Mengerikan...Antarsuku dan Militer Bentrok, 69 Tewas
Serangkaian bentrokan baru antara gerilyawan Syiah Huthi dan kelompok suku yang didukung militer di Yaman utara menewaskan 20 orang. Jumlah itu menambah tumbal nyawa selama bentrok lima hari terakhir hingga mencapai sedikitnya 69 orang."Bentrokan-bentrokan keras terjadi pada tengah malam antara orang-orang suku Huthi dan Bin Aziz, menewaskan 20 orang dari kedua pihak," kata pejabat suku di Yaman.
Pasukan Yaman yang ditempatkan di daerah itu turun tangan untuk menghentikan kekerasan di Harf Sufyan, Provinsi Amran, Yaman bagian utara.
Gerilyawan menggunakan "berbagai tipe senjata" dalam upaya menguasai sejumlah lokasi dan memperketat pengepungan terhadap pedesaan Bin Aziz.
Sumber-sumber dari pihak suku dan gerilyawan mengatakan, sedikitnya 49 orang tewas sejak bentrokan meletus pada Minggu. Menurut mereka, konfrontasi itu melibatkan orang-orang Huthi dan para pendukung pemimpin suku Syeikh Sagheer Aziz, namun gerilyawan mengatakan bentrokan terjadi antara mereka dan militer.
Bentrokan-bentrokan terakhir itu terjadi setelah gerilyawan Syiah pada Senin (19/7/2010) mendukung kesepakatan antara partai berkuasa dan oposisi untuk memulai dialog nasional kelompok-kelompok yang bersaing di Yaman.
"Kami menyatakan puas dan mendukung kesepakatan antara Forum Bersama dan partai berkuasa Kongres Rakyat Umum," kata kelompok gerilya itu dalam sebuah pernyataan.
Kesepakatan yang dicapai Sabtu itu akan membuka jalan bagi "dialog menyeluruh yang tidak mengecualikan siapa pun." Demikian pernyataan yang diteken pemimpin kelompok gerilya Syiah, Abdul Malek al-Huthi.
Perjanjian itu diteken partai berkuasa dan kubu oposisi Forum Bersama yang mencakup Partai Al-Islah, oposisi utama muslim, dan Partai Sosialis Yaman, serta kelompok-kelompok kecil lain.
Kesepakatan itu akan dipusatkan pada mekanisme untuk melaksanakan perjanjian Februari 2009 bagi dialog nasional dan penundaan pemilihan umum parlemen hingga April 2011 untuk memberi waktu bagi amandemen konstitusi Yaman dan restrukturisasi sistem politik negara itu.
Bentrokan sengit antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Syiah Zaidi, yang juga dikenal sebagai Huthi, meletus pada Agustus lalu. Gerilyawan Syiah mengeluhkan marjinalisasi politik, sosial dan keagamaan.
Gerilyawan Syiah dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan utara pada Februari. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.
Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2/2010) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.
Kelompok gerilyawan Zaidi atau Huthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, tempat mereka terlibat pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.
Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
Sumber-Kompas.com
www.focus-global.tk
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment