Breaking News
Loading...
Loading...
Apr 29, 2012

Tentang 'THE RAID' Lokomotif Film Nasional

Baru satu bulan 'The Raid' memasuki proses produksi. Kompilasi adegan laga yang menampilkan kehebatan silat Iko Uwais sudah terbang ke Los Angeles. Rekaman gambar selama tujuh menit itu masuk ke meja XYZ Films.

Itu adalah perusahaan yang memiliki koneksi ke pasar film internasional. Berkuasa memamerkan karya-karya terbaik ke sejumlah distributor film di Amerika Serikat. Lewat perusahaan ini, 'The Raid' memiliki kesempatan tebar pesona ke pasar Hollywood.

Pesona 'The Raid' terpancar. Film ini memikat distributor bergengsi: Sonny Picture Classics. "Mereka melihat film ini original dan eksotik, unsur silat menjadi daya tarik tersendiri," kata produser film 'The Raid', Ario Sagantoro.

Hak edar segera dibeli. 23 Maret menjadi tanggal bersejarah penayangan perdana di Amerika Serikat. Mulanya hanya diputar di 14 layar bioskop. Tambah menjadi 176 layar di pekan kedua. 875 layar di pekan ketiga hingga akhirnya menembus 881 layar.

Film garapan Gareth Evans ini hujan pujian. Rotten Tomatoes memberi rating 87 dengan kepuasan penonton mencapai 94 persen. Situs pengamat film lain, IMDb, memberi rating 8.5. Tak banyak film Hollywood yang bisa meraih rating setinggi ini.

IMDb bahkan memasukkan film produksi Merantau Films ini dalam 50 film laga sepanjang masa. Sejajar dengan 'Star Trek', 'The Adventure of Robinhood', 'Avatar', dan 'Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl'.

'The Raid' menjadi satu-satunya film nusantara yang sukses menembus pasar Amerika Serikat. Menembus 20 besar box office. Bahkan sempat bertengger di posisi ke-11. Membuat pendapatan 'The Raid' terdongkrak hingga US$3,5 juta.

Sukses 'The Raid' semakin kukuh dengan sederet penghargaan yang terus bergulir. Di Toronto International Film Festival, film ini meraih The Cadillac People's Choice Award untuk kategori Midnight Madness. "Menjadi film dengan penjualan distribusi tertinggi selama festival. Ada 50 negara yang sudah membeli hak edar 'The Raid'," kata Ario.

Di Jameson Dublin International Film Festival, 'The Raid' menjadi film terbaik pilihan juri sekaligus terbaik pilihan audience. "Selama ini, belum pernah ada film yang dapat dua penghargaan ini sekaligus, apalagi dari Asia," ujarnya.

Lokomotif Film Nasional
'The Raid' tak hanya berjaya di mancanegara. Memasuki pekan kelima setelah tayang perdana 23 Maret lalu, film ini mampu meraup lebih 1,7 juta penonton di sejumlah bioskop Tanah Air. Digadang-gadang memecahkan rekor baru film terlaris sepanjang massa.

Rekor film dengan jumlah penonton terbanyak masih dipegang Laskar Pelangi (2008) dengan 4,6 juta penonton, disusul Ayat-ayat Cinta (2008) dengan 3,5 juta penonton. "The Raid bisa menjadi lokomotif yang dapat menggairahkan perfilman nasional," kata pengamat dan pengajar film di Binus International, Ekky Imanjaya.

Ekky melihat masyarakat kita telah kehilangan kepercayaan atas film-film lokal bertema pocong dan seks, yang seolah tak memikirkan kualitas. Karenanya, butuh film-film terobosan yang mampu mengembalikan kepercayaan itu.

Geliat sudah terasa. Setelah 'The Raid', muncul 'Modus Anomali' garapan Joko Anwar dan 'The Witness' besutan Muhammad Yusuf. Dua film yang tayang perdana 26 April ini juga telah membuktikan kualitasnya dengan sederet apresiasi dari mancanegara.

Di South By Southwest (SXSW), festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, 'Modus Anomali' menuai serangkaian pujian. Film produksi Lifelike Pictures ini bahkan terpilih ditayangkan pada Midnighters, acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik.

Sementara 'The Witness', mendapat kepercayaan tayang sebagai film komersial di Filipina sejak 21 Maret lalu. Cinema Evaluation Board (CEB), badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk film ini. Dan, segera tayang di negara Asia lainnya.

Masih ada sederet film berkualitas yang memberi angin segar dunia perfilman Tanah Air: 'Langit Biru', 'Lovely Man', dan 'Postcards From The Zoo'. Film-film ini juga menorehkan prestasi di sejumlah festival film bergengsi bertaraf internasional.

"Semoga semakin banyak produser yang berani membuat terobosan. Tak hanya memperlakukan film nasional sebagai tontonan yang mendatangkan untung, tapi produk budaya," Ekky menambahkan. (eh)

sumber: vivanews.com

0 Leave Your Comment :

Post a Comment

Thanks you for your visit please leave your Comment

Back To Top