Mengintip Kondisi Ekonomi hari ini Kami (27/9/12)
Penyelesaian krisis utang di Uni
Eropa kembali memicu kekhawatiran pasar. Sementara pasar obligasi
kemarin mengalami tekanan. Bagaimana situasi ekonomi hari ini?
Lana
Soelistianingsih dari Samuel Sekuritas mengatakan, kendati ada berita
positif dari AS untuk sektor perumahan, tetapi investor hari ini kembali
mengkhawatirkan penyelesaian krisis utang di Uni Eropa (UE).
Pasar global tertekan pada perdagangan kemarin. Pasar Asia kemungkinan masih terkoreksi pada hari ini. “Sedangkan untuk rupiah kemungkinan ada upaya membawa kembali ke kisaran antara Rp9.580 s.d Rp9.600 per dolar AS,”katanya.
Pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah melemah signifikan ke Rp9.624 per dolar AS (kurs tengah Bloomberg). Tekanan pelemahan juga terlihat di pasar saham Indonesia, dimana IHSG turun 1,11% menjadi 4.180,16. Indeks di hampir semua bursa Asia pun melemah dan harga minyak mentah WTI terkoreksi 1,11% menjadiUS$89,98 per barel.
Lana menuturkan, ada sentimen negatif pada pasar SUN kemarin, dimana indeks imbal hasil obligasi naik 0,0191% menjadi 6,1720, yang mengindikasikan koreksi harga. “Imbal hasil ini menjadi kurang menarik karena bersamaan dengan pelemahan rupiah sekitar 5,14%, sehingga neto return rata-rata hanya sekitar 1%,”ucapnya.
Pelemahan tajam ini kemungkinan terkait keluarnya modal asing dari posisinya di pasar obligasi Indonesia, akibatnya nilai tukar rupiah melesat di atas Rp9.600 per dolar AS. Diantara 10 mata uang Asia, rupiah merupakan mata uang yang mencatat depresiasi paling tinggi.
Sentimen negatif ini juga terjadi di pasar saham, sehingga IHSG turun 1,11%. “Kendati sentimen negatif pasar kemarin juga berskala global, tetapi ekspektasi masih besarnya pasokan SBN senilai Rp58 triliun hingga akhir 2012 ikut menekan imbal hasil tersebut,”katanya.
Sementara itu, rakyat Yunani dan Spanyol demo menentang pengetatan anggaran. Rakyat Yunani kembali turun ke jalan diikuti dengan mogok masal dari berbagai pekerja dari jasa publik terkait rencana pemangkasan anggaran sebesar 11,5 miliar euro untuk 2 tahun ke depan. “Aksi sosial ini dikhawatirkan membuat Yunani sulit memenuhi komitmen terkait dana talangan,”ujarnya.
Demo besar serupa juga terjadi di Spanyol yang menuntut PM Rajoj tidak mengajukan dana talangan kepada UE yang akan membuat anggaran Spanyol dipangkas. Pemangkasan anggaran merupakan kebijakan UE terkait dengan fiscal union yang telah disepakati.
Disiplin fiskal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tertekan. Perkembangan situasi sosial di UE ini membuat imbal hasil Spanyol kembali naik diikuti dengan kenaikan CDS. Euro melemah, menyeret mata uang non dolar AS lainnya. [ast] sumber berita: inilah.com
ist |
Pasar global tertekan pada perdagangan kemarin. Pasar Asia kemungkinan masih terkoreksi pada hari ini. “Sedangkan untuk rupiah kemungkinan ada upaya membawa kembali ke kisaran antara Rp9.580 s.d Rp9.600 per dolar AS,”katanya.
Pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah melemah signifikan ke Rp9.624 per dolar AS (kurs tengah Bloomberg). Tekanan pelemahan juga terlihat di pasar saham Indonesia, dimana IHSG turun 1,11% menjadi 4.180,16. Indeks di hampir semua bursa Asia pun melemah dan harga minyak mentah WTI terkoreksi 1,11% menjadiUS$89,98 per barel.
Lana menuturkan, ada sentimen negatif pada pasar SUN kemarin, dimana indeks imbal hasil obligasi naik 0,0191% menjadi 6,1720, yang mengindikasikan koreksi harga. “Imbal hasil ini menjadi kurang menarik karena bersamaan dengan pelemahan rupiah sekitar 5,14%, sehingga neto return rata-rata hanya sekitar 1%,”ucapnya.
Pelemahan tajam ini kemungkinan terkait keluarnya modal asing dari posisinya di pasar obligasi Indonesia, akibatnya nilai tukar rupiah melesat di atas Rp9.600 per dolar AS. Diantara 10 mata uang Asia, rupiah merupakan mata uang yang mencatat depresiasi paling tinggi.
Sentimen negatif ini juga terjadi di pasar saham, sehingga IHSG turun 1,11%. “Kendati sentimen negatif pasar kemarin juga berskala global, tetapi ekspektasi masih besarnya pasokan SBN senilai Rp58 triliun hingga akhir 2012 ikut menekan imbal hasil tersebut,”katanya.
Sementara itu, rakyat Yunani dan Spanyol demo menentang pengetatan anggaran. Rakyat Yunani kembali turun ke jalan diikuti dengan mogok masal dari berbagai pekerja dari jasa publik terkait rencana pemangkasan anggaran sebesar 11,5 miliar euro untuk 2 tahun ke depan. “Aksi sosial ini dikhawatirkan membuat Yunani sulit memenuhi komitmen terkait dana talangan,”ujarnya.
Demo besar serupa juga terjadi di Spanyol yang menuntut PM Rajoj tidak mengajukan dana talangan kepada UE yang akan membuat anggaran Spanyol dipangkas. Pemangkasan anggaran merupakan kebijakan UE terkait dengan fiscal union yang telah disepakati.
Disiplin fiskal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tertekan. Perkembangan situasi sosial di UE ini membuat imbal hasil Spanyol kembali naik diikuti dengan kenaikan CDS. Euro melemah, menyeret mata uang non dolar AS lainnya. [ast] sumber berita: inilah.com