Komunitas Djadoel Kagak Ade Matinye
JAKARTA, KOMPAS.com - Masa lalu selalu aktual, begitu ujaran kegemaran mereka yang gandrung sejarah. Adapun yang gemar masa lalu tapi lebih pada ikon-ikonnya, bolehlah kita sebut; komunitas djadoel kagak ade matinye! Djadoel akronim dari djaman doeloe.
Ini terlihat dari semakin eksisnya komunitas tersebut. Nah, mari melongok kiprah komunitas ini di Cipete Vaganza, bagian dari hiruk-pikuk Festival Budaya Betawi dalam rangka merayakan
oelang taoen ke-483 Jakarta.
Ini dia daftar panjang segala yang berbau djadoel di salah satu stand Cipete Vaganza; uang, kamera, buku, patung, kaset, hingga pin kuno. Inilah stand Komunitas DJadoel, persekutuan para kolektor benda antik, terutama yang berasal dari Indonesia.
Didirikan sekitar satu tahun lalu, komunitas ini memiliki 20 orang anggota tetap, dan ribuan sahabat di Facebook.Com. Bagaimana awalnya komunitas ini terbentuk?
"Awalnya karena kita suka kumpulin barang-barang jadul, seperti saya suka koleksi uang kuno, ada teman saya yang koleksi buku kuno, dan lain-lain akhirnya ketemu dan sepakat buat komunitas ini," ujar humas Komunitas Jadoel, Ali Amirullah, Minggu (6/6/2010), di Jakarta.
Ia mengaku, komunitas ini awalnya untuk saling berbagi informasi tentang hobi mengumpulkan benda-benda kuno. "Kami sering tuker-tukeran koleksi," ujar wiraswastawan ini.
Namun, semakin lama komunitas ini juga ingin menularkan hobinya tersebut kepada masyarakat luas. "Kami ingin barang antik jadi tuan rumah di negeri sendiri, jangan sampai dieksploitasi asing," ungkapnya.
Menurut Ali, selama ini kolektor asing yang lebih berani menawar harga tinggi. "Tapi sebagai kolektor, kami sebenarnya lebih suka kalau memberikan koleksi kami kepada pribumi," ujarnya.
Alasannya, para kolektor beranggapan bahwa barang kuno peninggalan Indonesia tempo doeloe masih bisa bermanfaat bagi warga negara sendiri.
"Saya juga mulai memperkenalkan barang-barang kuno ini ke anak saya, dia malah jadi suka kumpulin kamera," katanya. Selain bermanfaat mengenalkan sejarah Indonesia, mengoleksi barang-barang antik rupanya mendatangkan keuntungan tersendiri.
"Selain kepuasan menemukan barang langka, barang-barang ini juga memiliki nilai investasi yang semakin tinggi. Tapi sisi bisnis hanya faktor kesekian dari mengoleksi barang antik," ungkapnya.
Dengan segala kelebihannya, barang usang rupanya tak akan pernah lekang. Ia akan selalu memberikan manfaat kepada manusia, selama manusia mengerti akan nilai dan makna barang tersebut.
Ini terlihat dari semakin eksisnya komunitas tersebut. Nah, mari melongok kiprah komunitas ini di Cipete Vaganza, bagian dari hiruk-pikuk Festival Budaya Betawi dalam rangka merayakan
oelang taoen ke-483 Jakarta.
Ini dia daftar panjang segala yang berbau djadoel di salah satu stand Cipete Vaganza; uang, kamera, buku, patung, kaset, hingga pin kuno. Inilah stand Komunitas DJadoel, persekutuan para kolektor benda antik, terutama yang berasal dari Indonesia.
Didirikan sekitar satu tahun lalu, komunitas ini memiliki 20 orang anggota tetap, dan ribuan sahabat di Facebook.Com. Bagaimana awalnya komunitas ini terbentuk?
"Awalnya karena kita suka kumpulin barang-barang jadul, seperti saya suka koleksi uang kuno, ada teman saya yang koleksi buku kuno, dan lain-lain akhirnya ketemu dan sepakat buat komunitas ini," ujar humas Komunitas Jadoel, Ali Amirullah, Minggu (6/6/2010), di Jakarta.
Ia mengaku, komunitas ini awalnya untuk saling berbagi informasi tentang hobi mengumpulkan benda-benda kuno. "Kami sering tuker-tukeran koleksi," ujar wiraswastawan ini.
Namun, semakin lama komunitas ini juga ingin menularkan hobinya tersebut kepada masyarakat luas. "Kami ingin barang antik jadi tuan rumah di negeri sendiri, jangan sampai dieksploitasi asing," ungkapnya.
Menurut Ali, selama ini kolektor asing yang lebih berani menawar harga tinggi. "Tapi sebagai kolektor, kami sebenarnya lebih suka kalau memberikan koleksi kami kepada pribumi," ujarnya.
Alasannya, para kolektor beranggapan bahwa barang kuno peninggalan Indonesia tempo doeloe masih bisa bermanfaat bagi warga negara sendiri.
"Saya juga mulai memperkenalkan barang-barang kuno ini ke anak saya, dia malah jadi suka kumpulin kamera," katanya. Selain bermanfaat mengenalkan sejarah Indonesia, mengoleksi barang-barang antik rupanya mendatangkan keuntungan tersendiri.
"Selain kepuasan menemukan barang langka, barang-barang ini juga memiliki nilai investasi yang semakin tinggi. Tapi sisi bisnis hanya faktor kesekian dari mengoleksi barang antik," ungkapnya.
Dengan segala kelebihannya, barang usang rupanya tak akan pernah lekang. Ia akan selalu memberikan manfaat kepada manusia, selama manusia mengerti akan nilai dan makna barang tersebut.
***********Semua artikel, gambar, video, dan berita yang ditampilkan di blog ini adalah milik masing-masing pemilik. Kami tidak memegang hak cipta. semua artikel ini telah dikumpulkan dari berbagai sumber publik termasuk website yang berbeda, mengingat berada dalam domain publik. Jika ada seorang yang keberatan untuk menampilkan gambar apapun dan berita, mohon kirimkan email anda ke focusglobal@brew-master.com kami akan segera menghapusnya,dari blog ini.Terimaksih********
0 Leave Your Comment :
Post a Comment
Thanks you for your visit please leave your Comment