Anak Gendut Tak Perlu Diet Ketat
Jumlah anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan, bahkan obesitas, makin banyak saja. Kalau kondisi ini dibiarkan, setidaknya 80 persen dari mereka akan terus demikian hingga dewasa. Hal ini membuat risiko mereka untuk terkena berbagai penyakit, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, dan sleep apnea, cukup tinggi. Benar-benar enggak lucu, kan?Kekhawatiran akan datangnya penyakit juga dikeluhkan seorang pembaca GHS yang memiliki putra seberat 70 kg, padahal usianya baru 10 tahun. Ia ingin tahu apakah ada obat pelangsing yang efektif untuk menurunkan bobot putranya itu.
"Jawabannya bukan obat pelangsing, juga bukan diet ketat. Anak yang kegemukan harus tetap makan tiga kali sehari ditambah camilan di antara waktu makan. Yang penting, asupan kalori disesuaikan dengan kebutuhan anak, misalnya 1.800-2.000 kalori," tegas Dr Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari FKUI.
la mengingatkan bahwa anak-anak masih perlu banyak asupan makanan untuk membantu mengoptimalkan proses tumbuh kembangnya. Anak-anak masih akan bertambah tinggi sehingga tak perlu diberlakukan diet ketat. "Kalau disuruh diet ketat bisa menghambat proses tumbuh kembangnya dan kesehatannya juga bisa terganggu," jelasnya.
Cara yang lebih baik, menurut Fiastuti, adalah mengurangi asupan makanan yang manis-manis dan makanan tinggi lemak seperti junk food, kue-kue, dan permen. "Peran orangtua penting sekali dalam mengenalkan pola makan sehat sejak kecil. Jangan karena anak suka ayam goreng, setiap hari dikasih ayam goreng," katanya.
Olahraga juga harus dijadikan kebiasaan supaya kalori yang masuk ke tubuh anak seimbang dengan yang digunakan dalam bentuk energi. "Sekarang kan anak-anak sangat kurang gerak karena lebih suka main play station, main game di depan komputer. Itu yang menyebabkan mereka kegemukan," ujarnya.
Disiplin ketat
Chef Edwin Lau yang sering memperkenalkan pola makan sehat ke sekolah-sekolah menyarankan untuk melakukan disiplin ketat pada anak-anak, bukan diet.
"Pengaturan pola makan sehat lebih penting dan itu harus dilakukan secara disiplin ketat, dalam arti orangtua juga melakukannya," katanya menganjurkan. Membiasakan sarapan atau makan bersama menjadi salah satu cara terbaik untuk mendukung penerapan pola makan sehat itu. "Ajak anak untuk mengonsumsi banyak sayuran, buah-buahan, dan ikan," ujarnya.
Pola makan sehat jangan hanya diberlakukan pada anak yang gemuk, tetapi beragam makanan yang disediakan harus juga dikonsumsi oleh semua anggota keluarga.
Edwin memiliki prinsip 3 B dalam pola makan, yaitu berimbang, beragam, dan bergizi. "Seluruh nutrisi penting harus ada dan didapat dari beragam bahan makanan. Supaya lebih bergizi misalnya mengganti nasi putih dengan nasi merah, kentang diganti ubi, daging diganti ikan. Atau kalau anak suka daging, pilih daging has, yang tidak berlemak. Tetap yang disediakan itu makanan yang disukai anak, tapi jenisnya yang lebih sehat," ujarnya.
Anak-anak usia 10 tahun dan misalnya memiliki berat 90 kg pun, menurut Edwin, belum terlambat untuk diajak menerapkan pola hidup sehat dan mengembalikan bobot tubuhnya ke ukuran ideal. "Dia kan masih akan bertambah tinggi, jadi janganlah disuruh diet ketat," tambahnya.
Edwin juga mengharuskan melengkapi perubahan pola makan dengan olahraga teratur. "Ayah biasanya yang jadi role model untuk olahraga," katanya. Ia lalu mencontohkan dirinya yang sewaktu kecil cukup tambun. Karena sering melihat ayahnya berlatih badminton, ia termotivasi untuk juga rajin berolahraga. Olahraga, imbuhnya, juga sebaiknya dipilih yang disukai anak, seperti basket, berenang, bulu tangkis, dan sebagainya. KOMPAS.com — (GHS/E Saptorini)
Salam Sonia
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment