberapa saat kemudia tante Wike ingin klimaks lagi, wajahnya memerah dan tubuhnya menggelinjang ke sana ke mari.
“Ahh.. oh.. tante mau enak lagi Ndra. arrghh ahh..” kata tante Wike.
“Tunggu sayang, ki.. kita barengan.. aku juga sedikit lagi..” desahku.
“Tante udah nggak tahan Ndra.. ahh..” kata tante Wike mendesah panjang.

Lalu tubunya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. caran hangat membasahi batang kejantananku. Cairan hangat menyirami batang penisku dan kurasakan dinding vaginanya seakan akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya aku pun tidak kuat.. crott.. aku pun mencapai klimaks.

Nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat meresapi kenikmatan yang merasuki kami berdua.
“Thank’s tante” Bisikku sambil memelintir puting susunya.

Setelah itu 3 malam berturut-turut aku memuaskan hasrat yang terpendam sejak aku kecil sampai tante Wike kembali pulang ke Smr.
“Kalau pulang.. jangan lupa kerumah ya” Bisiknya saat akan naik ke pesawat terbang di bandara.
Aku tersenyum penuh arti. Sebentar lagi aku akan pulang berlibur, aku sudah rindu dengan tante Wike yang aduhai.E N D (secure)
Kisah Seks Cewek Pengantin 3

Kisah Seks Cewek Pengantin 3

Sasha adalah seorang seorang eksekutif muda berusia 26 tahun yang sudah lumayan lama bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan multinasional. Sikapnya yang ramah dan lembut membuat ia disukai oleh rekan-rekannya di kantor. Sasha memiliki wajah yang amat cantik khas wanita oriental yang sering dibanding-bandingkan dengan wajah artis-artis Jepang, hal itu wajar karena ayah Sasha adalah orang Jepang asli yang merantau ke Indonesia, sehingga Sasha berdarah Jepang campuran.

Salah satu daya tarik Sasha adalah rambut hitam panjangnya yang lurus dan indah yang ikut menyempurnakan kecantikan wajahnya selain tubuh Sasha yang proporsional dengan tinggi 160 cm yang juga merupakan nilai tambahnya

Sebagai keturunan Jepang, Sasha juga diberi nama Izumi Toyama oleh ayahnya, namun ia lebih suka memakai nama Sasha karena lebih familiar dilingkungan kantornya yang mayoritas adalah orang-orang Indonesia asli.

Kecantikan Sasha juga menarik perhatian para laki-laki di kantor itu. Sasha sering dijadikan bahan obrolan dan fantasi mereka sehari-hari. Sayangnya, mereka tidak bisa berharap terlalu banyak karena Sasha sudah memiliki seorang suami bernama Aldy yang menikahinya 3 tahun lalu. Apalagi Sasha telah dikaruniai seorang putri yang berusia 2 tahun bernama Alyssa hasil dari pernikahannya dengan Aldy. Aldy sendiri bekerja di bagian keuangan perusahaan itu dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan perpajakan. Tak heran, banyak juga laki-laki yang seringkali iri dengan keberuntungan Aldy yang berhasil memperistri wanita secantik Sasha.

Namun, walaupun Sasha telah berstatus sebagai istri Aldy, hal itu tidak mengurungkan niat beberapa lelaki di kantornya untuk mengincar Sasha. Mereka merasa Sasha bagaikan intan yang begitu berkilau dan amat sayang untuk dilepas. Termasuk diantaranya adalah Pak Anton, seorang direktur cabang sekaligus supervisor Sasha yang telah lama mengincar anak buahnya itu. Berbagai cara telah dilakukan Pak Anton untuk mendekati Sasha namun Sasha selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghindar dari Pak Anton. Apalagi Sasha sudah berkeluarga dan ia amat mencintai suaminya. Sikap Sasha ini juga dinilai wajar oleh para pegawai kantor itu karena selain sikap ngototnya dan usianya yang sudah nyaris berkepala lima, tubuh Pak Anton yang tambun dan kepalanya yang agak botak membuatnya tidak begitu disukai para pegawai perempuan yang cenderung menjauhinya, apalagi Pak Anton terkenal genit dan sering menggoda pegawai perempuan di kantornya. Mungkin itulah sebabnya Pak Anton masih melajang seumur hidupnya walaupun ia amat kaya.

Suatu hari, kantor Sasha diminta oleh kantor pusat untuk menyiapkan dokumen-dokumen kontrak yang harus dikirim ke luar negeri besok harinya, sehingga Sasha terpaksa harus lembur dan mempersiapkan dokumen-dokumen itu dalam waktu sehari penuh. Kebetulan, pak Anton juga ikut lembur sebagai supervisor Sasha yang harus memeriksa dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh Sasha. Sementara itu, Aldy sudah terlebih dulu pulang dari sore karena tidak ikut lembur hari itu. Saat pulang, Aldy sudah meminta Sasha untuk pulang sendirian karena mobil mereka belum selesai diperbaiki di bengkel.
Akhirnya, setelah bekerja seharian penuh, semua dokumen itupun berhasil terselesaikan oleh Sasha. Waktu di jam dinding telah menunjukkan pukul 11.20 malam. Sasha pun merasa amat lelah dan mengantuk, walau demikian, ia masih harus mengantarkan dokumen itu ke ruangan Pak Anton. Sasha pun segera mengantarkan dokumen itu ke ruangan Pak Anton. Sesampainya di ruangan itu, Sasha segera menuju ke meja Pak Anton. Walaupun sebenarnya ia juga merasa malas untuk bertemu atasannya yang terkenal genit itu.

“Pak, ini semua dokumennya sudah saya kerjakan. Sisanya tinggal diperiksa saja sebelum dikirim ke pusat.” Ujar Sasha sambil menyerahkan dokumen-dokumen itu ketangan Pak Anton.
“Oh, iya! Bagus sekali Sasha. Bagaimana dengan surat-surat perjanjian kontrak, sudah kamu kerjakan juga?” tanya Pak Anton.
“Sudah Pak. Baru saja saya faks ke kantor pusat. Besok mungkin konfirmasinya akan kita terima.”
“Baguslah kalau begitu.”
“Terima kasih, pak. Apa masih ada yang perlu saya siapkan?” tanya Sasha. Sasha sudah tidak sabar untuk pulang karena ia merasa lelah sekali setelah bekerja dari pagi. Apalagi ia cemas kalau ia tidak bisa pulang karena sulit untuk mendapatkan transportasi untuk pulang pada waktu tengah malam seperti itu.
“Oh, tidak. Kamu boleh pulang sekarang. Terima kasih, Sasha.” jawab Pak Anton.
“Sama-sama, Pak.” Sasha menjawab dengan riang, akhirnya ia terbebas dari beban pekerjaannya. Sasha segera beranjak keluar dari ruangan Pak Anton.
“Oh ya, Sasha!” belum sempat kenop pintu ruangan itu dipegang Sasha, tiba-tiba Pak Anton memanggilnya dari belakang.
“Ada apa, Pak?” ujar Sasha dengan nada agak kecewa.
“Malam minggu ini kamu ada waktu? Bagaimana kalau kita makan malam di Kemang? Saya dengar masakan disana enak-enak!” ajak Pak Anton pada Sasha. Sasha menghela nafas menahan kesabarannya. Hari ini masih hari Selasa, namun ini sudah keempat kalinya Pak Anton mengajaknya untuk makan malam. Memang supervisornya yang satu ini lumayan ngotot dan perlu kesabaran ekstra untuk mengatasinya. Kalau saja Pak Anton bukan direktur cabang, sudah pasti Sasha akan melaporkannya ke atasan.

“Maaf Pak, sepertinya saya tidak bisa.” Tolak Sasha dengan halus.
“Kenapa?”
“Kebetulan saya harus pergi ke rumah mertua saya hari Sabtu ini.” Kilah Sasha.
“Oh ya? Kamu sepertinya sibuk sekali. Dua hari ini saya ajak makan siang kamu juga menolak. Atau, kamu memang tidak mau makan bersama saya?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam dan dahi yang mengrenyit.
“Tidak, Pak. Soalnya minggu ini kita memang sibuk sekali, hari ini saja saya harus lembur padahal saya tidak ikut makan siang tadi…” Sasha berusaha memberi alasan yang masuk akal pada Pak Anton dengan harapan atasannya itu mau mengerti, walaupun dalam hatinya ia memang tidak mau pergi bersama Pak Anton.
“Ya sudah kalau begitu. Mungkin kapan-kapan kita bisa makan bersama kalau kamu sempat.” Ujar Pak Anton.
“Ya Pak” jawab Sasha. Sasha merasa agak lega karena tampaknya ia berhasil meloloskan diri dari permintaan Pak Anton untuk sementara. Walaupun ia tahu bahwa Pak Anton pasti tidak akan menyerah begitu saja. Sasha segera keluar dari ruangan Pak Anton.

“Huff…” Sasha menghela nafas sejenak dan menyandarkan tubuhnya ke dinding.
“Eh, kenapa Sha?” terdengar suara wanita yang memanggilnya. Sasha menoleh ke arah suara itu dan ia melihat rekannya, Sherly, sedang berdiri disampingnya sambil memegangi dokumen-dokumen lainnya.
“Ah, nggak apa-apa, Sher.”
“Yakin tuh? Mukamu kelihatan lelah banget!” tanya Sherly dengan raut wajah khawatir.
“Iya, soalnya aku dari pagi harus mengetik dokumen untuk Pak Anton. Akhirnya kelar juga deh…” ujar Sasha sambil menghela nafas.
“Yaah… Kamu sih, supervisornya Pak Anton. Terus bagaimana tuh? Kamu diapa-apain nggak?” tanya Sherly seraya melirik ruangan Pak Anton.
“Diajakin makan bareng lagii…” jawab Sasha sedikit kesal.
“Heeh?! Udah yang keberapa kali tuh minggu ini?” tanya Sherly seolah tidak percaya. Sasha menaikkan tangannya dan mengacungkan 4 jari-jari lentiknya dihadapan Sherly dengan raut wajah masam.
“Udah, sabar aja dulu! Siapa tahu nanti dia dimutasi ke cabang lain? Lagian kamunya juga sih! Siapa suruh cantik?” goda Sherly sambil tersenyum dan mencubit pipi Sasha.
“Aduuh! Dasar usil!” protes Sasha sambil melepaskan cubitan Sherly di pipinya.
“Oh iya! Sha, ini ada titipan dari Pak Leo ke Aldy. Tolong kamu serahkan sesegera mungkin karena katanya penting!” ujar Sherly sambil menyodorkan sebuah disket ke Sasha.
“Memangnya apa sih isinya?” tanya Sasha sambil menerima disket itu.
“Tahu deh? Mungkin data keuangan yang diperiksa Pak Leo.” Jawab Sherly ragu-ragu.
“Ooh, iya deh. Nanti kuserahkan ke Aldy!” ujar Sasha.
“Ya sudahlah! Kamu sudah mau pulang kan? Cepat bereskan barang-barangmu sana! Nanti dipanggil Pak Anton lagi lhoo…” ejek Sherly.
“Nggak mauu! Ya sudah! Aku pulang dulu ya, Sher!” seru Sasha yang segera berlalu ke mejanya. Sasha segera mengemas barang-barang di mejanya kedalam tasnya. Mungkin karena terburu-buru, Sasha lupa memasukkan disket untuk Aldy kedalam tasnya. Tanpa sempat memeriksa barang-barangnya lebih lanjut, Sasha segera berlari keluar dari kantornya menuju halte bus secepat mungkin karena ia mengejar bus terakhir malam itu.

Sementara itu, Sherly baru melihat disket titipan Pak Leo yang tertinggal diatas meja Sasha. Sherly dengan buru-buru membawa disket itu Sasha dan segera berusaha mengejar Sasha. Namun dalam perjalanan keluar, Sherly berpapasan dengan Pak Anton yang baru keluar dari ruangannya.
“Lho, ada apa Sherly? Kok buru-buru?” tanya Pak Anton.
“Saya mau menyusul Sasha, Pak! Ada disket titipan Pak Leo untuk Pak Aldy yang tertinggal!”
“Oh, kalau begitu, serahkan saja disket itu ke saya. Besok akan saya serahkan ke Sasha.” Usul Pak Anton.
“Tapi Pak…”
“Sudah, tidak apa-apa! Sasha mungkin sudah pulang sekarang kan? Lagipula saya supervisornya, jadi besok saya pasti bertemu dengannya. Atau, kamu tidak percaya dengan saya?” tanya Pak Anton sambil melirik tajam kearah Sherly.
“Ti…tidak Pak! Ini disketnya. Tolong diserahkan ke Sasha atau Pak Aldy besok.” Jawab Sherly yang kalah dengan kengototan Pak Anton sambil menyodorkan disket itu.
“Nah, begitu dong!” Pak Anton tersenyum sambil menerima disket itu dari tangan Sherly. Pak Anton lalu berlalu masuk kembali kedalam ruangannya. Meninggalkan Sherly yang masih kebingungan.

Beberapa saat kemudian, Pak Anton akhirnya menyelesaikan pemeriksaan dokumen-dokumen yang diketik oleh Sasha. Ia merasa puas dengan hasil kerja anak buahnya itu. Pak Anton segera beranjak untuk pulang. Namun sebelumnya, ia merasa penasaran akan isi disket yang ditujukan ke Aldy. Maka Pak Anton kembali menyalakan komputernya dan memasukkan disket itu. Selama beberapa saat, Pak Anton membaca isi disket itu. Ia tersenyum lebar saat mengamati data-data dalam disket itu.
“Hmm… menarik! Benar-benar menarik!” ujarnya sambil tersenyum menyeringai.

Sementara itu, Sasha akhirnya tiba di rumahnya. Sesampainya di ruang tamu, Sasha segera disambut oleh Aldy yang sudah menunggunya dari tadi
“Met malam, sayang. Bagaimana lemburnya?” tanya Aldy sambil tersenyum pada Sasha.
“Aah… capeek…” jawab Sasha sambil melemaskan otot-ototnya.
“Ya sudah, ayo cepat tidur. Sudah hampir jam 1 lho…”
“Iya, iyaa… maunya juga begitu, Aldyy…” Sasha menjawab dengan nada malas.
“O iya, tadi Pak Leo menitipkan disket untukku, tidak?” tanya Aldy tidak sabaran.
“Idiih… dasar!! Yang ditungguin rupanya disket itu ya? Bukan aku ya?” balas Sasha dengan raut wajah merengut.
“Bukan begitu. Aku juga nungguin kamu kok, Sha! Cuma isi disketnya penting sekali, rahasia perusahaan.” Terang Aldy.
“Tenang saja. Ada kok di tasku!” jawab Sasha tersenyum sambil merogoh tasnya untuk mencari disket itu, namun ia panik karena tidak bisa menemukan disket itu dimana-mana.
“Eh, kok nggak ada?!” seru Sasha dengan panik. Anehnya, Aldy tampak lebih panik lagi.
“Yang benar, Sha? Kamu beneran bawa pulang kan?” tanya Aldy dengan wajah pucat.
“Aduuh! Pasti tertinggal di mejaku deh! Soalnya aku tadi kan buru-buru!”
“Astagaa! Kok bisa sih, Sha?” seru Aldy dengan bingung. Sasha makin penasaran dengan sikap Aldy yang begitu mencemaskan sebuah disket biasa.
“Besok kuambil deh! Memangnya isinya apaan sih? Kok kamu panik begitu?” tanya Sasha penasaran.

Aldy menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Ia lalu berbisik pelan ke telinga Sasha untuk menjelaskan isi disket itu. Sasha menyimak penjelasan itu dengan baik. Namun lama kelamaan matanya membelalak seperti terkejut saat mendengar penjelasan Aldy lebih lanjut.
“Ya ampun Aldyyy!!!” sontak Sasha berteriak setelah mendengar seluruh penjelasan Aldy.
“Kamu… kamu menggelapkan pajak?! Pak Leo juga?!” tanya Sasha dengan nada tinggi penuh emosi pada Aldy.
“Ssst! Jangan keras-keras, Sha!” bujuk Aldy pada istrinya yang mulai panik itu.
“Kenapa sih kamu sebodoh itu?! Untuk apa kamu menggelapkan pajak? Bagaimana kalau ketahuan?!! Kita bisa dipecat dan kamu bisa dipenjara tahu!!” seru Sasha.
“Iyaa… aku tahu! Tapi kita butuh uang untuk keperluan sehari-hari.”
“Itu bukan alasan! Kita kan masih punya gaji!! Bagaimana kalau ada yang tahu?!” tanya Sasha penuh kepanikan.
“Ya sudahlah, kamu tenang saja, Sha. Besok kamu ambil saja disketnya di mejamu dan langsung saja serahkan ke aku! Lagipula disketnya cuma bisa dibuka oleh pegawai supervisor keatas. Jadi kita bisa tenang sementara” jawab Aldy berusaha menenangkan Sasha.

Sasha hanya menghela nafas pelan. Ia tidak mau berbicara lebih lama lagi dengan Aldy, lagipula ia sudah amat kelelahan dan kepalanya sudah penuh dengan rasa penat dari tadi pagi. Persoalan Aldy semakin menambah masalahnya saja dan Sasha sudah tidak mau berpikir lebih lama lagi. Sasha segera beranjak pergi ke kamar tidurnya dan tidur dengan keadaan galau tanpa bicara sepatah katapun ke suaminya itu. Tidak jauh berbeda dengan Sasha, Aldy juga terpaksa tidur dengan perasaan kacau. Mereka berdua hanya bisa berharap kalau disket itu tidak ditemukan oleh siapapun hingga diambil oleh Sasha esok harinya.

Esoknya, Sasha segera berangkat ke kantornya pagi-pagi sekali dengan penuh kecemasan. Semoga saja tidak ada yang sempat melihat isi disket itu sebelum ia tiba dikantor. Sesampainya di kantor yang masih dalam keadaan sepi, Sasha tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Segera dicarinya disket itu di atas mejanya beserta dengan tumpukan berbagai dokumen yang sekarang tersusun diatas mejanya. Sasha semakin panik dan bingung saat ia tidak berhasil menemukan disket itu. Padahal ia sudah mencari di tiap jengkal meja kerjanya, namun hasilnya nihil. Sasha yakin kalau disket itu terakhir kali ditaruhnya diatas meja kerjanya itu.

“Pagi, Sasha!” tiba-tiba suara panggilan dari seorang pria mengejutkan Sasha. Sasha menoleh dan ia melihat Pak Anton sudah berdiri dibelakangnya. Perasaan Sasha makin kacau dengan munculnya pria yang paling tidak ingin ditemuinya saat itu. Namun Sasha berusaha mengontrol emosinya.
“Pa…pagi, Pak!” jawab Sasha gagap.
“Wah, kenapa pagi-pagi begini sudah rajin?” tanya Pak Anton sambil tersenyum pura-pura tidak mengetahui masalah Sasha.
“Eh… tidak pak! Kemarin ada yang ketinggalan!”
“Apa yang ketinggalan, Sasha? Disket?” tanya Pak Anton dengan santainya. Sasha bagaikan disambar petir mendengar pertanyaan Pak Anton itu. Berarti ada kemungkinan bahwa benda yang paling ingin dirahasiakannya malah sekarang berada di tangan orang yang paling berbahaya di kantor itu. Apalagi Pak Anton termasuk orang yang bisa mengakses isi disket itu.
“Ba… bapak, disketnya ditempat bapak?!” tanya Sasha seolah tidak percaya.
“Hmm… Begini saja, bagaimana kalau kamu sekarang ikut ke ruangan saya?” ujar Pak Anton yang segera berjalan masuk ke ruangannya dengan diikuti oleh Sasha yang gelisah. Sasha tidak bisa menyembunyikan rasa tegang dan kegelisahannya yang terpancar jelas di raut wajahnya

“Sasha, kenapa kamu gelisah begitu? Sayang lho wajah cantikmu jadi muram begitu.” Goda Pak Anton dengan santainya. seraya merebahkan dirinya di kursi kerjanya sementara Sasha duduk perlahan-lahan di hadapan Pak Anton. Sasha berusaha untuk tidak menghiraukan godaan Pak Anton, sekarang ia hanya fokus untuk mendapatkan kembali disket itu dan menjaga rahasia Aldy.

“Kamu tahu, Sasha? Kemarin saya baru mengetahui kalau perusahaan kita bemasalah!” Sasha terhenyak mendengar perkataan Pak Anton itu. Apa mungkin Pak Anton sudah mengetahui rahasia Aldy? Perasaan Sasha kian berkecamuk, namun ia tetap berusaha untuk menenangkan diri.
“Ma… masalah apa, Pak?” tanya Sasha berusaha untuk menutupi kegalauannya.
“Begini, saya baru tahu kalau bagian keuangan perusahaan ini rupanya tidak beres! Padahal saya merasa kalau Pak Leo adalah orang yang jujur dan cermat. Rupanya pendapat saya salah!”
“Maksud… Bapak?”
“Disket yang kamu cari itu berisi bukti-bukti penggelapan pajak oleh Pak Leo yang dibantu oleh suamimu, kan?” seketika itu juga tubuh Sasha terasa lemas mengetahui kenyataan bahwa rahasia Aldy sudah diketahui oleh Pak Anton. Kepala Sasha sudah tidak bisa berpikir lagi karena kepanikannya dan rasa putus asa yang menyelimuti tubuhnya dengan pekat.
“Tidak… pak…”
“Jangan berkilah Sasha, kamu tahu tentang penggelapan ini kan? Ini berarti kamu terlibat dalam kasus ini! Buktinya, hari ini kamu sengaja datang ke kantor pagi-pagi sekali untuk mengambil disket itu!” ujar Pak Anton menakut-nakuti Sasha.
“Tapi…” jawab Sasha dengan nada panik, kini ia malah ikut terlibat dalam kejahatan suaminya itu. Padahal tadinya ia sama sekali tidak bersalah dalam perkara ini.

“Kamu tahu, kalian bisa dipenjara karena penggelapan ini! Lihat, jumlah uang yang digelapkan sudah sejumlah 530 juta rupiah! Disini juga ada bukti transfer uang ke rekening suamimu oleh Pak Leo.” ujar Pak Anton sambil menunjukkan angka-angka dan perincian di komputernya pada Sasha. Memang Sasha bisa melihat didalam disket itu tertulis lengkap aliran dana penggelapan itu dan termasuk didalamnya beberapa nama yang bertanggung jawab. Sasha tertegun melihat jumlah nominal 85 juta rupiah yang ditujukan ke rekening Aldy. Bagaimana mungkin Ia tidak menyadari uang sebanyak itu masuk kedalam rekening suaminya? Sasha semakin menyesali sikapnya yang tidak pernah mengontrol kegiatan Aldy sehari-hari.
“Nah, sekarang kita masuk ke pokok permasalahannya!” ujar Pak Anton dengan raut muka serius. Ia tahu kalau ini adalah kesempatan emasnya untuk menaklukkan Sasha, incarannya dari dulu itu. Namun, terlebih dahulu, ia harus memastikan bahwa Sasha dalam keadaan tidak bisa menolak permintaannya lagi.

“Saya tidak bisa berdiam diri melihat adanya tindakan penggelapan yang merugikan perusahaan ini. Bagi saya, ini adalah sesuatu yang tidak boleh dibiarkan, apalagi sekretaris saya terlibat! Apa boleh buat, saya terpaksa melaporkan kalian ke aparat kepolisian!” ancam Pak Anton.
“Tapi… tapi Pak…” Sasha mulai menangis sesunggukan. Ia merasa amat takut mendengar ancaman Pak Anton. Apalagi saat mendengar kata “polisi”. Sasha takut apabila mereka dipenjara. Siapa yang akan menjaga Alyssa, buah hati mereka yang masih kecil? Lagipula mereka tidak bisa lagi memperlihatkan muka mereka karena rasa malu akibat kasus ini belum lagi rasa malu yang akan ditanggung Alyssa kelak.

“Tolong Pak… Saya akan berusaha untuk mengembalikan semua uang itu sesegera mungkin… Saya… saya juga baru tahu soal penggelapan ini dari Aldy kemarin malam…” jelas Sasha dengan suara terbata-bata.
“Ini bukan masalah uang, Sasha! Ini masalah integritas! Kalaupun kamu mengembalikan uang itu, tidak ada jaminan kalau hal ini tidak akan terulang lagi!!” seru Pak Anton sambil melabrak mejanya dengan keras sehingga Sasha terkejut dan semakin gemetar ketakutan. Dalam hati, Pak Anton tersenyum melihat reaksi Sasha yang semakin ketakutan. Pak Anton semakin gencar menakut-nakuti Sasha, apalagi dilihatnya raut wajah penuh keputusasaan Sasha seolah sudah pasrah menerima nasibnya.

“Pak… saya mohon!! Tolong jangan laporkan kami Pak… Saya bersedia melakukan apapun… asal bapak tidak melaporkan kami! Pak… Anak saya dirumah masih kecil… Kalau kami dipenjara, siapa yang akan merawatnya?” pinta Sasha dengan penuh keputusasaan.
Akhirnya! Seru Pak Anton dalam hati, itulah kata yang dari tadi ia tunggu-tunggu keluar dari mulut Sasha. Sekarang Pak Anton memperoleh kesempatan langka untuk mendapatkan incarannya sejak lama itu.
“Hmm… yah, saya bisa mengerti perasaanmu sebagai seorang ibu bagi anakmu. Saya bisa saja mendiamkan kejadian ini, tapi tentunya saya harus mendapat imbalan yang setimpal. Karena sebenarnya saya melanggar prinsip kejujuran dan integritas saya kalau saya menolong kalian.” Kata Pak Anton pongah.
“Apa saja pak… apapun yang bapak minta, pasti saya lakukan… tapi tolong jangan laporkan kami…” ujar Sasha.
“Kalau begitu, saya boleh minta kamu melakukan apapun?! Apa kamu serius?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam untuk memastikan takluknya Sasha.
“Iya Pak… Saya serius…” Sasha hanya mengangguk pelan dan tertunduk pasrah menjawab pertanyaan Pak Anton itu.

Pak Anton segera beranjak dari kursinya begitu mendengar pernyataan “kekalahan” Sasha itu. Ia lalu berjalan mendekati Sasha yang masih terduduk di kursinya dalam keadaan tertunduk lesu. Pak Anton mengamati tubuh Sasha secara seksama.
Betapa gemasnya dirinya melihat Sasha, si cantik yang sudah lama diincarnya terduduk tanpa daya di kursi itu. Tangan Pak Anton tidak sabar lagi menjamah tubuh mulus Sasha dan menikmati kelembutannya. Tapi Pak Anton berusaha menjaga kesabarannya, tentu saja Ia masih menyimpan dendam dengan Sasha yang seringkali tampak menghindarinya dan tentu saja Sasha harus dihukum atas perbuatannya itu. Namun hukuman apa yang cocok untuk Sasha?

Tiba-tiba, Pak Anton teringat dengan berita di pagi itu yang bertajuk “Kontroversi UU Nikah Siri”. Pak Anton tertawa lebar dalam hati. akhirnya ia berhasil menemukan cara yang sangat tepat untuk mempermalukan wanita cantik seperti Sasha.

“Ehm… Sasha!” Pak Anton mendehem sejenak dan memanggil Sasha.
“I…iya Pak…” jawab Sasha pelan.
“Begini. Saya baru saja memutuskan untuk menjaga rahasia kalian berdua! Tapi tentu saja ada syaratnya!”
Mendengar pernyataan Pak Anton, sejenak rasa gelisah dihati Sasha terlepas. Sekarang ia tidak perlu lagi khawatir akan rahasia Aldy yang terbongkar. Sasha berpikir bahwa syarat dari Pak Anton tentunya hanyalah untuk mengembalikan dana yang digelapkan, sehingga Sasha merasa kini ia hanya perlu mengembalikan uang itu.
“Terima kasih, Pak Anton! Terima kasih! Saya akan menuruti kemauan bapak! Uang itu akan segera saya kembalikan!” ujar Sasha dengan lega.
“Eeh? Tunggu dulu! Siapa yang menyuruh kamu untuk mengembalikan uang itu?” tanya Pak Anton dengan raut wajah mengrenyit.
“Ma…maksud Bapak?” tanya Sasha yang kembali kebingungan.
“Uang itu boleh kalian simpan! Saya tidak butuh uang kalian. Saya akan menganggap penggelapan ini tidak pernah terjadi dan bahkan disket ini akan saya kembalikan dengan satu syarat yang harus kamu penuhi sendiri dan tentunya itu tidak berkaitan dengan uang kalian!”
“A… apa Pak?” Sasha semakin penasaran dengan syarat Pak Anton.
“Saya minta kamu untuk menikah siri dengan saya!” jawab Pak Anton dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. Seketika itu pula Sasha serasa tersambar petir mendengar ucapan Pak Anton. Ia amat terkejut hingga tidak percaya akan syarat yang diucapkan Pak Anton barusan.

“Apa…?!”
“Wah, ternyata belum jelas ya?”, Pak Anton menggelengkan kepalanya sejenak. “Saya minta agar kamu menikah siri dengan saya! Kawin kontrak!” tegas Pak Anton sekali lagi.
Perasaan Sasha terguncang hebat saat kembali mendengar ucapan Pak Anton itu. Ia merasa dihina dan direndahkan sekali saat diberikan syarat seperti itu. Lagipula, ia sudah bersuami dan tidak mungkin ia memenuhi permintaan nikah siri Pak Anton yang juga berarti ia mengkhianati cinta suaminya itu.
“Tidak… tidak mungkin, Pak! Saya tidak mau!” Sasha segera beranjak pergi menuju pintu keluar ruangan itu. Namun belum sempat ia keluar, kembali terdengar suara Pak Anton dari belakang.

“Baiklah kalau begitu, saya rasa kalian harus siap menitipkan anak kalian di panti asuhan untuk sementara!” mendengar suara Pak Anton itu, sekujur tubuh Sasha terasa lemas dan tenaganya menghilang. Apalagi saat mendengar nasib yang menunggu anaknya itu.

“Pikirkan lagi, Sasha. Kamu bisa menjaga rumah tanggamu dan menyimpan uang kalian tanpa kurang sepeserpun dengan memenuhi syarat dari saya! Lagipula, kamu hanya akan menikah siri, dan mas kawin kita bisa kamu simpan! Tentu saja, hal ini akan jadi rahasia kita berdua saja. Aldy dan orang lain tak perlu tahu! Saya bisa menjamin kerahasiaan pernikahan kita!” bujuk Pak Anton.
“Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat ulah Aldy! Untuk apa kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu mendapat masalah seperti ini, bukan?!” tambahnya. Mendengar bujukan Pak Anton, membuat Sasha merasa tidak punya pilihan lain lagi.

“Kapan… pak?!”
“Hm?!”
“Kapan… bapak mau menikahi saya?” tanya Sasha dengan terbata-bata. Pak Anton tidak bisa menyembunyikan kegirangannya lagi. Akhirnya mimpinya sejak lama terwujud juga! Sasha, idola para lelaki di kantor akan segera menikah dengannya.
“Erhm! Kalau begitu, saya minta kamu untuk menyiapkan diri. Minggu depan, saya akan meminta Pak Leo untuk mengadakan perjalanan keluar kota dengan Aldy selama seminggu penuh, saya yakin dia tidak akan menolak saya dengan posisinya sekarang! Kamu sendiri, tolong siapkan keperluanmu untuk pernikahan kita nanti. Saya akan menjemputmu dan anak kalian begitu Aldy lepas landas!” terang Pak Anton.

Sasha hanya mengangguk pelan mendengar instruksi Pak Anton. Pak Anton lalu mengembalikan disket itu ke Sasha setelah mengcopy isi disket itu ke komputernya.

“Ini untuk jaminan.” ujar Pak Anton sambil tersenyum memuakkan saat mengcopy isi disket itu. “Kalau kamu macam-macam, kamu tahu akibatnya!” ancamnya kembali pada Sasha. Sasha hanya tertunduk lesu saat mengambil kembali disket itu. Begitu pulang, Sasha menyerahkan disket pada Aldy itu sambil menahan perasaannya seolah tidak terjadi apapun di kantor hari itu. Bagaimanapun juga, Sasha berusaha menjaga rahasia barunya itu demi keutuhan rumah tangganya dan juga untuk masa depan Alyssa.

Beberapa hari kemudian, semua yang dikatakan Pak Anton terjadi. Aldy dan Pak Leo terbang ke Sulawesi untuk urusan dinas. Tentu saja, Pak Leo terpaksa berangkat karena perintah Pak Anton yang merupakan atasan tertinggi di kantor itu, ditambah dengan sedikit “paksaan” berkaitan dengan penggelapan pajak itu. Namun baik Aldy maupun Pak Leo sama sekali tidak tahu apa tujuan Pak Anton sebenarnya. Sasha yang sudah tahu akan peranannya mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Pagi-pagi sekali, Pak Anton tiba dirumah Sasha dengan sedan berwarna putih sekitar jam 8 pagi. Pak Anton tersenyum melihat Sasha yang sudah menunggu dipekarangan rumahnya dengan menggendong Alyssa dan membawa sebuah koper besar.

“Wah, sudah lama ya menunggu? Ayo masuk!” ujar Pak Anton tersenyum sambil membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Sasha dan Alyssa masuk. Sasha segera menuruti perintah Pak Anton tanpa bicara sepatah kata pun. Koper Sasha dimasukkan ke bagasi dan mobil itu pun segera melaju ke daerah Puncak. Perasaan Sasha kacau balau dalam perjalanan itu. Kepalanya dipenuhi berbagai macam pikiran yang terus menyiksanya, apalagi kalau mengingat ia sedang mengkhianati Aldy saat ini. Pikiran Sasha terasa buntu karena kelelahan dan ia pun tertidur dalam perjalanan.

Akhirnya, mobil itu sampai di sebuah villa besar yang kemudian diketahui merupakan villa milik Pak Anton. Waktu saat itu menunjukkan pukul 12 siang saat itu. Mobil itu langsung diparkir masuk kedalam garasi dan Sasha dibawa masuk melalui pintu samping villa yang megah itu.
“Nah, Sasha. Kamu boleh bawa Alyssa untuk beristirahat di kamar lantai atas. Saya akan menunggu kamu diruang tamu.” Ujar Pak Anton sambil memberikan kunci kamar untuk Sasha. Sasha mengambil kunci di tangan Pak Anton dan menidurkan Alyssa di kamar itu. Setelah memastikan kalau Alyssa sudah tidur, Sasha segera beranjak keruang tamu untuk menemui Pak Anton. Pak Anton tersenyum lebar saat melihat Sasha turun dari lantai atas.

“Bagaimana, Alyssa sudah tidur?” tanya Pak Anton.
“Sudah pak…” jawab Sasha pelan.
“Bagus! Ingat, selama kamu ada di villa saya, kamu harus menuruti semua perintah saya tanpa menolak sedikitpun! Kalau kamu menurut, saya jamin kamu tidak akan menyesal, tapi kalau sekali saja kamu membangkang, saya akan memastikan kalau nasib rumah tanggamu hancur sama sekali! Kamu mengerti?!” ancam Pak Anton dengan suara keras. Sasha hanya mengangguk pelan. Sasha sudah tahu kalau sekarang ia sudah didalam cengkraman kekuasaan Pak Anton dan tidak mungkin lagi baginya untuk mundur. Sekarang ia hanya memasrahkan dirinya untuk menuruti kemauan Pak Anton.

Pak Anton segera beranjak berdiri dan mendekati Sasha. Pak Anton lalu berjalan berputar mengelilingi Sasha yang berdiri di tengah ruangan itu sambil mengamati tubuh molek Sasha. Senyum Pak Anton yang memuakkan tampak jelas saat melihat-lihat kulit putih mulus Sasha, pantat Sasha yang bulat dibalik celana jins yang dipakai Sasha maupun dada Sasha yang tampak membusung karena sempitnya blouse putih yang dipakai Sasha. Pak Anton merasa amat beruntung karena akan segera mendapatkan “istri” secantik Sasha. Wajah Pak Anton bagaikan anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru dan tidak sabar untuk memainkan mainan itu.

“Hmm… Pak penghulu baru bisa datang jam 4 sore nanti. Sekarang baru jam setengah 2. Kita punya banyak waktu untuk bersiap-siap!” gumam Pak Anton.

“Ayo, ikut saya!” Pak Anton menarik lengan Sasha dan membimbingnya ke kamar mandi. Sasha hanya mengikuti Pak Anton tanpa memberontak.
Sasha tertegun sejenak saat melihat luasnya kamar mandi villa itu yang dilengkapi bathtub marmer seperti sebuah kolam kecil. Pak Anton tidak lupa memberi wewangian lavender sehingga aroma lavender terpancar dari kamar mandi itu. Pak Anton lalu memutar keran air sehingga air hangat memancar dari keran dan mengalir memenuhi bathtub itu. Sambil menunggu air hangat memenuhi bathtub itu, Pak Anton segera melepaskan semua pakaiannya sehingga tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Sasha takjub saat melihat ukuran kemaluan Pak Anton yang sudah mengacung keras. Penis yang gemuk dan panjang itu berukuran jauh lebih besar daripada penis Aldy, sekitar 20 cm. Tonjolan otot urat kemaluannya terlihat jelas dan berkilat menantang.

“Ayo, kamu juga! Lepaskan semua bajumu!” perintah Pak Anton yang segera dituruti Sasha. Mula-mula Sasha menurunkan celana jinsnya sehingga terlihatlah sepasang jenjang kaki yang mulus dan indah. Paha Sasha yang padat dan bulatan elok pinggulnya tampak begitu indah dipadukan dengan pinggangnya yang ramping dan elok. Sebuah celana dalam putih masih terpasang melindungi daerah selangkangan Sasha. Pak Anton berdecak kagum melihat bayangan pantat Sasha yang bulat dan padat dibalik celana dalam putih itu. Jarang sekali dilihatnya wanita dengan pantat sebagus itu. Sasha kemudian melepas blousenya sehingga tubuhnya kini hanya tertutup oleh sebuah bra berwarna putih berenda dan celana dalam putihnya. Tubuh putih mulus Sasha tampak terawat dengan sangat baik. Payudaranya yang berukuran sedang namun padat tampak serasi dengan ukuran tubuh Sasha dan semakin mempercantik bentuk tubuhnya, walaupun dada cantik itu masih tertutup oleh mangkuk bra Sasha.
Sasha berhenti sejenak melepas pakaiannya, wajahnya tampak memerah karena malu dan keraguan terpancar jelas dari raut wajahnya.

“Lho? Kenapa ragu-ragu? Ayo, lepas semuanya! Atau kamu mau saya yang melepaskan?” hardik Pak Anton, namun Sasha hanya diam terpaku.
“Ya sudah kalau begitu!” Pak Anton mendekati tubuh Sasha. Tangan Pak Anton segera melepas kait bra Sasha sehingga bra putih berenda itu pun terlepas dan jatuh ke lantai, menampakkan kedua payudara Sasha yang kini menggantung indah di dadanya. Otomatis kedua tangan Sasha bereaksi cepat menutupi payudaranya. Namun Pak Anton sudah memegang kedua sisi pinggiran celana dalam Sasha dan melorotkannya dengan cepat melewati jenjang kaki mulus itu. Sasha tampak kebingungan untuk menutupi wilayah-wilayah vitalnya tapi Pak Anton langsung menarik turun tangan Sasha yang menutupi payudaranya. Akhirnya tubuh Sasha terpampang jelas, telanjang bulat dihadapan Pak Anton. Pak Anton tidak henti-hentinya berdecak kagum melihat keindahan dan kemolekan tubuh Sasha itu. Kewanitaan Sasha tampak terawat dan hanya tampak sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yang rapi. Mata Pak Anton langsung jelalatan melihat indahnya bentuk tubuh Sasha, yang bahkan tidak pernah dilihatnya di film-film porno

“Waduh… benar-benar badan yang bagus sekali!” puji Pak Anton. Sasha hanya memalingkan mukanya yang memerah karena malu. Baru kali ini ada orang yang melihat tubuh telanjangnya selain Aldy, suaminya itu.

PLAAK! “Aduh!” Sasha menjerit saat tangan Pak Anton menepuk keras bongkahan pantatnya yang mulus.
“Ayo, masuk ke bak mandinya!” perintah Pak Anton sambil mendorong pantat Sasha ke depan. Sasha pun terpaksa memasuki bathtub itu. Pak Anton lalu menyusul masuk dan merebahkan dirinya di sudut bathtub itu. Sasha hanya terduduk kebingungan dihadapan Pak Anton.

“Sha, ayo kesini!” ujar Pak Anton seraya melambaikan tangannya. Sasha dengan patuh mendekatkan dirinya ke tubuh Pak Anton. Pak Anton segera merangkul Sasha sehingga tubuh mereka berdua berhimpitan.
“Ayo, kamu menyandar di badan saya!” kata Pak Anton seraya menyandarkan tubuh lembut Sasha kedadanya. Sasha berusaha untuk menyamankan dirinya dengan bersandar di perut buncit Pak Anton yang kenyal seperti bantal itu, walaupun bulu-bulu lebat di dada Pak Anton terasa mengganggu punggungnya. Sasha berusaha menghilangkan pikirannya yang sedari tadi terus berkecamuk dengan cara menikmati air hangat itu. Selama beberapa saat, Pak Anton meresapi nikmatnya berendam di air hangat sambil ditemani seorang wanita secantik Sasha. Sesekali Pak Anton menciumi rambut panjang Sasha yang wangi ataupun memeluk erat tubuh Sasha, seolah meresapi kelembutan tubuh wanita cantik itu. Pak Anton tersenyum mensyukuri keberuntungannya. Sasha, si pujaan para lelaki di kantor itu kini sepenuhnya miliknya; akhirnya ia telah mendapatkan intan yang amat berharga itu.

“Sasha. Ayo kamu berdiri ditengah, sayang!” perintah Pak Anton sambil melepaskan pelukannya ditubuh Sasha. Sasha segera bergerak menuju ketengah bathtub itu dan berdiri mematung disana. Dengan air hangat setinggi lutut itu, tubuh Sasha tampak terpampang jelas. Kilatan air yang membasahi tubuhnya juga menimbulkan kesan sensual apalagi dengan uap-uap disekitar permukaan air yang seolah menciptakan panorama indah bagi pemandian seorang bidadari yang cantik seperti Sasha. Pak Anton sendiri tak hentinya terkagum-kagum melihat pemandangan itu.
Pak Anton segera beranjak keluar dari bathtub itu dan mengambil sebuah baki kayu yang berisi sabun, sponge, shampoo dan berbagai peralatan mandi. Pak Anton lalu kembali masuk kedalam bathtub itu dan berjalan mendekati Sasha.

“Nah, Bapak mandikan ya, Sasha?” tanya Pak Anton sambil tersenyum cengengesan. Sasha sendiri sudah tahu tujuan Pak Anton pasti berbeda dari hanya sekedar “memandikan” dirinya, namun Sasha juga tidak tahu apa rencana Pak Anton sesungguhnya. Bahkan Aldy sendiri yang tak lain merupakan suami Sasha tidak pernah bercinta dengannya di kamar mandi, sehingga Sasha masih belum berpengalaman tentang percintaan di kamar mandi.

“Hyaa?” Sasha menjerit kaget saat merasakan cairan sabun beraroma mawar yang sejuk dan licin itu dituangkan ke pundaknya sehingga meluber ke punggungnya yang mulus. Pak Anton mulai beraksi, tubuhnya ditempelkan di punggung Sasha dan digosokkannya sabun itu ke tubuh Sasha lewat tubuhnya seperti sebuah sponge. Sasha merasa agak risih karena tubuh Pak Anton yang berbulu lebat itu bergesekan dengan tubuhnya yang mulus, apalagi saat merasakan penis Pak Anton yang besar itu sesekali bersentuhan dengan pantatnya seiring dengan gosokan tubuh Pak Anton. Pak Anton sendiri berusaha untuk meresapi kelembutan tubuh Sasha yang digosok-gosok dengan badannya yang gemuk.
Pak Anton tidak cepat puas, ia lalu menuangkan sabun cair itu ketelapak tangannya dan segera meremas dada cantik milik Sasha dari belakang sambil sesekali mengusapkan sabun itu ataupun memencet puting susu Sasha dengan pelan, sehingga punggung dan dada Sasha kini dipenuhi dengan busa sabun.

“Achh…” desah Sasha pelan saat Pak Anton memencet puting susunya sambil mengocok-ngocok payudaranya. Sasha bisa merasakan kalau penis Pak Anton terasa agak sedikit membesar saat “memandikan” tubuhnya itu.

Perlahan-lahan, jangkauan tangan Pak Anton semakin turun kebagian bawah tubuh Sasha. Dengan pelan diusapkannya sabun itu ke perut ramping Sasha, jari kelingkingnya tiba-tiba mencolek pusar Sasha sehingga Sasha mengaduh pelan. Setelah menyabuni perut Sasha, Pak Anton lalu melanjutkan aksinya dengan menyabuni pinggang Sasha dengan pelan, seolah meresapi keelokan lekuk tubuh Sasha ditelapak tangannya.

“Nah, saya juga harus membersihkan tubuhmu di sini juga!” ujar Pak Anton sambil membelai pantat Sasha. Kembali sabun cair itu dituangkan Pak Anton, namun kali ini ke bongkahan pantat Sasha. Pak Anton lalu mulai memijat pelan pantat Sasha dengan kedua telapak tangannya.

“Aah… ehmm…” Sasha merasa agak rileks dengan pijatan itu. Pak Anton juga memijat pinggang Sasha dan menekan pinggul wanita itu, sehingga muncul gelombang rasa geli yang mulai mendera tubuh Sasha dari pantat dan pinggangnya. Lama kelamaan, Sasha pun mulai merasa gairah seksualnya terbangkitkan oleh rasa nyaman dan nikmat dari pijatan itu.
“Kya… Haah!” desahnya pelan saat Pak Anton menekan tulang pinggangnya.

“Sasha, lebarkan pahamu dan menungginglah!” perintah Pak Anton yang dituruti dengan patuh oleh Sasha. Sasha lalu menuju ke pinggiran bathtub itu dan menunggingkan dirinya di tepian bathtub itu. Pak Anton masih belum mau melepaskan tangannya dari pinggang dan pantat Sasha yang terus dipijatnya dengan sabun. Sekarang Sasha dalam posisi menungging dengan Pak Anton berjongkok dibelakang tubuhnya sambil terus memijati pantat Sasha. Lama kelamaan, Pak Anton tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi saat melihat pantat montok dan indah milik Sasha itu terpampang jelas dihadapannya.

“Ah! Jangan!’ jerit Sasha mendadak saat merasakan tangan Pak Anton mulai membuka celah pantatnya. Namun permintaan Sasha tidak digubris. Sasha merasa amat malu saat lubang pantatnya terekspos jelas dihadapan Pak Anton.
“Nah, ini dia lubang pantatnya bidadari kantor kita!” ejek Pak Anton yang semakin membuat wajah Sasha memerah menahan malu. Sasha bisa melihat jelas raut wajah Pak Anton yang terkekeh-kekeh mengamati pantatnya itu.
“Jangan Pak… Saya malu…” pinta Sasha dengan pelan. Ini pertama kalinya seseorang melihat pantatnya sedekat itu karena selama berumah tangga dengan Aldy, Aldy tidak pernah meminta jatah lubang pantat Sasha.
“Lho, kenapa? Kok malu? Padahal lubang pantatnya juga indah seperti orangnya!” puji Pak Anton. “Atau kamu tidak mau pantatmu dilihat saya karena alasan lain?” lanjut Pak Anton. Sasha hanya terdiam tanpa menjawab.

“Ooh, saya tahu!”tiba-tiba Pak Anton berseru. “Pasti kamu jarang merawat pantatmu, ya?!” terkanya.
“Tidak Pak… Saya…” Sasha berusaha menolak terkaan Pak Anton. Tentu saja Sasha rajin merawat pantatnya setiap saat, namun Pak Anton memang hanya ingin mempermalukan Sasha saat itu.
“Sudahlah, kamu tidak perlu malu-malu, bilang saja kalau kamu mau pantatmu saya bersihkan!” dengan lancangnya Pak Anton menguakkan bongkahan Sasha dan mengusapkan sabun di tangannya ke celah-celah pantat Sasha.
“Kyah!” Sasha menjerit saat jari-jari kasar Pak Anton terasa menggesek celah pantatnya dan memenuhi pantatnya dengan busa sabun. Rasa geli menusuk tubuh Sasha saat jari telunjuk Pak Anton menekan-nekan lubang pantatnya. Sehingga kembali terdengar desahan-desahan tertahan dari bibir Sasha saat gairah seksualnya terbangkitkan. Pak Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya saat mendengar desahan-desahan kecil dari bibir Sasha. Dengan sigapnya, Pak Anton meluncurkan tangannya kearah depan sehingga tangan kanannya menjamah vagina Sasha.
“Ah?!” Sasha terkejut sejenak saat telapak tangan kiri Pak Anton menjamah vaginanya.
“Hehe… bagian ini juga harus dibersihkan kayaknya…” ujar Pak Anton nakal.

“Aw… aw…. aach…” desah Sasha saat jari-jari tangan kiri Pak Anton menyabuni vaginanya dengan cara mengusap-usap kewanitaan Sasha dengan sabun. Usapan Pak Anton yang agak kasar itu tak pelak membuat vagina Sasha juga dibanjiri busa sabun putih. Gesekan jari Pak Anton yang sesekali juga menyentil klitorisnya, membuat Sasha semakin dirasuki gairah seksualnya. Apalagi tangan kanan Pak Anton masih dengan rajinnya menyabuni celah pantatnya sambil sesekali mencolek lubang pantat Sasha dengan kuku jari telunjuknya.

“Egh… Aw… Haah…” Sasha semakin sulit mengontrol dirinya. Luar biasa! Pak Anton rupanya amat pintar mempermainkan gairah seksual wanita. Gerakan-gerakan tangannya yang menyabuni selangkangan Sasha bergerak tanpa ritme, sehingga Sasha juga kesulitan mencapai orgasmenya. Kepala Sasha menegadah berusaha menghirup udara segar sambil terus mengeluarkan desahan-desahan penuh kenikmatan. Pak Anton semakin gemas dengan Sasha dan mempercepat gosokan jarinya divagina Sasha. Akibatnya, Sasha semakin terhanyut dalam kenikmatan seksualnya
“OOKH… AAAAA…” Sasha memejamkan mata, mendongakkan kepalanya dan melolong pilu saat ledakan orgasmenya memancar keluar dari tubuhnya. Sasha merasa ototnya tegang dan mengeras saat gelombang kenikmatan itu melanda tubuhnya. Pak Anton yang masih memegang vagina Sasha bisa merasakan vagina Sasha berdenyut keras dan busa sabun di jari-jari tangan kirinya terasa lebih hangat saat Sasha mencapai orgasmenya, karena vagina Sasha ikut memuncratkan cairan cintanya yang hangat ketelapak tangan kiri Pak Anton.

Tulang-tulang Sasha serasa terlolosi dari sendinya saat sensasi orgasmenya mereda. Sasha pun tampak limbung, namun Pak Anton segera menangkap tubuh Sasha dan menyandarkannya ke tepian bathtub itu.
“Hehehe… enak kan rasanya? Tenang saja, kita masih belum selesai!” seringai Pak Anton sambil mengambil sebuah shower dan sprinkler. Sasha hanya tersandar pasrah tanpa tenaga ditepian bathtub itu dengan keadaan tubuh masih dipenuhi busa. Staminanya nyaris terkuras habis saat orgasme hebat yang baru saja melanda tubuhnya.

Pak Anton lalu menyalakan shower ditangannya dan membilas tubuh Sasha dengan kucuran air shower itu. tangannya mengusapkan air disekujur tubuh Sasha, menghapus busa putih yang memenuhi tubuh Sasha. Tidak lupa, Pak Anton secara cermat membersihkan kedua payudara Sasha, kadang-kadang diremasnya dada Sasha dengan pelan ataupun mencubit puting susu Sasha sehingga terdengar suara desahan tertahan dari bibir Sasha. Pak Anton tampak berusaha menjaga agar aliran air shower itu tidak membilas busa putih yang masih menggumpal menutupi selangkangan Sasha.

Akhirnya, tubuh Sasha bersih dari busa sabun kecuali bagian selangkangannya yang masih tertutup oleh busa lembut itu. Pak Anton mematikan aliran air dari showernya dan kini mengambil sprinkler yang dari tadi terendam didalam bak mandi itu. Pak Anton memutar keran sprinkler itu secukupnya dan mengacungkan sprinkler itu ke selangkangan Sasha seperti sebuah pistol yang siap untuk menembak sasarannya. Jari jempol Pak Anton lalu menekan keras tombol sprinkler itu dan CRAASH! Terdengar suara semburan air yang kencang.

“KYAAAH!” Jeritan Sasha terdengar menyusul saat semburan air itu menghantam vaginanya.
“ADUH! AAKH!!AAGH!!!!” Sasha menjerit-jerit saat tekanan air itu terasa menyembur paksa kedalam vaginanya. Air mata Sasha juga tampak meleleh turun dari matanya karena rasa sakit dan sensasi kenikmatan akibat semburan air itu. Apalagi saat tiang air itu menggelitik klitorisnya. Efek orgasme Sasha yang masih belum hilang sekarang ikut membangkitkan kembali kenikmatan seksual dari tubuh Sasha. Pak Anton tersenyum saat melihat gelinjangan erotis tubuh Sasha yang mulai terbangkitkan kembali gairahnya. Sasha sendiri tidak pernah membayangkan kalau semprotan air dengan lembut di vagina juga dapat memberikan kenikmatan seksual bagi para wanita. Pak Anton juga sesekali menghentikan semprotannya dan secara mendadak kembali menyemprotkan air di vagina Sasha, sehingga menimbulkan kenikmatan seksual tersendiri bagi Sasha, serasa melakukan onani dengan jacuzzi.

“HAAAH… AAH…” Sasha menggeliat pelan sambil melenguh keras. Air di bathtub itu tampak beriak-riak saat gerakan tubuh Sasha yang hendak menjemput orgasmenya semakin kencang. Pak Anton segera mengecilkan tekanan air sprinkler itu dan menghentikan semprotannya sehingga Sasha gagal mencapai orgasmenya.

“Aah… hooh…” desah Sasha pelan sambil berusaha mengatur nafasnya. Walaupun orgasmenya terhenti, tubuh Sasha masih saja tidak bertenaga. Pak Anton segera menghampiri Sasha yang masih terduduk mengangkang ditepian bathtub itu. Sasha tidak banyak berontak lagi karena tubuhnya sekarang benar-benar kelelahan dan seluruh tenaganya serasa terkuras seluruhnya.

Pak Anton mengeluarkan sebuah pisau cukur dan menjongkokkan dirinya dihadapan selangkangan Sasha yang membuka lebar. Pak Anton mulai mencukur rambut-rambut halus di kewanitaan Sasha dengan cermat tanpa menyisakan sehelaipun rambut vagina Sasha sehingga kewanitaan Sasha kini terpampang jelas dan bersih.

“Sekarang semuanya sudah bersih! Ayo!” Pak Anton segera menarik Sasha keluar dari bathtub itu. Tubuh Sasha lalu dikeringkan dengan sebuah handuk putih. Pak Anton menghirup udara disekitar tubuh Sasha sejenak dan aroma mawar yang lembut segera memanjakan indera penciuman Pak Anton. Ya, kini sekujur tubuh Sasha memancarkan aroma mawar yang amat wangi karena disabuni terus menerus oleh Pak Anton. Pak Anton lalu melingkari dan memakaikan handuk itu ke tubuh Sasha.
“Nah, sekarang kamu sudah wangi dan bersih! Ayo, kita bersiap-siap!” tegas Pak Anton yang kembali menggandeng Sasha keluar dari kamar mandi itu dan membawanya ke kamar tidur.

Sesampainya dikamar, Pak Anton segera melepas handuk Sasha sehingga tubuh telanjang bulat milik Sasha kembali terpampang jelas. Pak Anton merangkul punggung Sasha dan mendorongnya kearah depan sambil membenamkan wajahnya dibelahan dada Sasha yang indah dan wangi itu. Sasha membiarkan Pak Anton menikmati dadanya yang empuk sepuas hati. Kedua puting payudara Sasha lalu dicubit-cubit pelan oleh Pak Anton sambil sesekali meremas kuat dada Sasha dengan gemas. Pak Anton menggosok-gosokkan wajahnya dengan pelan untuk membelai payudara Sasha sehingga kulit payudara Sasha terasa geli saat kumis Pak Anton menggosok permukaan payudaranya itu.

Setelah puas bermain-main dengan dada empuk Sasha, Pak Anton lalu membongkar koper milik Sasha. Dipilihnya sehelai celana dalam mini semi transparan dari nilon yang berwarna putih lembut dengan renda-renda feminin dan sebuah bra strapless berwarna putih susu untuk dipakai Sasha. Pak Anton juga mengeluarkan sebuah stocking jala berwarna putih dari koper Sasha.

Tangan Sasha direntangkan dan Pak Anton segera memakaikan bra strapless itu untuk menutupi dada Sasha. Pak Anton sengaja memasangkan kait bra Sasha 1 tingkat lebih erat, sehingga kedua payudara Sasha terhimpit dan menampilkan belahan dada Sasha yang begitu indah. Dada Sasha terasa sesak akibat tekanan bra itu. Sasha juga dipakaikan celana dalam mini yang diambil Pak Anton. Celana dalam Sasha menampilkan bayangan pantatnya yang bulat dan montok karena celana dalam itu semi transparan. Andai saja tidak ada sulaman renda dibagian depan celana dalam itu, sudah pasti vagina Sasha terpampang dengan amat jelas. Celana dalam itu merupakan celana dalam favorit Sasha yang sering dipakainya sebelum bercinta dengan Aldy. Setelah bra dan celana dalam Sasha terpasang, Pak Anton segera memakaikan stocking jaring milik Sasha. Pak Anton berulangkali menelan ludah saat meraba paha Sasha yang mulus ketika memasangkan stocking Sasha itu. Setelah semua pakaian dalam Sasha terpasang ditubuh molek itu, Pak Anton tersenyum puas melihat Sasha yang berdiri dihadapannya dengan busana yang begitu seksi dan menggoda.

“Nah, kamu tunggu dulu sebentar didalam sini! Saya sudah memanggilkan juru rias khusus untukmu. Biar nanti dia yang mengurus soal tata riasmu!” ujar Pak Anton sambil meninggalkan Sasha didalam kamar itu.
Begitu pintu kamar itu tertutup, Sasha segera jatuh terduduk di ranjang tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Air matanya menetes dan perasaannya campur aduk menyiksa batinnya. Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan sekarang? Sebagai seorang wanita yang sudah bersuami, seharusnya ia dengan setia menunggu kepulangan Aldy di rumah. Namun saat ini ia malah berada di villa megah atasannya sendiri dan bersiap-siap untuk mengkhianati suami yang dicintainya sekaligus merendahkan martabatnya dengan menerima tawaran menikah siri dari atasannya itu.

Sasha pun semakin terhanyutkan oleh pikirannya. Apakah yang dilakukannya ini salah? Sebenarnya ia hanya melakukan yang terbaik demi keutuhan rumah tangganya. Lagipula, andai saja Aldy bekerja dengan jujur, maka ia tidak perlu mengalami hal seperti ini.
“Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat ulah Aldy! Untuk apa kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu mendapat masalah seperti ini, bukan?!” Kembali pernyataan Pak Anton beberapa hari yang lalu itu terngiang di kepala Sasha. Sesaat Sasha tersentak sejenak mengingat pernyataan itu.

“Memang benar! Ini semua salah Aldy! Yang kulakukan ini juga demi dirinya dan demi keluargaku! Lagipula, Aldy sudah tidak jujur padaku! Untuk apa pula aku harus jujur padanya?!” pikir Sasha. Lama kelamaan, pikiran itu semakin menguasai otak Sasha yang berusaha mencari pembenaran atas perbuatannya itu. Akhirnya, Sasha membulatkan tekadnya untuk memberontak dan mengkhianati Aldy sebagai hukuman atas ketidakjujuran Aldy padanya. Bahkan Sasha pun melolosi cincin nikah yang diberikan Aldy padanya dari jari manisnya. Cincin itu pun dilempar Sasha masuk ke dalam kopernya.

Pintu kamar itu tiba-tiba diketuk dan dibuka. Masuklah seorang laki-laki feminin yang membawa sekotak alat rias lengkap dan sebuah koper.
“Em… Bu Sasha ya?” tanyanya agak ragu.
“I… iya!” jawab Sasha dengan gagap karena agak terkejut dengan kehadiran laki-laki bernama Boyke itu.
“Saya Boyke, penata rias anda! Mmm… Anda sudah siap?” tanya Boyke itu.
“Ya!” jawab Sasha mantap.
“Bagus deh! Ini, ada beberapa aksesoris yang dipesan Pak Anton untuk Bu Sasha! Katanya, Bu Sasha dipersilakan untuk memilih apapun yang ibu suka.” Ujar Boyke sambil membuka koper di tangannya. Sasha takjub melihat berbagai macam pilihan perhiasan indah yang berkilauan yang terpampang didalam koper itu. Betapa perhatiannya Pak Anton! pikir Sasha. Banyak perhiasan mahal yang sudah lama ingin dibeli Sasha namun tidak kesampaian karena dilarang oleh Aldy. Namun kini, perhiasan-perhiasan itu terpampang jelas dihadapannya dan Sasha boleh memilih sesuka hatinya!

“Pak Anton perhatian ya, Bu! Ini semua aksesoris mahal yang khusus diimpor dari luar negeri lhoo!” puji Boyke. Hati Sasha pun luluh mendengar pujian Boyke. Pak Anton rela bersusah payah membelikannya perhiasan-perhiasan yang indah dari luar negeri yang pastinya amat mahal. Aldy saja cerewet apabila Sasha mau membeli perhiasan lokal. Padahal Aldy memiliki uang hasil penggelapan pajak itu. Sasha mulai menyesal mengapa ia mengacuhkan Pak Anton yang rupanya amat menyayanginya? Bahkan melebihi Aldy, suaminya sendiri. Tekad Sasha pun semakin bulat untuk menerima pinangan Pak Anton.

“Mas Boyke! Tolong rias saya sebaik mungkin! Saya mau menjadi pengantin yang pantas untuk Pak Anton!” perintah Sasha kepada Boyke, yang hanya tertawa kecil melihat kesiapan Sasha.
“Beres deeh! Ayo, busana pengantinnya sudah siap kan, Bu?” tanya Boyke yang dibalas dengan anggukan mantap Sasha.

“Ya! Akan kutunjukkan! Walaupun aku seorang wanita, aku juga bisa berontak! Kalau Aldy tidak jujur padaku, maka ia harus menerima akibatnya sendiri!” teriak Sasha dalam hatinya sambil menghapus bekas air mata di pipinya. Sasha sekarang sudah tidak peduli lagi dengan tampang maupun usia Pak Anton. Sekarang yang tersisa dalam hatinya hanyalah kebencian yang menggantikan cintanya pada Aldy dan keinginan kuat untuk memberontak dan memberi pelajaran atas ketidakjujuran Aldy.

Jam sudah menunjukkan waktu pukul setengah empat sore, sementara Pak Anton yang kini tampak gagah dengan tuksedo hitammnya dengan sabar menunggu di paviliun villa itu. Paviliun itu terletak dibelakang bangunan utama yang dikelilingi taman bunga dan sebuah kolam kecil. Di paviliun kecil itu sudah disiapkan berbagai macam keperluan pernikahan mereka.
Taman villa itu sudah didekorasi untuk pesta taman yang dilengkapi pula dengan sebuah bangku putih yang dihiasi rangkaian bunga untuk singgasana pengantin. Pak Anton juga sudah mengatur ruang tamunya sedemikian rupa untuk acara pesta dalam rumah. Belasan orang berkeliaran disekitar villa itu sambil mempersiapkan kebutuhan pesta untuk acara pernikahan Pak Anton dan Sasha.

Beberapa orang undangan mulai berdatangan ke villa Pak Anton. Para undangan itu semuanya merupakan kerabat, relasi maupun kenalan Pak Anton, termasuk para tetangga disekitar villa itu. Tidak ada satupun karyawan kantor mereka yang diundang karena Pak Anton telah berjanji untuk merahasiakan pernikahan mereka dari para pegawai kantor itu. Pak Anton dengan gembira menyambut para tamunya itu dan berbincang-bincang sejenak dengan mereka sambil menunggu Sasha.

Setelah beberapa lama, akhirnya penghulu mereka tiba dan segera memasuki paviliun itu untuk memulai upacara pernikahan, namun Sasha belum juga muncul. Selama sepuluh menit setelah penghulu pernikahan itu tiba, Sasha masih belum juga menampakkan dirinya, sehingga para undangan bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sang mempelai wanita yang masih belum sempat ditemui oleh mereka. Rasa penasaran menyelimuti para undangan yang tidak sabar untuk melihat penampilan dan kemunculan sang mempelai wanita. Alyssa yang sudah bangun juga dipakaikan sebuah ball gown putih dan ikut menunggu kemunculan Sasha sambil digendong oleh seorang baby sitter khusus yang disewa Pak Anton untuk menyaksikan pernikahan kembali ibunya itu. Pak Anton mulai risih menunggu Sasha. Pak Anton sedikit cemas karena takut Sasha akan membangkang. Ia pun berniat untuk menemui Sasha untuk melihat keadaan Sasha dan menyeretnya ke pelaminan bila perlu.

Namun, belum sempat Pak Anton beranjak pergi, terdengarlah melodi lagu pernikahan yang merdu dari speaker-speaker yang terpasang disekitar villa itu. Pak Anton dan segenap hadirin terpana saat melihat penampilan Sasha sebagai seorang pengantin wanita sedang berdiri dipintu belakang villa itu sambil digandeng oleh Boyke.

Suasana mendadak hening sejenak saat Sasha perlahan-lahan berjalan menuju paviliun tempat Pak Anton berdiri, hanya terdengar melodi syahdu dari lagu pernikahan yang mengalun mengiringi langkah anggun Sasha. Suara detakan dari langkah Sasha yang bersepatu hak tinggi terdengar berirama. Para hadirin hanya tertegun dan takjub melihat penampilan Sasha yang bagaikan seorang dewi itu. Bahkan Alyssa yang tadinya agak rewel, ikut terdiam sejenak melihat penampilan ibunya itu. Tatapan matanya seolah tidak bisa lepas dari tubuh Sasha yang terus berjalan menuju paviliun tempat calon suaminya itu menunggu.

Sasha kembali mengenakan gaun pengantin yang terakhir kali dikenakannya saat menikah dengan Aldy. Gaun pengantin yang berbahan satin dan berwarna putih terang dengan model strap tampak serasi dengan warna kulit Sasha yang putih mulus. Pundak Sasha digantungi strap gaunnya yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar putih kecil yang terbuat dari satin sehingga atasan gaun itu tampak seperti sebuah bra dengan tali-tali yang tersusun dari rangkaian bunga. Sebuah pita chiffon putih dengan sebutir permata pink imitasi ditengahnya tampak terpasang didada Sasha, menghiasi belahan dada cantik milik Sasha.
Sulaman manik-manik yang berbentuk bunga-bunga kecil tampak bertaburan menghiasi atasan gaun itu. Dengan jahitan polos dibagian pinggang, lekuk pinggang ramping Sasha yang elok tampak terpampang jelas. Hiasan gaun dipinggang Sasha berupa sebuah jahitan dua helai kain sutra berwarna pink lembut yang melebar disisi kanan-kiri rok gaun Sasha yang berwarna putih dan disatukan oleh pita berbentuk bunga di pinggul Sasha, sehingga rok Sasha seolah tampak bersayap. Rok gaun Sasha yang halus dan lembut bermodel lipatan seperti sebuah tirai, namun rok yang tampak mengembang akibat petticoat yang dipakai Sasha sebagai rok dalam itu terjuntai hingga menutupi kaki Sasha itu tampak cantik dengan sulaman pita-pita kecil yang mengelilingi rok gaun itu.

Sepasang sarung tangan satin putih yang panjangnya selengan menutupi kedua tangan Sasha seolah melindungi lengan halus dan jari-jari lentik sang bidadari yang sedang mengggenggam serangkaian bunga-bunga putih. Pergelangan tangan Sasha tampak dipasangi dengan seuntai gelang perak dengan giring-giring kecil disekeliling gelang itu yang bergemerincing kecil saat Sasha berjalan. Seuntai kalung mutiara dari Jepang melingkari jenjang leher Sasha, sementara sebuah tiara perak bertaburkan permata kecubung berwarna pink yang diimpor dari Italia menghiasi dahi Sasha.

Rambut Sasha yang panjang dibiarkan tergerai bebas dan sehelai slayer sutra putih yang berpita diselipkan di sela-sela rambut Sasha untuk menutupi wajahnya. Walaupun wajah Sasha tertutup oleh motif bunga-bunga slayer itu, para hadirin masih bisa melihat kecantikan wajah Sasha. Aroma mawar yang terpancar dari tubuh Sasha diperkuat lagi dengan semprotan parfum mawar di gaunnya itu.

Sasha akhirnya tiba di paviliun itu. Pak Anton masih tampak terkesima, namun lamunannya segera buyar saat Sasha mengulurkan sikunya untuk digandeng oleh Pak Anton. Tanpa menunggu lebih lama, Pak Anton segera menyambut uluran tangan Sasha dan mereka berdua pun berjalan bergandengan kehadapan penghulu yang sudah berdiri didepan sebuah meja yang ditata untuk keperluan upacara itu. Sesampainya dihadapan penghulu, kedua mempelai lalu berlutut didepan meja itu.

Suasana hening kembali menyelimuti paviliun itu saat mereka mengheningkan cipta sejenak yang dilanjutkan dengan upacara pemberkatan kedua pengantin. Sasha tidak begitu menyimak perkataan-perkataan dari penghulu itu. Ia hanya terdiam melamun, merenungkan keadaannya sekarang dan kesiapan dirinya untuk melayani Pak Anton sebagai seorang istri setelah upacara ini selesai. Menit-menit upacara itu pun berlalu tanpa disadari Sasha. Wajahnya yang tertutup oleh slayer mengakibatkan orang-orang disekitarnya tidak sadar bahwa Sasha sedang melamun.

“Nona Izumi Toyama?” tiba-tiba penghulu itu memanggil Sasha dengan nama aslinya.
“Eh?” Sasha terkejut dan lamunannya pun buyar dalam sekejap saat mendengar nama aslinya disebut oleh penghulu itu. Maklumlah, tidak ada yang memanggilnya dengan nama ‘Izumi’ selain orang tuanya.
“Apakah anda bersedia menerima Anton Adiharyono sebagai suami anda?” tanya penghulu itu dengan serius. Rupanya acara pengukuhan janji pernikahan sudah dimulai.
“I… iya!” jawab Sasha gagap, masih dalam keadaan terkejut. Pak Anton hanya tersenyum melihat tingkah pengantinnya itu.
“Bersediakah anda menerima dan hidup bersamanya dalam suka-duka hingga maut memisahkan?”
“Ya, saya bersedia.” Jawab Sasha.

Mantri itu menyodorkan sehelai surat nikah kontrak kepada kedua mempelai itu. Pak Anton lalu membaca sejenak surat itu sebelum menandatangani nama “Anton Adiharyono” di surat itu. Surat itu beserta sebuah bolpen lalu disodorkan ke hadapan Sasha. Tanpa membaca lebih lanjut isi surat itu, Sasha segera membubuhkan tandatangannya diatas nama “Izumi Toyama”.

“Ayo kita mulai, Sasha.” Ujar Pak Anton sambil menarik pelan pergelangan tangan Sasha sehingga tangan Sasha mengulur kehadapan Pak Anton. Salah seorang saksi laki-laki menyodorkan dua kotak cincin. Pak Anton mengambil salah satu kotak itu dan membukanya. Mata Sasha berbinar melihat isi kotak itu yang berupa sebuah cincin nikah dari emas murni yang bertahtakan berlian. Sementara itu, seorang saksi yang lain melepaskan sarung tangan di tangan kanan Sasha, sehingga tampaklah jari-jari lentik Sasha yang terulur dihadapan Pak Anton.
Pak Anton segera memasangkan cincin itu ke jari manis Sasha, dimana dulunya terpasang cincin kawin Aldy-Sasha. Sasha kemudian membuka kotak cincin lainnya dan memasangkan sebuah cincin platina di jari manis Pak Anton.

“Nah, Bapak Anton Adiharyono, dipersilahkan untuk membuka tudung pengantin Nona Izumi!” ujar penghulu itu pada Pak Anton. Pak Anton mendekat dan mengangkat tudung pengantin Sasha melewati kepala Sasha. Sejenak Pak Anton dan para hadirin terkesima melihat kecantikan wajah Sasha seutuhnya.
Alis hitam Sasha yang ditebalkan sedikit oleh Boyke dengan eye-pencil tampak sangat serasi dengan bulu-bulu mata Sasha yang dilentikkan dan dipercantik dengan sapuan warna eye-shadow pink yang lembut berkilau dikelopak mata Sasha. Dengan riasan make-up di pipi Sasha, pipinya tampak merah merona alami sehingga kian memancarkan kombinasi yang indah dengan bibir mungilnya yang diolesi lipstik pink tipis. Riasan wajah Sasha yang sederhana itu justru semakin memunculkan pesona kecantikannya yang alami.
Sasha lalu membuka matanya yang masih tertutup dan Pak Anton semakin terpesona melihat sepasang bola mata indah berwarna biru cemerlang dari lensa kontak yang dipasangkan di mata Sasha.

“Silahkan mencium pengantin anda, Pak!” ujar penghulu itu sambil tersenyum. “Cium! Cium!” Terdengar pula seruan-seruan dari para hadirin yang mengikuti prosesi pernikahan itu dari tadi.

Sasha melihat wajah Pak Anton sejenak dan tersenyum manis. Matanya kembali ditutup dan bibirnya dibuka sedikit. Pak Anton pun segera merangkul pinggang Sasha dan mendekatkan wajah Sasha sebelum akhirnya sebuah ciuman didaratkannya di bibir mungil sang pengantin wanita disertai dengan tepuk tangan meriah dan sorakan yang riuh dari para undangan.

Pesta pun dimulai hingga malam harinya. Para undangan ikut memberi komentar tentang kecantikan Sasha dan betapa beruntungnya Pak Anton yang bisa memperistri seorang wanita secantik itu. Banyak rekan Pak Anton yang mengucapkan selamat dan beberapa diantaranya menghadiahkan berbagai kado untuk Pak Anton. Sasha hanya terduduk di singgasana pengantinnya sambil berusaha untuk bersikap ramah pada para undangan itu, walaupun sebenarnya ia amat kebingungan dan merasa asing karena tidak ada seorangpun yang ia kenal hadir di pesta itu.

Akhirnya pesta itu usai, semua undangan dan pelayan pun sudah pulang sehingga dirumah itu kini hanya ada Pak Anton, Sasha dan Alyssa. Alyssa sudah tertidur di kamar Pak Anton dan Sasha.
Sementara itu, Pak Anton dan Sasha yang masih berbusana pengantin sedang berduaan di balkon kamar itu sambil menikmati pemandangan malam yang romantis. Sambil menatap panorama alam yang indah itu, Sasha juga mengutarakan perasaannya sekarang tentang Aldy pada Pak Anton, sehingga Pak Anton semakin bahagia mengetahui kalau Sasha dengan tulus menerima kawin kontrak itu dan tidak ada bayangan Aldy yang mengusik hati Sasha saat ini.
Pak Anton memeluk tubuh Sasha dari belakang sambil meresapi aroma wangi yang terpancar dari tubuh pengantinnya itu dan mengelus-elus gaun satin Sasha. Sasha sendiri hanya menyandarkan kepalanya ke dada Pak Anton sambil menatap langit, sehingga jenjang lehernya yang indah terpampang jelas dihadapan Pak Anton.

Walaupun tampak santai, namun Pak Anton sudah tidak sabar membendung gejolak birahinya yang ditekannya dari tadi. Apalagi sekarang Sasha sudah sah menjadi istrinya lewat kawin kontrak. Tentu saja ia amat bodoh apabila menyia-nyiakan kesempatan ini! Tapi, Sasha tampak mesra didalam pelukannya dan Pak Anton pun tidak mau membuat Sasha marah dengan menyuruh Sasha melayaninya tiba-tiba. Bisa-bisa ia dianggap memperkosa Sasha, padahal Pak Anton mau menyuburkan benih-benih rasa cinta yang dengan susah-payah berhasil ditanamnya didalam hati Sasha lewat pemberian berbagai perhiasan yang mahal untuk Sasha. Pak Anton terus memutar otaknya untuk mencari cara yang tepat agar Sasha bisa melayaninya sepenuh hati. Tiba-tiba, Pak Anton menemukan sebuah ide bagus.

“Sasha, kamu haus?” tanya Pak Anton dengan nada penuh perhatian.
“Sedikit…” jawab Sasha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
“Sebentar ya, kamu duduk saja dulu. Saya punya minuman yang spesial untukmu.” Ujar Pak Anton sambil masuk kedalam villa. Meninggalkan Sasha yang terduduk sendiri di balkon kamar villa itu. Sasha kembali terhanyut dalam lamunan saat melihat panorama indah dari balkon itu.

Pak Anton lalu memutar lagu sehingga sayup-sayup terdengar alunan lagu romantis dari dalam villa itu. Mendengar melodi lagu-lagu cinta itu, Sasha pun segera ikut bernyanyi mengikuti irama lagu itu, sehingga suara merdunya terdengar jelas hingga kedalam villa dari balkon tempatnya terduduk. Pak Anton semakin kagum dengan Sasha yang rupanya memiliki suara yang amat merdu.

Pak Anton berhasil menemukan sebotol red wine yang sengaja dibelinya untuk acara itu. namun ia tidak buru-buru menghidangkannya untuk Sasha. Dibiarkannya Sasha bernyanyi sepuas hati dulu. Setelah beberapa menit berlalu dan suara Sasha mulai terdengar pelan karena haus, Pak Anton segera beraksi. Diolesinya pinggiran gelas Sasha dengan obat perangsang cair dan dua butir pil perangsang lainnya dicampurkan kedalam wine itu.

“Bagaimana? Sudah selesai konsernya?” tanya Pak Anton sambil tersenyum saat memasuki balkon itu. “Suara kamu merdu sekali! Sudah pernah ke dapur rekaman?” goda Pak Anton sehingga Sasha tampak tersipu-sipu malu. Pak Anton menuangkan wine ke sepasang gelas yang diletakkan diatas meja.
“Kamu haus kan? Nah, ini dia! Pasti enak!” kata Pak Anton sambil menyodorkan segelas wine ke Sasha.
“Eh? Ini… ini wine ya, Pak?” tanya Sasha dengan nada ragu-ragu.
“Iyalah! Ini khusus saya beli untuk kamu! Memangnya kenapa?”
“Mmm… Saya… tidak tahan dengan alkohol Pak…” jawab Sasha murung.
“Aah, sudahlah! Coba saja dulu, enak kok! Kamu haus kan?” ujar Pak Anton sambil mereguk segelas wine di tangannya. Sasha hanya terdiam ragu-ragu sambil mengamati wine yang masih tersimpan di gelasnya, warna ungu kemerahan berkilau dan aroma anggur yang pekat tercium dari wine itu. Sasha merasa agak pusing saat menghirup aroma wine itu. Sasha memang benar-benar lemah dengan alkohol sejak kecil dan gampang mabuk, bahkan saat mencicipi sedikit minuman beralkohol.

“Lho, kok bingung? Ayo dicoba dulu, kan cuma sedikit! Kalau kamu tidak suka, saya tidak akan memberimu wine lagi.” bujuk Pak Anton.

Sasha agak ragu, namun akhirnya diminumnya juga wine itu. Rasa manis anggur dan sensasi melayang sejenak terasa di kepalanya. Baru kali ini Sasha merasakan kepalanya berputar seperti itu. Anehnya lagi, sekujur tubuh Sasha mulai terasa panas dan jantungnya secara perlahan mulai berdegup dengan kencang.
“Bagaimana, enak tidak?”
“Eeh? Rasanya aneeh…” jawab Sasha yang kebingungan dengan reaksi tubuhnya.
“Ah masa? Ayo coba lagi!” kata Pak Anton sambil menuangkan wine itu ke gelas Sasha sekali lagi. Tanpa sadar, Sasha kembali mereguk wine itu dan sekali lagi kepalanya terasa berputar. Lama kelamaan, tanpa sadar Sasha sudah meminum 5 gelas wine itu. Sudah pasti, bagi wanita yang lemah dengan alkohol, 5 gelas red wine sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mabuk berat. Wajah Sasha sudah merah merona akibat mabuk dan badannya juga terasa amat panas, seperti ada api yang berkobar didalam tubuhnya. Nafas Sasha mulai terdengar tersengal-sengal mengiringi detak jantungnya yang amat kencang. Namun, hal yang paling aneh yang dirasakan oleh Sasha di tubuhnya adalah vaginanya yang mulai berdenyut-denyut dengan kencang dan gejolak birahinya yang terbangkitkan mendadak seiring dengan denyutan di vaginanya.

“Ooh… Paak… Ini… wine apaan siih? Kook badan Sashaa… rasanya aneeh?” tanya Sasha setengah meracau akibat mabuk. Pak Anton hanya tersenyum saat melihat rencananya berjalan dengan amat lancar.
“Ah, ini wine dari Prancis. Bagaimana rasanya? Enak tidak?”
“Eemm… Enak siih… tapii badan Sasha kok beginii?” Sasha yang kebingungan mulai berdiri sambil memegang kursi untuk menjaga keseimbangannya.
“Memangnya kenapa?” tanya Pak Anton dengan mata berbinar.
“Badan Sasha rasanya panaas bangeet… Lalu kenapa vaginanya Sasha jadi begini siih?” ujar Sasha sambil mengangkat rok gaun dan petticoatnya tinggi-tinggi tanpa sadar karena mabuk, sehingga celana dalamnya dipamerkan dengan amat jelas dihadapan mata Pak Anton.
Tentu saja mata Pak Anton membelalak saat melihat celana dalam Sasha mulai basah akibat cairan cintanya yang mulai meluber keluar dari vaginanya akibat pengaruh obat perangsang itu, bahkan cairan cinta Sasha tampak sedikit mengalir turun dari paha mulusnya dan terserap sebagian di stocking jaring Sasha. Pak Anton tidak menyangka kalau Sasha rupanya adalah tipe wanita yang amat gampang terangsang.

“Wah, kok begini ya? Bapak juga rasanya aneh nih!” ujar Pak Anton pura-pura bodoh sambil segera melepaskan celananya dan celana dalamnya sehingga penisnya yang memang sedari tadi sudah bertahan mati-matian segera berdiri tegak mengacung ke hadapan Sasha. Sesaat mata Sasha tampak berbinar melihat penis besar milik Pak Anton yang siap untuk memuaskan nafsu birahinya.

Pak Anton lalu mendekat ke arah Sasha, sehingga kini mereka saling berhadapan. Pak Anton lalu meraih dagu Sasha dan mendongakkan wajah Sasha kearah wajahnya. Mata Sasha yang tampak sayu akibat rangsangan obat itu, hembusan nafas Sasha yang tersengal dari mulutnya yang sedikit membuka dan aroma wine bercampur wangi mawar dari tubuh Sasha semakin menggoda nafsu Pak Anton. Pak Anton semakin gemas dengan Sasha dan tidak sabar lagi untuk dilayani oleh pengantin wanitanya itu.

Tanpa ditunggu lebih lama lagi, diraihnya pinggang Sasha dan segera dilumatnya bibir Sasha tanpa ampun. Kedua tangan Sasha terjepit dalam pelukan Pak Anton sementara bibirnya yang lembut menjadi sasaran kuluman dan hisapan Pak Anton, seolah bibir mereka direkatkan oleh lem. Pak Anton juga memasukkan lidahnya menjejali rongga mulut Sasha sambil menjilat-jilat seluruh bagian dalam mulut Sasha. Rasa manis wine yang masih melekat dalam mulut Sasha semakin memberi rasa tersendiri bagi Pak Anton, bagai menghisap madu dari mulut sang bidadari dambaan hatinya itu.

Pak Anton lalu berlutut dihadapan Sasha, sehingga Sasha kini dalam posisi berdiri membungkuk dihadapan Pak Anton dengan bibirnya yang masih menempel dengan bibir Pak Anton. Pak Anton lalu melepaskan bibir Sasha sejenak.
“Sha, ayo buka mulutmu!” pinta Pak Anton. Sasha segera membuka mulutnya dengan lebar sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian, liur Sasha pun meluber dari mulutnya. Pak Anton segera membuka mulutnya lebar-lebar dan mereguk ludah manis yang tertuang turun dari mulut Sasha.

Setelah puas meminum madu dari bibir pengantinnya itu, Pak Anton kembali berdiri dan mendorong tubuh Sasha sehingga Sasha jatuh terduduk di kursi balkon itu. Pak Anton berdiri dengan gagah dihadapan Sasha yang terduduk di kursi itu, dimajukannya pinggangnya kedepan sehingga penisnya mengacung tepat dihadapan wajah Sasha. Wajah Sasha tampak penasaran dengan penis Pak Anton itu.

“Ayo, jangan malu-malu! Kamu mau ini kan?” ejek Pak Anton. Sasha yang mabuk berat hanya mengangguk dan segera meraih batang penis Pak Anton.
“Besar… lebih besar dari Aldy… Aku suka deh…” gumam Sasha tanpa sadar sehingga Pak Anton terkekeh-kekeh bangga.

Sasha mulai beraksi, jari-jari lentiknya segera mengocok penis Pak Anton maju-mundur dengan lembut. Rasa sentuhan halus dan lembut dari kain satin sarung tangan Sasha memberi rasa nyaman tersendiri bagi Pak Anton. Sasha membuka mulutnya dan menjilati ujung penis Pak Anton dengan lidahnya. Sesekali juga penis itu dimasukkan sebagian kedalam mulutnya dan diemutnya penis itu seperti mengemut lolipop.

“Ooh… luar biasaa…” seloroh Pak Anton yang tampak menikmati isapan Sasha itu. Sasha terus menggerakkan kepalanya maju mundur untuk menyambut penis Pak Anton sementara jari-jarinya masih sibuk mengocok penis yang sudah ereksi sepenuhnya itu sehingga penis Pak Anton tampak berkilat akibat pantulan ludah Sasha yang terkena cahaya lampu.

Pak Anton tidak mau terhanyut lama-lama dalam sensasi oral mulut Sasha. Ia masih mau merasakan kenikmatan tubuh Sasha seluruhnya. Pak Anton segera melepas penisnya itu dari kuluman Sasha. Ia lalu mendirikan tubuh Sasha, menyuruh Sasha untuk kembali mengangkat rok gaunnya dan melebarkan paha Sasha sehingga selangkangan Sasha terpamer jelas dihadapannya.
“Kyah!” Sasha menjerit terkejut saat jari-jari Pak Anton menelusup kedalam celana dalamnya dan mulai bergerak-gerak pelan disekitar vagina Sasha. Pak Anton lalu menghimpitkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang digunakannya untuk membuka bibir vagina Sasha sambil mengorek liang vagina Sasha sehingga Sasha melenguh-lenguh kenikmatan.

“Mmm… Haah… Ooh… Aach…” desah Sasha saat vaginanya dipermainkan dengan jari Pak Anton. Pinggang Sasha meliuk-liuk erotis merasakan rasa nikmat di vaginanya. Pak Anton mendorong kedua paha Sasha sehingga Sasha tersandar di pagar balkon kamarnya. Pak Anton yang tidak dapat melihat vagina Sasha yang masih tertutup hiasan renda putih celana dalamnya, meliuk-liukkan jarinya didalam vagina Sasha untuk mencari klitoris Sasha yang masih tersembunyi didalam celah vaginanya. Akibatnya, Sasha semakin tenggelam dalam kenikmatan seksualnya saat vaginanya “digeledah” oleh jari Pak Anton.

“Hyah!” Sasha menjerit saat klitorisnya bersentuhan dengan kuku telunjuk Pak Anton. Pak Anton tersenyum saat menemukan apa yang dicarinya sejak tadi. Dipencetnya klitoris Sasha dengan kedua jarinya itu dan ditarik-tariknya sedikit klitoris Sasha itu.
“Awwh… awww… ahhh… ooh…” Sasha semakin meracau penuh kenikmatan akibat permainan jari Pak Anton di klitorisnya itu. Vaginanya semakin becek dan kini celana dalamnya benar-benar basah dengan cairan cintanya yang terus meluber hingga membasahi pahanya.

“Gimana, Sha? Enak tidak?” tanya Pak Anton.
“Enak Paak… ookh…mmm…” gumam Sasha dengan mata sayu setengah terpejam.

“Ayo, kamu nungging di balkon, supaya lebih enak!” kata Pak Anton sambil memutar balik badan Sasha sehingga kini Sasha menghadap keluar dari balkon. Tangan Sasha segera mencengkeram pagar balkon itu dan menopang tubuhnya saat tangan Pak Anton menarik pinggangnya ke belakang.

Pak Anton langsung menyibakkan rok gaun Sasha sehingga kini celana dalam Sasha terpampang jelas dihadapan Pak Anton. Pak Anton lalu berlutut dibelakang pantat Sasha yang menungging. Tanpa menunggu lama, celana dalam Sasha dilorotkan hingga terlepas dari selangkangan Sasha. Kini pantat Sasha terpampang jelas dihadapan wajah Pak Anton.

“Nnghhh…” Sasha menggeliat pelan saat telapak tangan Pak Anton menjamah vaginanya. PLEK, PLEK!! Terdengar suara becek saat Pak Anton menepuk-nepuk permukaan vagina Sasha. Sasha yang mabuk dan terpengaruh obat perangsang sudah kehilangan kesadaran untuk berpikir. Mulutnya hanya mengeluarkan desahan-desahan yang semakin menggoda Pak Anton.

“AACH!” Sasha menjerit saat jari tengah Pak Anton menusuk lubang pipisnya. Walaupun sudah tidak perawan lagi, namun penetrasi mendadak jari Pak Anton tetap saja sedikit menyakiti Sasha. Jari Pak Anton dengan gampangnya terbenam didalam vagina Sasha karena liang vagina Sasha yang sudah amat becek akibat terangsang berat. Sejenak Pak Anton mendiamkan Sasha sebelum kembali membuka lebar bibir vagina Sasha dengan tangannya yang lain.
“Ahaakh… Awwh…” Sasha merintih saat merasakan jari telunjuk Pak Anton kini juga ikut memasuki vaginanya. Setelah memastikan bahwa kedua jarinya itu sudah masuk sepenuhnya kedalam vagina Sasha, Pak Anton segera menggerakkan kedua jarinya maju mundur dengan cepat sehingga Sasha menjerit-jerit penuh kenikmatan. Tidak ketinggalan, Pak Anton juga menggunakan jari telunjuknya yang lain untuk mempermainkan klitoris Sasha.

“Kya! Haah! Akh! Aww… aww…” jerit Sasha saat merasakan gerakan cepat dari kedua jari Pak Anton yang memberinya sensasi kenikmatan yang luar biasa dalam vaginanya. Denyutan vagina Sasha juga bisa dirasakan dengan jelas oleh Pak Anton lewat jarinya.

Sasha benar-benar sudah tidak mampu lagi menahan gejolak birahi dalam tubuhnya. Pengaruh obat perangsang itu juga begitu hebat karena setiap kali vaginanya ditusuk oleh jari-jari Pak Anton, ada sensasi rasa nyaman yang sedikit memberi kelegaan yang memancar dari vagina Sasha kesetiap simpul sarafnya. Apalagi dengan kiltorisnya yang digesek-gesek oleh jari Pak Anton semakin membuatnya menggeliat liar.

Tiba-tiba, Sasha dan Pak Anton melihat cahaya lampu menyala di teras villa tetangga yang berjarak sekitar 50 meter dari villa Pak Anton. Pak Anton segera menghentikan aksinya sejenak, sehingga Sasha langsung ambruk kelelahan di pagar balkon villanya.
“Ahh…” Sasha terengah-engah kelelahan sambil berusaha menghirup udara segar untuk mengistirahatkan sendi tubuhnya.
Seorang laki-laki paruh baya lalu keluar ke teras villa itu sambil membawa koran sore hari; ia segera duduk di sofa teras villanya, memasang earphone di telinganya untuk mendengarkan musik sambil membaca koran itu. Mungkin karena ia sangat berkonsentrasi membaca koran itu, ia tidak menyadari kalau Sasha sedang dipermainkan oleh Pak Anton tepat di sebelahnya. Padahal apabila ia menoleh kekiri, sudah tentu ia bisa melihat dengan jelas pemandangan Sasha yang sedang menungging kelelahan dengan tangan-tangan Pak Anton yang masih melekat di vagina Sasha.

Pak Anton kembali mendapatkan ide licik. Mendadak tangannya kembali bergerak mengocok vagina Sasha tanpa aba-aba.
“Hymphh!” Sasha yang hendak menjerit segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya sehingga suara jeritannya teredam. Walaupun mabuk berat, setidaknya Sasha masih bisa mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menjerit-jerit dihadapan Pak Halim, tetangga Pak Anton itu. Sarung tangan satin Sasha tampak cukup efektif untuk meredam suaranya. Pak Anton terkekeh-kekeh berusaha menahan tawa saat melihat Sasha menutup mulutnya.

“Lho? Kenapa kamu tutup mulut? Ayo dong, nyanyi lagi seperti barusan! Supaya didengar Pak Halim!” ejek Pak Anton lewat bisikan di telinga Sasha sambil mempercepat gerakan jarinya sehingga Sasha makin kewalahan menahan suaranya.

“Hhrmphh… mmmphh!! Mph!!” Suara-suara tertahan kian bergema didalam mulut Sasha. Walaupun tangannya kian erat menutupi mulutnya, namun Sasha tidak mampu untuk menahan suaranya lebih lama lagi, apalagi saat merasakan orgasmenya kian mendekat. Suara-suara jeritan Sasha sesekali terdengar saat ada celah di jari-jari Sasha. Namun suara itu juga tidak begitu jelas terdengar. Andaikata Pak Halim tidak ada disitu, Sasha sudah pasti menjerit-jerit dengan keras karena kenikmatan di vaginanya itu.

Pak Anton terus berusaha untuk membuat Sasha takluk dan menjerit untuk mempermalukan Sasha, namun tetap saja Sasha bersikeras untuk menutup mulutnya. Anehnya, suasana tegang karena takut ketahuan justru memberikan dorongan seksual tersendiri bagi Sasha.

“HMPP…PPF!! MMM!!!” Dengan diiringi lenguhan tertahan yang keras, mata Sasha membelalak, seluruh otot tubuhnya menegang dan punggungnya melengkung keatas. Pak Anton terkejut saat jarinya tiba-tiba terasa terjepit oleh dinding-dinding vagina Sasha sebelum dibasahi oleh hangatnya cairan cinta Sasha yang mengucur dengan deras dari vagina Sasha. Rupanya Sasha berhasil mencapai orgasmenya sekali lagi. Sasha menyandarkan kepalanya ke pagar balkon villa itu untuk beristirahat. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan.

“Wah, hebat juga orgasmenya! Ayo, kita lanjut ke ronde dua!” Dengan penuh semangat, Pak Anton melucuti seluruh celananya sehingga penisnya yang besar langsung mengacung tegak dihadapan vagina Sasha yang masih tertungging lemas di pagar balkon. Diolesinya penisnya dengan cairan cinta Sasha yang masih tersisa di telapak tangannya sambil sesekali mengurut penisnya, Pak Anton sesekali juga mencolek-colek vagina Sasha untuk mengambil cairan cinta Sasha untuk kemudian dipergunakannya cairan itu sebagai pelumas penisnya. Setelah beberapa lama, penis Pak Anton pun kembali berkilauan akibat olesan dari cairan cinta Sasha. Pak Anton segera merangkul pinggang Sasha sambil memposisikan kepala penisnya dibibir vagina Sasha.

“Ookh… Oohh!” tanpa sadar Sasha lupa untuk menutup mulutnya dengan tangan sehingga terdengarlah suara lenguhannya saat penis besar Pak Anton memasuki vaginanya. Pak Anton terdiam sejenak karena sadar bahwa suara itu bisa saja terdengar oleh Pak Halim. Namun anehnya, Pak Halim masih sibuk membaca korannya dengan wajahnya yang tertutup lembar-lembar koran itu. Sepertinya earphone di telinganya disetel dengan volume yang tinggi sehingga ia sulit mendengar suara disekitarnya.
Belum puas mengerjai Sasha, Pak Anton menarik pinggang Sasha kearah kanan plafon itu sehingga kini posisi Sasha menungging tepat didepan balkon Pak Halim. Seolah hendak memamerkan caranya menggagahi pengantinnya itu kepada Pak Halim.

“Eeghmmm…” desah Sasha sambil sedikit menutup mulutnya kembali saat Pak Anton memajukan pantatnya perlahan sehingga penisnya semakin terbenam didalam lubang pipis Sasha.
Sasha tidak merasa begitu sakit lagi karena lubang vaginanya terbuka lebih lebar sedikit akibat dionani dengan dua jari Pak Anton sebelumnya. Malah Sasha merasa nikmat sekali dengan sensasi gesekan antara dinding vaginanya dengan penis besar milik Pak Anton. Rasa sesak akibat diameter penis Pak Anton yang memenuhi rongga vagina Sasha juga memberi sensasi tersendiri yang merangsang syaraf-syaraf vagina Sasha.

“Hmmm…” Sasha mendesah pelan dengan mulut tertutup saat Pak Anton perlahan-lahan menarik keluar penisnya dari vagina Sasha hingga hanya tersisa pangkal penisnya yang masih terbenam dalam vagina Sasha. Rasa gesekan di klitoris Sasha yang tergesek saat penis itu ditarik mundur memberi sensasi rasa geli yang menggelitik tiap syaraf di vagina Sasha.
“MMMPH!” Sasha menjerit saat tiba- tiba Pak Anton menghentakkan pinggangnya maju kedepan sehingga penisnya langsung tertancap membenam hingga kedasar liang vagina Sasha.

Pak Anton lalu mencengkeram pinggang Sasha dan menggoyangkannya pelan-pelan sehingga penisnya mengaduk-aduk kemaluan Sasha. Pak Anton juga kembali memijat pinggang Sasha seperti sebelumnya sehingga Sasha semakin kewalahan akibat tambahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya.

“Mmm… mmm… mmm…” Sasha hanya menggoyang-goyangkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya itu sementara kedua tangannya masih sibuk menutupi mulutnya dengan erat. Pak Anton membiarkan Sasha terbiasa dengan sensasi akibat goyangan pinggangnya selama beberapa menit sebelum ia tiba-tiba melepaskan pinggang Sasha.
“Hmm?” Sasha terkejut sesaat. Sasha segera menoleh kebelakang melihat Pak Anton dengan raut wajah kecewa karena kenikmatannya terhenti.
“Ayo, giliran kamu yang goyang!” perintah Pak Anton. Tanpa ragu lagi, Sasha segera menggoyangkan pantatnya untuk mempermainkan penis Pak Anton dengan vaginanya. Pantat Sasha bergoyang naik-turun menarik keluar sebagian penis Pak Anton sebelum Sasha menghentakkan pantatnya mundur tiba-tiba sehingga penis Pak Anton langsung terbenam dengan cepat kedalam vaginanya.

“Huaah… aagh… egh…” Pak Anton mendesah penuh kenikmatan saat merasakan rasa hangat dan lembut dalam vagina Sasha yang terus memainkan penisnya dengan goyangan-goyangan erotis pantatnya. Pak Anton terus meresapi kenikmatan dalam rongga vagina pengantin cantiknya itu. Betapa bangganya Pak Anton saat mengingat kesuksesannya untuk mendapatkan layanan khusus dari liang vagina Sasha yang begitu banyak diincar oleh para lelaki di kantor mereka.

Lama kelamaan, Pak Anton merasa bosan dengan goyangan Sasha walaupun penisnya terasa cukup nikmat. Pak Anton sudah cukup bersabar dengan goyangan Sasha dari tadi untuk menarik perhatian Pak Halim yang dari tadi masih saja menempelkan matanya di koran. Harapannya untuk mempermalukan Sasha dengan cara mempertontonkan adegan dimana Sasha yang masih berbusana pengantin sedang memompa penisnya maju mundur kepada Pak Halim mulai sirna.

“Sialan si Halim itu! Padahal ada pemandangan bagus begini, malah koran yang dilihatnya! Dasar kutu buku tolol! Buta apa?!” umpat Pak Anton dalam hati.

Pak Anton yang sudah tidak sabar lagi segera mencengkeram pinggang Sasha dan menghentakkan pinggangnya dengan keras kedalam vagina Sasha.
“AAH!” Sasha menjerit keras. Karena dilakukan secara mendadak, Sasha yang terkejut tanpa sadar melepaskan tangannya sehingga suara jeritannya meledak. Pak Anton yang kesal terus menghentak-hentakkan penisnya didalam vagina Sasha. Sasha tahu tangannya kini tidak akan cukup lagi untuk mehanan suaranya, sehingga Sasha tidak punya pilihan lain selain menyumpal mulutnya dengan kain slayer yang tersibak kewajahnya dan menggigit kain itu sekeras mungkin untuk menahan jeritan histerisnya yang siap untuk meledak kapan saja.

Selama 5 menit, Pak Anton memompa penisnya keluar masuk dari vagina Sasha. Suara yang keluar dari mulut Sasha sudah tidak jelas sama sekali apakah itu suara desahan, jeritan atau erangan. Sasha benar-benar merasa tersiksa karena jeritannya tertahan dan rasa sakit di tenggorokannya akibat suaranya diredam paksa.

“Hrggh… Eerghh…” Pak Anton tidak bisa lagi berlama-lama menahan dirinya. Dengan diiringi sebuah hentakan keras kedalam vagina Sasha, Pak Anton pun menggeram keras dan menyemburlah sperma Pak Anton kedalam vagina Sasha.

“Hmm… phh??” Sasha terkejut sejenak saat merasakan sperma Pak Anton menyemprot hingga kedasar vaginanya. Pak Anton membiarkan penisnya tertancap kedalam vagina Sasha sejenak untuk mengeluarkan seluruh spermanya itu. Saat penis itu tercabut dari vagina Sasha, tampak lelehan putih sperma Pak Anton ikut keluar dari celah-celah vagina Sasha yang masih menungging itu.

Pak Anton tersenyum puas dan dibelainya tubuh Sasha. Namun tiba-tiba ia merasakan tubuh Sasha bergetar pelan seperti menggigil ssat membelai Sasha. Pak Anton dengan perasaan cemas segera melihat keadaan Sasha. Betapa terkejutnya Pak Anton saat melihat wajah Sasha yang sudah berlinangan air mata sedang menangis sesunggukan dengan slayer yang masih tersumpal didalam mulutnya. Entah bagaimana, hati Pak Anton terasa sakit dan kasihan melihat Sasha yang tampak tersiksa itu. Bagaimanapun juga ia menikahi Sasha atas dasar rasa cintanya pada wanita itu sejak dulu dan mungkin perbuatannya untuk balas dendam dengan mempermalukan Sasha sudah kelewatan sehingga malah menyakiti wanita yang dicintainya itu.

Pak Anton segera mengusap airmata dari wajah Sasha dan merangkulnya dari belakang. Dilepasnya slayer yang masih digigit oleh Sasha dengan pelan. Pak Anton bisa merasakan getaran tubuh Sasha dan juga peluh yang membasahi sekujur tubuh wanita malang itu.
“Sha, maaf ya… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pak Anton dengan penuh kekhawatiran. Sasha yang masih sesunggukan hanya mengangguk pelan. Tanpa menghiraukan Pak Halim lagi, Pak Anton segera membimbing Sasha masuk ke dalam kamar mereka. Slayer, tiara dan kontak lens Sasha dilepas, Pak Anton lalu membaringkan Sasha di ranjang mereka tepat disamping Alyssa dan melepas sepatu Sasha.

“Kamu capek kan? Ayo tidur dulu ya.” Pak Anton segera menyelimuti tubuh Sasha dengan selimut dan membaringkan tubuhnya disamping Sasha. Sejenak Pak Anton merenungi kejadian hari itu dan apa yang telah dilakukannya dengan Sasha. Ekspresi puas tampak menghiasi wajahnya, walaupun ia juga agak menyesali perlakuannya pada Sasha barusan. Perlakuannya memang kelewatan. Bagaimanapun juga Sasha pasti punya harga dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Pak Anton lalu memutuskan untuk kembali minta maaf.

“Eh, Sha…” Saat Pak Anton menoleh kewajah Sasha untuk meminta maaf sekali lagi, Rupanya Sasha sudah tertidur lelap kelelahan. Wajah tidurnya tampak menawan bagaikan wajah malaikat, apalagi dengan gaun putihnya dan riasan pengantin di wajahnya yang semakin memperkuat kesan “angelic” dari tubuhnya. Pak Anton hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya ikut tertidur sambil memeluk tubuh lembut Sasha.

Esok paginya, Pak Anton mendadak terbangun saat merasakan sensasi rasa hangat dan sesuatu yang lembut sedang mempermainkan penisnya. Rasanya penisnya seperti dikocok-kocok maju-mundur oleh sesuatu. Sesekali pula pangkal penisnya terasa basah dan geli saat digesek oleh sesuatu yang basah.

Pak Anton membuka matanya sejenak. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Sasha sedang menungging dihadapan selangkangannya sambil mempermainkan penisnya. Jari-jari tangan Sasha yang masih dibalut sarung tangan satinnya mengocok penis Pak Anton dengan lembut sambil sesekali menjilati dan menyentil-nyentil pangkal penis Pak Anton dengan lidahnya.

“Sa… Sasha?” tanya Pak Anton tidak percaya.
“Ooh, Sayaang… Akhirnya bangun juga… Aku sudah menunggu dari tadi, lhoo…” racau Sasha saat melihat Pak Anton terbangun.
“Apa-apaan kamu?!” bentak Pak Anton, namun Sasha tidak menggubris Pak Anton sama sekali. Ia masih saja sibuk memainkan penis Pak Anton dengan tangan dan mulutnya. Mata Sasha tampak sayu dan nafasnya masih saja memburu. Pak Anton akhirnya tahu kalau Sasha masih belum sadar dari mabuknya dan sudah tentu pengaruh dari obat perangsang itu. Namun Pak Anton heran, bagaimana mungkin Sasha bisa kembali bergairah seperti itu setelah sekian lama meminum wine itu. Normalnya, efek wine itu tentunya sudah hilang dari tadi.

“Mmm… enaakh… lebih enak dari Aldy… Besaar…” seloroh Sasha sambil mengelus-elus penis Pak Anton dan menjilatnya dengan pelan.
“Hooh… Hwooh…” Pak Anton mendesah nikmat saat tiba-tiba bibir Sasha menghisap-hisap penisnya.
“Mmm… hmm…” terdengar gumaman Sasha yang masih menghisap penis Pak Anton. Lidah Sasha ikut membelai-belai pangkal penis Pak Anton sehingga Pak Anton merasa lubang kencingnya seolah ditusuk-tusuk oleh jarum.

“Aah… enaak… Eh? Hentikan Sasha!” tiba-tiba Pak Anton tersadar dari buaian kenikmatannya itu. digesernya kepala Sasha sehingga kuluman Sasha terlepas dari penisnya.
“Apaa siih?” gerutu Sasha kesal.
“Siapa yang suruh kamu oral seks sekarang?! Ini masih pagi tahu!”
“Soalnya kamu curaang! Aku masih belum memberimu hadiah pernikahan kaan?!!” jawab Sasha dengan wajah merengut.
“Hadiah apa?!” tanya Pak Anton heran.

Sasha tidak menghiraukan pertanyaan Pak Anton. Ia segera melompat dan menangkap penis Pak Anton dengan kedua belah tangannya.

“Naah, ketangkap deeh! Dasar nakaal!” ujar Sasha seperti anak kecil. Sasha segera mengulum penis Pak Anton kembali. Suara jilatan dan hisapan Sasha kembali bergema di kamar itu. Kini giliran Pak Anton yang kewalahan menghadapi Sasha. Rasa nikmat yang menjalari penisnya semakin menjadi. Liur Sasha sudah menetes-netes dipinggir bibirnya, namun Sasha masih saja bersemangat dalam menghisap penis Pak Anton.

“Sashaa! Sudaah! Hadiah apa yang kamu mau?!” kembali Pak Anton bertanya dengan kewalahan. Sasha pun akhirnya menghentikan kulumannya itu dan menatap wajah Pak Anton dengan sayu.
“Aku… mau memberimu keperawananku…” jawab Sasha pelan.
“Keperawanan? Bukannya kamu sudah tidak perawan dari tadi?” tanya Pak Anton bingung dengan dahi yang mengrenyit. Bukannya Sasha sudah tidak perawan sejak sebelum ia dinikahi tadi? Bukankah Aldy yang sudah memetik keperawanan Sasha sebelumnya? Pikir Pak Anton.

“Aah! Mas Anton bodoh deeh!!” Sasha kembali merengut. Kini Sasha membalikkan tubuhnya, mengangkat rok gaunnya dan menungging dihadapan Pak Anton sambil menguakkan bongkahan pantatnya sendiri sehingga lubang pantat Sasha tampak merekah dihadapan wajah Pak Anton. Pantat Sasha tampak mengkilat ditimpa cahaya mentari pagi yang menerobos kedalam kamar mereka.
“Ini… pantatku masih perawan kook!” ujar Sasha manja.
“Ayo doong! Ini hadiah dariku lhoo! Aku memang berencana untuk memberi keperawanan pantatku untuk Mas Anton dari kemarin!” goda Sasha seperti pelacur sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang montok itu, sehingga Pak Anton kini kembali menelan ludah. Siapa yang bisa menolak godaan seorang pengantin wanita secantik Sasha? Apalagi tawaran sukarela untuk mencicipi lubang pantat Sasha tidak datang setiap hari.

Pemandangan yang disajikan Sasha dihadapan Pak Anton segera membangkitkan kembali gairah seksual Pak Anton. Pak Anton segera beranjak bangun dari ranjangnya.
“Yaah… kok pergi siih?!” ujar Sasha yang masih menungging dengan nada kecewa.
“Sebentar sayang, aku mau minum dulu.” Jawab Pak Anton sambil mencari-cari wine yang tadi ditaruhnya diatas meja balkon itu supaya gairah seksualnya ikut bangkit untuk mengimbangi Sasha.
Pak Anton amat terkejut melihat wine yang tadinya masih penuh sekitar ¾ bagian, sekarang jumlahnya kurang dari setengah botol. Pak Anton melirik Sasha sejenak, dilihatnya wajah Sasha yang tampak dilanda nafsunya itu. Bahkan kini jari-jari lentik Sasha mulai mempermainkan liang vaginanya sendiri sambil mendesah-desah erotis.

“Eh Sha, kamu tadi minum wineku ya?” tanya Pak Anton curiga.
“Iyaah… memangnya kenapaa? Soalnya nggak ada air putihh… Winenya enakk… hhh… tadi kuminum 10 gelas… mmh… soalnya gelasnya kecil… siih…” desah Sasha.
Pantas saja! gerutu Pak Anton dalam hati. Akhirnya Pak Anton tahu penyebab mengapa Sasha bisa semabuk dan bergairah seperti itu. Wajar saja, semalam mereka mereguk sekitar 7 gelas kecil wine itu dan masih tersisa lebih dari setengahnya. Dengan dosis 5 gelas saja sudah cukup untuk membuat Sasha tergila-gila semalam. Apalagi dengan dosis berganda, wajarlah apabila akibatnya bisa sedahsyat itu untuk wanita yang gampang mabuk seperti Sasha.

Pak Anton hanya menggerutu sejenak sebelum meminum beberapa gelas kecil wine itu. Setelah merasa tubuhnya mulai bergairah, Pak Anton segera menghampiri Sasha yang masih sibuk beronani sambil menungging diatas ranjang. Segera Pak Anton memposisikan wajahnya ditunggingan Sasha. Dibenamkannya wajahnya di selangkangan Sasha sambil menjulurkan lidahnya ke vagina Sasha perlahan.

“Hya?!” Sasha kembali menjerit kecil saat lidah Pak Anton menusuk vaginanya. Pak Anton segera mencengkeram pinggang Sasha dan membenamkan wajahnya di selangkangan Sasha. Dihirupnya aroma khas yang terpancar dari vagina Sasha sambil menyeruput cairan cinta Sasha yang menetes deras ikut membasahi sprei ranjang mereka. Hembusan nafas Pak Anton membuat bulu kuduk Sasha berdiri dan desahannya semakin keras saat klitorisnya kembali dipermainkan Pak Anton yang kali ini menyentil klitoris Sasha dengan lidahnya.
“Aah… aaw!!” Desah Sasha menggema diruangan itu. Tubuh Sasha sudah sepenuhnya tidak terkontrol lagi karena takluk oleh nafsu birahinya. Pak Anton pun semakin bersemangat mencicipi vagina Sasha.

“Mommy?” tiba-tiba terdengar suara anak perempuan dari belakang tubuh Sasha dan Pak Anton.
“A… Alyssa?” Sasha terkejut sejenak saat mendengar suara itu. Pak Anton menoleh dan melihat Alyssa yang terbangun sudah terduduk dibelakangnya. Alyssa tampak kebingungan melihat posisi ibunya yang menungging dan wajah Pak Anton yang terbenam di selangkangan ibunya itu. Alyssa lalu berjalan mendekati Sasha, dilihatnya wajah merah padam Sasha yang sayu dan tampak kelelahan. Tentu saja balita seperti Alyssa tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dilakukan oleh Sasha dan Pak Anton.

Pak Anton menghentikan aksinya karena ia tidak mau lagi mengerjai Sasha dengan berlebihan. Bahkan Pak Anton segera menurunkan kembali rok gaun Sasha untuk menutupi selangkangan Sasha.
“Aah! Kok berhenti siih!” gerutu Sasha.
“Sebentar Sha, Alyssa kan sudah bangun. Kita lanjutkan nanti saja!”
“Nggak mauu! Aku maunya sekarang!” tolak Sasha seperti anak kecil.
“Tapi Sha, Alyssa kan…”
“Biarin ajaa… Kalau nggak, nanti aku nggak akan mau main dengan Mas Anton lagi!” ancam Sasha. Mungkin karena mabuk berat dan pengaruh rangsangan di tubuhnya, Sasha tidak peduli lagi dengan kehadiran Alyssa. Ia juga sama sekali tidak cemas kalau Alyssa menonton adegan persetubuhannya nanti. Pak Anton merasa tidak perlu lagi menahan diri karena Sasha sendiri sudah sama sekali tidak peduli dengan harga dirinya. Tanpa menunggu lama, Pak Anton segera menyibakkan kembali rok gaun Sasha dan mencubit klitoris Sasha.

“AW!” Sasha menjerit dihadapan Alyssa, sehingga Alyssa tampak semakin kebingungan.
“Mom…my?” tanya Alyssa bingung dengan polosnya. Ia mengira Sasha kesakitan karena Sasha menjerit keras.
Pak Anton kembali beraksi, kini dijilatinya klitoris Sasha sambil kembali memasukkan jarinya kedalam vagina Sasha dan mulai mengocok liang vagina Sasha kembali.
“Ahh… oohh… Haaah…” kini wajah Sasha tampak memancarkan kelegaan dan kenikmatan dihadapan Alyssa. Pak Anton terus bergantian antara mencubit klitoris Sasha ataupun menyentil-nyentil klitoris Sasha sehingga mimik wajah Sasha ikut berganti-ganti antara menikmati atau kesakitan dihadapan Alyssa. Raut wajah Alyssa semakin bingung melihat mimik muka ibunya itu.

Mata Sasha yang merem melek ditambah dengan bibirnya yang meneteskan air liurnya dan lidahnya yang terus menyapu keluar akibat deraan gelombang kenikmatan yang menguasai tubuhnya kini terpampang jelas dihadapan putrinya sendiri yang tampak kebingungan karena belum pernah melihat raut wajah ibunya seperti itu.
Normalnya, Sasha pasti akan segera menghentikan tontonan yang amat tidak pantas untuk dilihat bagi balita yang polos seperti Alyssa. Namun akibat rangsangan obat yang diminumnya dengan wine itu, sekarang otak Sasha hanya terfokus untuk menggapai kenikmatan seksualnya sendiri tanpa menghiraukan pandangan Alyssa sama sekali. Sensasi kenikmatan di vaginanya benar-benar merasuki tubuh Sasha yang sekarang juga amat sensitif akibat pengaruh obat perangsang itu. Malah Sasha juga merasa semakin terangsang saat persetubuhannya dilihat oleh anaknya sendiri.

“Alyssa, ayo sini ke tempat om!” ujar Pak Anton tersenyum sambil menggendong Alyssa ke pangkuannya. Sehingga kini Sasha memamerkan kewanitaan dan pantatnya dihadapan Pak Anton dan anaknya sendiri. Pak Anton lalu memegang tangan mungil Alyssa dan mengeluarkan jari telunjuk dan jari tengah milik balita mungil itu.

“Nah, ayo… om kasih tahu apa yang paling disuka mamamu!” Ujar Pak Anton sambil membimbing tangan Alyssa kearah vagina Sasha.

“Ugh!” Sasha menjerit saat merasakan vaginanya ditusuk oleh sesuatu yang kecil. Sasha akhirnya menyadari kalau jari-jari mungil Alyssa sudah terbenam kedalam vaginanya.
“Baguus! Alyssa memang pintar! Sekarang, ikutin gerakan tangan om ya!” puji Pak Anton sambil memegang pergelangan tangan Alyssa dan menggerakkannya maju-mundur dengan pelan sehingga jari-jari tangan Alyssa menghunjam vagina ibunya berulangkali.

“Wah! Aach! Aww!” Sasha mendesah-desah saat jari-jari mungil Alyssa mempermainkan vaginanya. Tubuh Sasha tampak terhentak pelan mengiringi hunjaman jari putrinya sendiri di vaginanya. Alyssa yang polos sama sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukannya itu. Alyssa malah tampak senang dan tertawa-tawa saat melihat tubuh ibunya terhentak sambil mendesah nikmat akibat permainan jarinya itu. Ia mengira perbuatannya itu semacam permainan yang menyenangkan. Pak Anton sesekali melepaskan tangan Alyssa dan Alyssa terus saja menggerakkan jarinya maju mundur divagina Sasha.

“Gimana rasanya, Sha? Main dengan Alyssa enak kan?” ejek Pak Anton.
“Ooh.. oh… aah… Alyssaa… ahh… Alyssa… enaak… terus… sayaang…” Racau Sasha penuh kenikmatan. Sasha tidak mempedulikan ejekan Pak Anton lagi. Jari-jari mungil Alyssa yang sesekali bergerak saat menghunjam vaginanya menjelajahi ruang hangat vagina Sasha memberi Sasha reaksi tersendiri yang luar biasa. Apalagi mengingat kalau vaginanya sedang dipermainkan anaknya sendiri, sama sekali tidak membuat Sasha merasa malu, malah Sasha semakin terangsang berat akibat permainan itu.
“WAAAH… HAAH…AAKH!!!” Sasha menjerit sekeras-kerasnya saat seluruh syaraf tubuhnya menegang keras. Tanpa bisa dibendung, cairan cinta Sasha langsung muncrat tanpa ampun kejari-jari Alyssa. Alyssa terdiam sejenak karena kaget mendengar suara jeritan Sasha dan semburan cairan cinta ibunya itu. Kepala Sasha langsung ambruk kembali ke ranjang setelah mendapat orgasme yang luar biasa itu, namun ia masih dalam posisi menungging sehingga bagian atas tubuhnya kini tertumpu pada kedua dada indahnya itu yang kini seperti bantalan yang terjepit diantara tubuhnya dan kasur empuk itu untuk menahan tubuhnya.

“Hehehe… lumayan deh!” Pak Anton terkekeh-kekeh puas setelah berhasil mengerjai Sasha sambil mengacungkan jari-jari Alyssa yang berkilat akibat cairan cinta Sasha dan menjilat-jilati jari Alyssa.
“Bagus sekali, Alyssa! Kamu memang pintar!” kembali Pak Anton memuji Alyssa sambil mengelus kepala anak yang lugu itu. Alyssa hanya tertawa saat Pak Anton membelainya tanpa mengerti kalau ia baru saja diperalat untuk melakukan hal yang amat terkutuk. Alyssa lalu didudukkan disebuah kursi bayi dan dipasangkan ikat pinggang supaya tidak jatuh. Setelah memastikan kalau Alyssa sudah aman, Pak Anton segera kembali menghampiri Sasha yang masih menungging tak berdaya diatas ranjang itu.

“Oke, Sasha! Sekarang giliran saya ya! Saya mau menagih hadiah dari kamu!” pungkas Pak Anton sambil mengangkat sedikit pinggang Sasha. Kali ini diposisikannya pinggang Sasha agar lubang pantat Sasha berada tepat dihadapan penisnya yang mengacung tegak.
“Tenang saja! Saya akan bersikap lebih lembut kali ini, supaya kamu tidak merasa tersiksa lagi.” Janji Pak Anton pada Sasha.
Pak Anton kembali mencolek-colek cairan cinta di vagina Sasha untuk kemudian diusapkannya di lubang pantat Sasha sebagai pelumas. Setelah merasa siap, Pak Anton menguakkan kedua bongkahan pantat Sasha dan menyentuhkan ujung penisnya dilubang pantat Sasha. Pak Anton mulai mendorong maju pinggangnya dengan pelan.

“Heghh…” Sasha merintih kecil saat merasakan lubang pantatnya terbuka sedikit untuk menerima penis Pak Anton.
“AAAAKH!!!” dengan disaksikan oleh Alyssa, Sasha menjerit pilu saat penis Pak Anton yang besar itu menerobos masuk lubang pantatnya hingga penis besar itu terhunjam sepenuhnya kedalam lubang pantat Sasha dan lenyaplah keperawanan anal milik Sasha. Air mata Sasha langsung menetes akibat rasa perih yang tak terkira melanda anusnya.
“Hoaah…” Pak Anton menghentikan sejenak gerakannya untuk meringankan rasa sakit yang melanda Sasha. Sekaligus merasakan sensasi hangat dan lembut didalam lubang pantat Sasha. Jepitan otot pantat Sasha yang begitu erat memberi rasa nikmat bagi Pak Anton, seolah bersetubuh dengan seorang perawan. Ya! Bagi Pak Anton, peribahasa “tak ada rotan, akar pun jadi” amat berarti saat itu. Karena walaupun tidak bisa menikmati keperawanan vagina Sasha, toh tidak ada salahnya bagi Pak Anton untuk mendapatkan keperawanan pantat Sasha yang tak kalah nikmatnya.

“Sasha, kenapa? Sakit ya?” Pak Anton bertanya pada Sasha dengan nada sedikit cemas.
“I… iya… shhh… sebentar ya…” jawab Sasha pelan sambil menghela nafas. Sasha berusaha menghirup udara sejenak dan menyesuaikan dirinya dengan posisi Pak Anton. Rasa sesak dan perih dilubang pantat Sasha pelan-pelan menghilang. Tidak seperti tadi, kali ini Pak Anton berusaha untuk memberi rasa nyaman bagi Sasha. Sementara itu, Alyssa hanya terduduk sambil melihat adegan persetubuhan ibunya itu.

“Bagaimana? Sudah enak?” tanya Pak Anton.
“Mmm… Tapi jangan keras-keras ya…” jawab Sasha sambil menanggukkan kepalanya.
Pak Anton mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan sehingga penisnya tertarik keluar hingga tersisa pangkal penisnya saja sebelum kembali menggerakkan maju penisnya dengan pelan kedalam pantat Sasha. Gerakan pelan itu memang disengaja untuk memberi rasa nyaman bagi Sasha. Saat penis Pak Anton sudah terbenam sebagian besar, Pak Anton segera menghentakkan pinggangnya mendadak sehingga muncul rasa perih yang tiba-tiba menyengat anus Sasha.

“Aw!” jerit Sasha saat pantatnya serasa tertusuk oleh jarum raksasa ketika Pak Anton menghentakkan pinggangnya, menghunjamkan seluruh penisnya kedalam anus Sasha.
“Tahan ya, Sha! Lama-lama juga enak kok!” bujuk Pak Anton. Sasha hanya mengangguk pelan. Pak Anton terus menggerakkan penisnya maju mundur dengan pelan sambil meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot pantat Sasha.
Benar saja, lama kelamaan rasa sakit dan perih di pantat Sasha mulai berganti dengan rasa geli sedikit perih yang nikmat. Syaraf-syaraf anus Sasha mulai terbiasa dengan gerakan penis Pak Anton dan hentakan mendadak dari Pak Anton yang sekarang mengirimkan gelombang kenikmatan tiada taranya kesetiap simpul syaraf Sasha. Suara rintihan Sasha pelan-pelan berganti dengan suara desahan penuh kenikmatan.

“Aagh… awwh… hhh…” Sasha tampak megap-megap merasakan sensasi nikmat yang melanda anusnya. Saat merasa Sasha sudah terbiasa dengan gerakannya, Pak Anton langsung mempercepat gerakan pinggulnya sehingga penis Pak Anton menghunjam keras kedalam anus Sasha. Suara tumbukan antara pinggang Pak Anton dan bongkahan pantat Sasha menggema didalam kamar mereka.
Pak Anton kembali menuangkan wine ke gelasnya sendiri dan menyodorkan gelas itu ke Sasha. Sasha yang kehausan akibat terus menjerit-jerit sejak disetubuhi Pak Anton segera meminum wine itu. Saat melihat wine digelas itu habis, Pak Anton segera menuangkan wine itu lagi untuk diminum Sasha. Sasha terus direcoki dengan wine yang dicampur obat perangsang itu sehingga kini Sasha semakin mabuk dan terhanyut dalam gairah seksualnya.

“Aah… en…naak… ooh…” desah Sasha.
“Enak ya, Sha? Kamu suka?”
“I…yaah… ookh…”
“Sasha, kamu suka yang mana? Di vagina atau pantat kamu?” tanya Pak Anton.
“Aaahh… sama sajaa… dua-duanya enaak…” celoteh Sasha.

“Mas Antoon… Maas… suka yang manaa? Vagina… atau pantatnya Sashaa?” tanya Sasha manja seperti seorang pelacur.
“Hmm… Aku sih lebih suka pantatmu, Sha. Soalnya vagina kamu sudah bekas si Aldy! Lagipula pantat kamu masih rapat seperti perawan, hehehe…” jawab Pak Anton cengengesan.
“Kalau begituu… mulai hari ini… lubang pantatnya Sasha… jadi milik Mas Anton… yaa? Terserah Mas Anton mau bagaimanaa ajaa… Pasti Sasha nurut deeh…”
Hati Pak Anton langsung berbunga-bunga mendengar tawaran Sasha bahwa mulai saat ini pantat Sasha bebas untuk digunakannya sesuka hati.
“Boleh! Boleh! Pokoknya mulai sekarang pantatmu hanya untuk aku saja! Jangan sampai disentuh si Aldy ya!” jawab Pak Anton sesegera mungkin.
“Iyaah… hhh… Maas…” jawab Sasha pelan.

Pak Anton dan Sasha terus bersetubuh dihadapan Alyssa. Alyssa yang tidak mengerti dengan pemandangan dihadapannya hanya diam sambil mengisap-isap jarinya. Sasha sama sekali tidak peduli dengan tatapan Alyssa, mulutnya sibuk mendesah sambil meresapi rasa nikmat di anusnya. Sesekali Pak Anton memukul bongkahan pantat Sasha yang langsung disambut dengan jeritan Sasha dihadapan Alyssa. Sasha sendiri merasakan pengalaman seks yang luar biasa dengan Pak Anton. Biasanya saat bersetubuh, Aldy lebih suka gaya konvensional yang seringkali membuat Sasha bosan. Lain halnya dengan Pak Anton yang selalu punya banyak cara untuk menaikkan gairah seksual Sasha. Walaupun sebenarnya gairah seksual Sasha juga banyak terbangkitkan oleh wine yang ia minum.

“Aahh…Maas…” panggil Sasha pelan.
“Ya, sayang?” jawab Pak Anton
“Sudah… mau sampai, maas… tolong… aah…” pinta Sasha saat merasakan orgasmenya membayang.
“Oke… tahan ya, sayang… Aku juga mau sampai. Erhm…” ujar Pak Anton sambil menggeram sejenak. Penis Pak Anton ditarik keluar perlahan hingga tersisa ujung penisnya saja dan tiba-tiba Pak Anton merebahkan dirinya di ranjang. PLOOP! Terdengar suara pelepasan yang becek antara penis Pak Anton dan lubang pantat Sasha.
“OOH!” Sasha langsung melenguh keras dan kembali roboh diatas ranjangnya. Dengan sigap, Pak Anton segera bangkit dan berlutut kembali dihadapan tunggingan Sasha. Penisnya sekarang dibenamkan langsung ke vagina Sasha dan Pak Anton segera menggerakkan pinggang Sasha maju mundur hingga penisnya terhentak-hentak dalam vagina Sasha.

“AAH! Ah! Aah!” Sasha menjerit-jerit histeris karena sensasi kenikmatan gesekan penis Pak Anton di vaginanya.
“Sha… Aku mau keluar… sebentar lagi…” ujar Pak Anton terbata-bata merasakan penisnya yang siap mencapai puncak kenikmatannya sekali lagi.
“Ooh! Yaah! Ayo Mass… keluarkan di vagina Sasha lagii… supaya… Sasha hamiil…” seloroh Sasha yang juga terpengaruh oleh gejala orgasmenya.
“Iyaah… Sashaa…” Pak Anton yang mendengar bahwa ada kesempatan baginya untuk menghamili Sasha semakin buas menghentakkan penisnya itu. Bayangan akan seorang buah hati yang akan dilahirkan oleh Sasha hasil dari pernikahan dengannya, membuat Pak Anton kian bersemangat.

“AAAH! HAAH! MAS ANTOON…” Sasha melolong keras saat ledakan orgasme kembali menghantam tubuhnya untuk kesekian kalinya. Tubuh Sasha langsung mengejang kaku dan dinding vaginanya terasa menjepit dan meremas penis Pak Anton sekuat mungkin. Sasha kembali tumbang kelelahan setelah orgasme dengan hebat dua kali berturut-turut. Tubuhnya terasa lemas tanpa tenaga sama sekali dan Sasha pun segera tertidur kelelahan setelah melayani Pak Anton selama hampir 2 jam. Cairan bening ikut menetes keluar dari vagina Sasha yang masih tersumbat penuh dengan penis Pak Anton, pertanda bahwa Sasha baru saja mengalami orgasme.
“HHRMH!” Pak Anton yang sudah tidak tahan akibat sensasi jepitan di vagina Sasha, segera menggeram dan membenamkan penisnya hingga kedasar vagina Sasha. Akhirnya disemprotkannya cairan spermanya kedalam rahim Sasha, beberapa saat setelah Sasha mengalami orgasme.

Untuk beberapa saat, Pak Anton meresapi kenikmatan ejakulasinya didalam rahim Sasha sebelum melepaskan penisnya dari vagina Sasha dengan pelan. Pak Anton meluruskan dan membalikkan tubuh Sasha yang terlungkup. Sehingga Sasha kini terbaring dihadapan Pak Anton. Pak Anton tersenyum melihat wajah Sasha yang tertidur.
Pak Anton lalu memberikan sebuah bantal dikepala Sasha dan merapikan kembali penampilan Sasha. Tidak lupa, diaturnya posisi tidur Sasha senyaman mungkin agar Sasha bisa beristirahat.

“Hwaaa… Waaa!!” tiba-tiba terdengar suara tangisan Alyssa. Pak Anton yang masih telanjang segera tergopoh-gopoh menghampiri balita kecil itu. Sesaat Pak Anton bingung karena tangisan Alyssa. Namun ia segera melepas pengaman Alyssa dan digendongnya putri Sasha itu keatas ranjang tempat ibunya tertidur lelap. Alyssa lalu didudukkan disamping Sasha. Mungkin karena merasa lebih aman didekat ibunya, Alyssa pun pelan-pelan menghentikan tangisannya. Alyssa lalu merangkak mendekati tubuh ibunya itu.

“Mommy?” kembali Alyssa memanggil Sasha sambil menepuk-nepuk tangan Sasha. Pak Anton pelan-pelan menjauhkan Alyssa dari ibunya untuk memberi kesempatan bagi Sasha untuk tidur.

“Alyssa, jangan ganggu mamamu ya? Biarkan mamamu istirahat ya?” pinta Pak Anton dengan pelan sambil menggendong Alyssa kearahnya. Alyssa hanya melihat wajah Pak Anton dengan raut wajah polosnya yang tersenyum. Mata Alyssa sejenak mengingatkan Pak Anton dengan mata indah Sasha.
“Alyssa, mau nggak punya adik?” tanya Pak Anton pada Alyssa. Seolah mengerti akan perkataan Pak Anton, Alyssa tertawa riang sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya.
“Yaa, Alyssa memang anak yang pintar! Kalau begitu, biarkan mamamu istirahat ya? Supaya Alyssa nanti bisa dapat adik bayi yang lucu! Nah, ayo main dengan om, ya!” bujuk Pak Anton. Alyssa hanya tertawa-tawa riang sementara Pak Anton memakai pakaiannya sebelum menggendong anak itu keluar kamar, meninggalkan ibunya yang masih tertidur.

Beberapa jam kemudian, Sasha terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup ia mendengar suara tawa Alyssa dari arah taman. Sasha segera beranjak kearah balkon dan dilihatnya Pak Anton sedang duduk di ayunan kecil di taman villanya dengan Alyssa disampingnya. Sasha tersenyum bahagia saat melihat Alyssa tampak senang bermain-main dengan sebuah bola yang diberikan oleh Pak Anton sambil berayun-ayun di ayunan itu.

“Nah, lihat! Siapa yang sudah bangun!” ujar Pak Anton sambil mengarahkan pandangan Alyssa ke balkon. “Mommy! Mommy!” Alyssa semakin tertawa lebar saat melihat ibunya itu. Tangannya melambai-lambai kecil seolah memanggil Sasha untuk ikut bermain bersama. Sasha segera turun ke taman villa itu tanpa sempat mengganti busana pengantinnya yang dikenakannya dari kemarin sore. Sesampainya di taman, Sasha segera berjalan cepat menghampiri suami dan anaknya itu.

“Akhirnya bangun juga! Alyssa sudah kangen nih!” ujar Pak Anton seraya menyerahkan Alyssa kedalam gendongan Sasha. Sasha hanya tersenyum melihat keakraban Pak Anton dan putrinya itu. Pak Anton bisa melihat kalau pengaruh wine itu sudah sepenuhnya hilang dari diri Sasha.
“Ayo, duduk dong! Kan capek berdiri terus!” Pak Anton menggeserkan diri dan memberi tempat duduk untuk Sasha di ayunan itu.
“Emm… jangan dulu ya, Mas?” pinta Sasha sambil tersenyum manis.
“Lho, kenapa?”
“Masih sakit nih…” jawab Sasha pelan sambil tersipu malu saat melirik kebagian belakang-bawah tubuhnya. Pak Anton tertawa kecil mendengar jawaban Sasha. Wajar saja karena pantat Sasha baru saja diperawani sehingga pasti terasa agak sakit kalau duduk di kursi ayunan yang terbuat dari besi.

“Ya, sudah! Kutemani kamu dan Alyssa jalan-jalan di taman saja ya? Nggak sakit kan, kalau jalan?” tanya Pak Anton. Sasha menggeleng dan tersenyum sambil meraih pergelangan tangan Pak Anton.
“Sha, kamu nggak mau ganti baju dulu nih? Kalau dilihat tetangga gimana?” tanya Pak Anton.
“Hihi… ya sudah, nggak apa-apa kok! Kita kan pengantin baruu!” jawab Sasha ceria.
Pak Anton tersenyum dan segera menyambut uluran tangan Sasha. Mereka pun bergandengan dengan mesra sambil berjalan disepanjang di taman itu.
Mereka lalu tiba di paviliun tempat mereka menikah kemarin. Pak Anton lalu memeluk tubuh Sasha, yang sedang menggendong Alyssa, dari belakang. Sasha hanya tertawa kecil dan tersenyum bahagia saat dipeluk oleh Pak Anton.
“Sha, bagaimana kalau kamu nanti hamil? Apa kamu mau punya anak dari saya?” tanya Pak Anton
“Kok Mas Anton tanyanya begitu sih? Mas Anton kan suamiku juga.” jawab Sasha lembut. Jawaban Sasha itu langsung memberikan ketenangan yang tak terkira bagi Pak Anton. Betapa bahagianya dirinya karena akhirnya berhasil mendapatkan hati wanita dambaan hatinya itu, apalagi wanita itu sekarang mau menerima dirinya seutuhnya. Bisa dikatakan kalau benih-benih cinta yang ditaburkannya dalam hati Sasha kini telah seutuhnya bersemi dan mekar didalam relung hati Sasha.

“Eh, Mas! Kalau saya hamil dan anaknya nanti perempuan, saya beri nama Anissa ya?” usul Sasha tiba-tiba.
“Lho? Kenapa Anissa?” tanya Pak Anton heran.
“Soalnya nama Alyssa kan dari gabungan namaku dan Aldy! Aldy-Sasha, jadinya Alyssa… kalau begitu, Anton-Sasha, jadinya Anissa doong!” canda Sasha.
“Hahaha… Kamu bisa saja! Terserah kamu saja, sayang! Hahaha!” Pak Anton tertawa sambil membelai kepala Sasha. Alyssa juga ikut tertawa dalam gendongan Sasha saat melihat kedua orang tuanya itu tampak bahagia.

Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidup Pak Anton karena ia telah mendapatkan sebuah keluarga baru yaitu Sasha dan putrinya, Alyssa. Pak Anton tidak peduli bahwa Sasha adalah istri sah Aldy ataupun ikatan mereka hanya sebatas kawin kontrak semata. Demikian pula dengan Sasha yang kini menyadari betapa dalamnya cinta Pak Anton pada dirinya yang jauh melebihi rasa cinta yang diberikan oleh Aldy. Bagi mereka saat ini, ikatan mereka sudah layak bagi sepasang suami-istri yang saling mencintai, dimana mereka akan terikat dan setia satu sama lain dalam pernikahan mereka selama-lamanya.TAMAT (secure)
Back To Top